Dinamika Gerakan Merintis AUM di Bidang Pendidikan

Publish

25 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
329
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Dinamika Gerakan Merintis AUM di Bidang Pendidikan

Oleh: Noval Sahnitri, Ketua Bidang KDI PW IPM Lampung

Kalau kita berbicara Amal Usaha Muhammadiyah, khususnya di bidang pendidikan, semua orang pasti sudah mengerti bahwa Muhammadiyah memiliki kualitas dan kuantitas pendidikan yang dibilang cukup signifikan untuk saat ini. Di beberapa daerah hampir setiap bulan Muhammadiyah sering berkunjung dan meresmikan berbagai macam gedung baru Amal Usaha Muhammadiyah diantaranya di bidang pendidikan. Seringkali, pimpinan Muhammadiyah di beberapa tempat selalu membanggakan sekolah ataupun madrasah yang sudah berkembang pesat secara keseluruhan.

Namun, seringkali juga terdapat pimpinan Muhammadiyah di beberapa tempat yang biasa aja menyikapinya ketika tau dan sadar betul ada sekolah ataupun madrasah Muhammadiyah yang itu kondisinya seharusnya mendapatkan perhatian lebih. Mungkin beberapa sudah ada yang memikirkan akan tetapi belum menemukan solusi karena hanya dipikirkan saja tanpa gerakan kongkrit atau bisa jadi sudah ada gerakan kongkrit akan tetapi, belum ada harapan, bahkan mungkin bisa terjadi pula ada yang membiarkan sekolah atau madrasah Muhammadiyah yang kondisinya sudah “hidup segan mati tak mau.” Maka sudah seharusnya menjadi kewajiban semua stakeholder yang ada di lingkungan sekolah atau madrasah Muhammadiyah tersebut, baik secara internal maupun eksternal itu memikirkan serta peduli atas kejadian tersebut. 

Berbicara soal merintis tentu hari ini banyak yang sudah melakukannya. Tentu ada keunikan di setiap tempat yang terjadi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, namun kali ini kita akan lebih fokus membahas pada sekolah atau madrasah Muhammadiyah. 

Pertama, merintis sekolah baru, tidak semua keadaan Muhammadiyah mampu untuk merintis sekolah baru akan tetapi tetap penting bagi pimpinan Muhammadiyah setempat untuk berpikir untuk mendirikan sekolah, jika di tempatnya memang baru ada sedikit atau bahkan sama sekali belum ada. Jika dirasa mampu dan bisa tentu perlu diperhatikan lagi, misalnya di daerah tersebut sudah ada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, maka alangkah baiknya mendirikan Sekolah Dasar Muhammadiyah. Ternyata pada daerah tersebut yang belum ada hanya SMK, maka sebaiknya mendirikan itu saja. Sebenarnya jika hendak mau mendirikan  SMP Muhammadiyah 1,2,3 dan seterusnya, maka silahkan saja, selama mampu bersaing dan bisa memberikan progam unggulan yang berbeda, selama itu baik. Namun, tetap penting untuk melihat letak strategis ketika hendak merintis sekolah baru. 

Yang kedua merintis sekolah lama, banyak sekali kita jumpai termasuk di daerah terpencil, sekolah Muhammadiyah yang sudah berdiri sangat lama, namun tak kunjung ada perubahan yang lebih baik. Bahkan, ada sekolah yang sudah “hidup segan mati tak mau.” Ini menjadi persoalan di berbagai daerah yang hingga hari ini belum ada langkah kongkrit bagaimana sekolah yang tak mampu berdiri ini dapat berdiri dengan kokoh dan mampu untuk bersaing dengan sekolah lainnya. Ada yang sekolah yang bangunannya megah, namun jumlah muridnya tak semegah seperti sekolahnya. Ada yang bangunan tak terawat, ada pula yang fasilitasnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru, serta persoalan-persoalan lainnya.

Yang ketiga, merawat sekolah, baik sekolah lama maupun sekolah baru, harus tetap dirawat meskipun pada awal berdiri atau saat sedang berjalan sudah ramai siswanya. Jangan sampai hal ini kita membuat lalai dalam merawat sekolah. Merawat sekolah harus dilakikan dari semua sudut, mulai dari progam sekolah unggulan, prestasi, kegiatan-kegiatan yang inovatif dan sebagainya, agar masyarakat tetap yakin untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Bagi sekolah yang masih dalam kategori zona merah, harus mulai belajar merawat. Mulailah merawat progam unggulan, merawat visi dan misi sekolah, merawat guru menjadi profesional dan terutama merawat siswa menjadi berakhlakul karimah serta berprestasi. 

Yang keempat, saling tolong menolong dengan sekolah lain, sekolah yang unggul harus berbagi pengalaman dengan sekolah lain yang belum unggul. Memberikan motivasi, pendampingan dan arahan tentang bagaimana caranya menjadi sekolah yang unggul. Sekolah yang “hidup segan mati tak mau” harus terus belajar kepada sekolah yang unggul. Tak kalah penting juga, pimpinan Muhammadiyah setempat, khususnya Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal, harus turut ikut serta dalam upaya memajukan sekolah. Kita seringkali terbelenggu dengan membanggakan sekolah yang sudah unggul sehingga fokus perhatiannya hanya terpusat pada sekolah tersebut, padahal di sekitarnya masih ada sekolah yang perlu diperhatikan lebih lagi agar bisa menjadi sekolah yang unggul. 

Yang kelima ingat dan laksanakan kembali fungsi perguruan Muhammadiyah, setidaknya sekolah Muhammadiyah harus menjalankan 4 fungsi yakni, fungsi pendidikan, pelayanan, dakwah dan kaderisasi. Sekolah muhammadiyah harus memberikan pendidikan yang terbaik dalam segi apapun, terutama dalam keterampilan dan prestasi siswa. Pelayanan yang diberikan juga harus baik, ramah tamah kepada orang tua, siswa dan masyarakat sekitar yang ada di sekolah tersebut. Apa yang menjadi keinginan siswanya didengarkan dan dituruti selama itu baik. Dakwah amar ma’ruf dan nahi mungkar di sekolah Muhammadiyah harus digalakkan oleh guru dan tenaga kependidikan, dengan mengajarkan nilai ibadah yang murni, yaitu kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadits. Kaderisasi di sekolah Muhammadiyah tentu harus dikawal, karena merekalah yang akan meneruskan estafet kepemimpinan umat, bangsa dan khususnya persyarikatan Muhammadiyah. Maka adanya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Hizbul Wathan (HW) dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) harus ada dan terus dikembangkan, sehingga dapat menjadi tim kuat dalam upaya memajukan sekolah Muhammadiyah. Semua pemangku kepentingan di lingkungan Muhammadiyah harus mengingat dan menjalankan kembali fungsi perguruan Muhammadiyah sebagaimana mestinya. 

Selain hal-hal diatas, ada pula beberapa kejadian unik dalam merintis di beberapa tempat. Ketika merintis sekolah Muhammadiyah yang baru ataupun yang sudah hampir mati, seringkali terjadi tidak ada yang mau ikut serta membantu. Namun, di suatu saat ketika sekolah tersebut sudah besar, maka semuanya akan berbondong-bondong merebut posisi atau baru merasa memiliki. Bahkan ada yang sampai menyingkirkan orang-orang yang awalnya sudah berjuang keras sampai berdarah-darah untuk merintisnya. Ke depan hal ini, harus disikapi dan jangan sampai terulang lagi. Siapapun yang merintis di Muhammadiyah, baik awalnya dia itu kader atau bukan, selama dia berjuang dengan ikhlas untuk memajukan Muhammadiyah terutama dalam pendidikan, maka apa salahnya dipertahankan dan dapat belajar banyak hal darinya. 

Pada intinya bukan bermaksud apa-apa, peristiwa-peristiwa di atas baik yang sudah terjadi atau belum, hal ini perlu diperhatikan secara bersama-sama dan seksama. Ini adalah bentuk evaluasi bersama dalam upaya memajukan pendidikan Muhammadiyah di tempat masing-masing. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Dahlan dan Kennedy Oleh: Abdul Hafiz, Wakil Ketua PWM Bengkulu Kedua tokoh ini bisa dipastikan tid....

Suara Muhammadiyah

29 December 2023

Wawasan

Agama Sebagai Pandangan Hidup Oleh: Prof Dr Syamsul Anwar, MA Agama dapat didefinisikan dari beber....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Wawasan

Segenggam Impian untuk IMM di Masa Depan Oleh: Tri Laksono Pernahkah kita membayangkan kehidupan b....

Suara Muhammadiyah

14 October 2023

Wawasan

Oleh: Izza Rohman Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Periode 2022-2024 P....

Suara Muhammadiyah

9 December 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pencapaian ilmiah mengalami lonjakan dahsyat di masa pemerintahan khalifah Al M....

Suara Muhammadiyah

26 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah