Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Publish

10 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
354
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso, Wakil Sekretaris LPCRPM PP Muhammadiyah

Setelah menyelesaikan ritual umrah di hari pertama di Kota Mekkah, rombongan berjalan menuju terminal bus untuk kembali ke hotel. Di tengah jalan, saya melihat sebuah amplop putih yang terinjak-injak oleh ribuan pejalan kaki. Saya memungut amplop itu, namun urung membuangnya ke tempat sampah karena ternyata berisi uang. Melihat tindakan itu, tiga petugas kebersihan tampak membuntuti sambil berulang kali mengucapkan, “Assalamu’alaikum...” tanpa saya pahami maksudnya. Namun, ada rasa tidak nyaman.

Saya mengajak M. Rivai Abbas (Kapusdik Kementerian Perdagangan RI), yang fasih berbahasa Arab, untuk membantu berkomunikasi dengan polisi penjaga Masjidil Haram. Kami sampaikan bahwa ada temuan amplop ingin kami serahkan kepada polisi. Namun, polisi dan tentara — dari yang pertama hingga ketiga — selalu menolak dengan sikap aneh: menggeleng-gelengkan kepala, bahkan berusaha menjauhkan tangan mereka dari amplop itu. Ada juga yang akhirnya menyarankan agar kami mengambilnya saja, meski ada pula yang menyarankan agar diserahkan ke loket Lost and Found.

Kami memutuskan untuk tidak menyerahkannya ke loket Lost and Found, yang saat itu pun belum kami ketahui lokasinya. Namun, pelaporan kami kepada tiga petugas berbeda membuat para penguntit berhenti mengikuti. Akhirnya, kami sepakat: uang pecahan 5 riyal tersebut dibagikan kepada orang-orang yang kami asumsikan membutuhkan, dengan satu niat:

“Ya Allah, saya memberikan uang ini kepada para fakir miskin, meneruskan niat baik dari orang yang kehilangan uang ini. Terimalah amal ini.”

Hari itu juga, uang tersebut habis terdistribusi, lega sekali rasanya.

Kejadian-Kejadian yang Menguji

Kejadian kedua, saya bersama beberapa manula selesai melakukan sa’i. Apes, tidak ada satu pun yang membawa gunting untuk memotong rambut. Tiba-tiba, seorang perempuan bercadar dengan gestur ramah menyodorkan gunting putih tajam untuk kami gunakan. Usai memotong rambut, saya mengembalikannya dengan ucapan terima kasih. Perempuan itu menerimanya sambil berkata, “Hadiah, hadiah...” Oh, rupanya dia meminta imbalan atas peminjaman gunting tersebut. Kami buru-buru memberikan beberapa lembar uang, lalu segera pergi.

Kejadian ketiga, sebuah ponsel milik teman sekamar jatuh di sela-sela kursi bus saat perjalanan wisata. Dengan bantuan pelacak milik anaknya, keberadaan ponsel itu bisa terus dipantau meski jauh dari Pondok Ranji. Selama tiga hari, lokasinya berpindah-pindah antara Mekkah dan Thaif. Akhirnya, setelah tiba di pool bus, petugas kebersihan menemukannya dan menyerahkannya ke kantor. Dengan demikian, ponsel itu dapat dengan mudah diambil kembali oleh pemiliknya dalam keadaan aman dan utuh.

Kejadian keempat, teman sekamar saya harus membeli kursi roda untuk mendampingi istrinya beribadah. Sang istri mengalami masalah jantung dan tidak kuat berjalan jauh. Kursi roda itu menjadi penyelamat untuk aktivitas ke Jamarat, tawaf, hingga sa’i. Saat menunggu sang istri yang sedang ke kamar kecil, seseorang datang meminjam kursi dengan bahasa yang tidak kami pahami. Hanya terdengar kalimat, “For my mom...” sambil menunjukkan isyarat bahwa kursi akan dikembalikan. Setelah dua jam menunggu, kursi roda itu tidak kembali — hilang tanpa jejak.

Kejadian kelima, ketua rombongan kami naik taksi dari Sektor 4 menuju Sektor 9. Biaya disepakati sebesar 30 riyal. Di tengah jalan, sopir taksi meminjam ponsel penumpang untuk membuka Google Maps, namun tidak mengembalikannya hingga tiba di lokasi. Sesampainya di depan hotel, sopir menunjukkan argometer sebesar 100 riyal, dan jika tidak dibayar, ponsel tidak akan dikembalikan. Penumpang akhirnya menyerah dan membayar, meski dengan perasaan tidak ikhlas.

Kejadian keenam, rombongan kami akan berpindah dari Mekkah ke Madinah dengan bus yang telah disiapkan oleh syarikah (penyelenggara lokal). Penumpang dan barang sudah dimuat ke dalam bus, namun sopir (berkebangsaan Mesir) tidak juga berangkat. Setelah ditelusuri, ia mengaku tidak bisa jalan tanpa Google Maps, tetapi tidak memiliki pulsa internet. Kami lalu memberinya 50 riyal. Di tengah jalan tol, sopir cadangan mengeluh tidak punya uang untuk makan, sehingga kami kembali memberinya 50 riyal. Dengan tambahan itu, perjalanan pun lancar hingga tiba di Madinah.

Sesampainya di hotel, kami merasa lega dan berharap semua drama itu usai. Namun, dugaan itu keliru. Tas-tas kami diturunkan dengan kasar oleh beberapa petugas syarikah. Setelah selesai, mereka segera mendatangi ketua rombongan untuk meminta uang jasa dengan sangat agresif dan kasar. Kami terlibat perdebatan sengit karena kendala bahasa. Mereka menggunakan bahasa Bengali atau Arab, sementara kami memakai bahasa Inggris. Intinya, kami baru akan membayar setelah tas-tas dinyatakan aman.

Mereka menolak — harus dibayar saat itu juga. Kami jelaskan bahwa panitia telah memberi mereka upah. Mereka tidak mau mengerti. Tensi percakapan makin meninggi hingga akhirnya menarik perhatian petugas keamanan hotel dan mengusir para pekerja itu dari hotel. Drama terakhir berakhir dengan napas sedikit tersengal.

Realitas Sabar dan Ikhlas

Menjumpai sampah bekas air mineral yang menumpuk di toilet umum, taman-taman, dan sepanjang jalan menuju Jamarat, atau MCK yang penuh dengan kotoran manusia karena ketiadaan air bersih, adalah hal biasa yang sehari-hari terlihat. Sementara itu, para petugas kebersihan lebih banyak berdiri di tengah atau di pinggir jalan sambil membuka kantong plastik, dengan wajah memelas, mengucapkan salam sebagai pertanda meminta sedekah.

Saya bersyukur mampu melewati dinamika itu dengan rasa yang — meski jauh dari sempurna — masih mengarah pada usaha untuk bisa bersikap sabar dan ikhlas. Ada kalanya muncul emosi, marah, kecewa, namun tetap tak berdaya. Pastinya, saya tidak akan menyalahkan panitia penyelenggara haji Indonesia. Seluruh peristiwa di atas mungkin juga dialami oleh para panitia haji dari Indonesia. Mereka pun kerap menjadi korban dari sebuah budaya suatu bangsa yang sama sekali tidak bisa kami pahami. Meski Bangsa Arab telah lebih dari 1.400 tahun berpengalaman dalam mengelola ibadah haji, namun membangun orientasi pelayanan itu sungguh tidak mudah.

Saya berusaha mengingat sebuah pesan bahwa Allah sudah memberi panduan agar manusia tetap bersikap sabar dan ikhlas dalam setiap peristiwa yang telah dan akan dialami. Namun, keikhlasan dan kesabaran itu rasanya berada jauh di dasar lautan yang begitu dalam. Saya harus berusaha keras untuk melatih mental agar dapat meraihnya. Saya sadar betul bahwa sabar dan ikhlas adalah senjata mujarab untuk mencapai kematangan jiwa. Mungkin, justru karena itulah keduanya tidak mudah diraih.

Di luar urusan itu semua, saya tetap mengingatkan kepada para penyelenggara haji, para penjaga Tanah Haram, bahwa ajaran tentang sabar dan ikhlas yang selalu digelorakan kepada para jamaah haji hendaknya tidak dimanipulasi untuk membenarkan perilaku buruk yang bertentangan dengan ajaran agama. Pelayanan terbaik kepada jamaah haji — yang kerap disebut tamu Allah — adalah mutlak. Mereka tidak datang ke Kota Suci secara cuma-cuma, merengek dan meminta belas kasihan kepada manusia. Mereka juga bukan hanya wisatawan yang diharapkan menguras isi kantongnya untuk berbelanja semata.

Menjaga Kota Suci Mekkah dan Madinah harus dilakukan dengan kesucian jiwa, yang benar-benar termanifestasi dalam praktik. Salah satunya adalah dengan memberikan pelayanan terbaik kepada tamu Allah secara jujur dan adil, menjaga kebersihan lingkungan, mencegah kejahatan, serta menghukum pelakunya secara adil. Hal itu menjadi prasyarat bagi tumbuhnya jiwa-jiwa yang sabar dan ikhlas.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Mengungkap Keajaiban Al-Qur'an: Lebih dari Sekadar Bahasa Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu ....

Suara Muhammadiyah

2 April 2025

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pencapaian ilmiah mengalami lonjakan dahsyat di masa pemerintahan khalifah Al M....

Suara Muhammadiyah

26 September 2023

Wawasan

Langit dan Bumi: Urutan Penciptaan dalam Al-Qur'an dan Sains Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakult....

Suara Muhammadiyah

4 April 2025

Wawasan

Lebaran Mengajarkan Kita Arti Rindu, Maaf, dan Kasih Sayang Oleh: Furqan Mawardi Ketua Lembaga Peng....

Suara Muhammadiyah

1 April 2025

Wawasan

(Catatan Pertama Business Ghatering Suryaganic MNU) Oleh: Khafid Sirotudin   Menarik apa yan....

Suara Muhammadiyah

3 June 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah