Religius tapi Berperangai Jahat
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Apa yang terjadi pada orang yang rajin shalat, puasa, bersedekah, menghafal Al-Qur`an, dan melakukan semua kewajiban agamanya, namun memiliki perilaku buruk, dan bersikap kejam dan jahat kepada orang lain? Apakah Allah akan mengampuni mereka atas semua masalah yang mereka sebabkan dan orang yang mereka sakiti?
Kita pernah menemui orang yang melakukan ibadah hanya sebagai formalitas. Mereka memiliki ciri-ciri religiusitas tertentu, tetapi karakter yang seharusnya terbentuk dalam diri orang yang religius malah tidak muncul. Mereka telah kehilangan esensi di balik makna menghafal Al-Qur`an, membaca Al-Qur`an, shalat, dan sebagainya. Kita seharusnya meneladani Allah, terutama dengan rahmat, kebaikan, keadilan, dan kejujuran Tuhan. Dan jika kita shalat tetapi kita tidak sampai di tujuan shalat sendiri, maka ada sesuatu yang hilang di balik semangat dari apa yang kita lakukan; shalat, membaca Al-Qur`an, dan bahkan menghafalnya.
Jika kita menyakiti orang lain, itu mengerikan. Dan itu adalah salah satu jenis dosa terburuk yang kita lakukan. Kita perlu mengerti sebagai Muslim bahwa ada dua hak dasar yang perlu kita hormati, hak Allah dan hak makhluk. Jika kita berdosa terhadap Tuhan, Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dia tidak kehilangan apa-apa.
Tetapi jika kita berbuat dosa terhadap makhluk Tuhan, Dia tidak akan mengampuni kita sampai ‘makhluk’ itu memaafkan kita. Tentu saja, Tuhan selalu dapat memberi kompensasi kepada makhluk yang bahkan tidak mau memaafkan. Boleh jadi kita menyakiti seseorang, kita merasa menyesal. Kami meminta orang tersebut untuk memaafkan kami.
Kita berusaha sebaik mungkin untuk menebus kesalahan dengan orang yang kita sakiti. Kita sudah jungkir balik untuk memperbaiki keadaan dengannya. Tapi dia begitu keras. Dia berkata tidak akan memaafkan, tidak peduli apapun. “Jangan bicara dengan saya, jangan datang ke pemakaman saya” ujarnya.
Dalam kasus seperti itu, Allah bisa mengampuni kita karena kita telah melakukan yang terbaik untuk memperbaiki keadaan. Dan jika seseorang begitu keras kepala, Tuhan dapat memberi kompensasi kepada mereka atas apa pun yang telah hilang dan orang yang telah kita rugikan. Allah berkenan mengampuni kita tetapi secara umum, namun Tuhan tidak akan mengampuni kita begitu saja. Katakanlah, ketika kita telah menyakiti manusia sebagai makhluk-Nya, kita harus berbuat baik kepada mereka itu terlebih dahulu.
Hal demikian juga tercermin dalam Alkitab, saat Yesus berkata, “Jika Anda membawa hadiah Anda ke altar, tetapi Anda ingat bahwa Anda telah menyakiti seseorang, pergilah dan berdamailah dengan saudaramu terlebih dahulu, lalu kembalilah, dan persembahkan hadiahmu ke altar, karena seolah-olah hadiah itu tidak akan diterima sampai engkau berdamai dengan sesamamu”.
Jadi dengan cara yang sama, kita diajarkan sebagai Muslim, bahwa Anda harus berdamai dengan manusia, memperbaiki keadaan dengan mereka, dan kemudian meminta ampunan dari Allah. Katakanlah ada seseorang yang rajin shalat, puasa, dan melakukan semua itu tetapi ada yang kurang, dalam hal semangat ibadahnya. Bagaimana mereka sampai pada tahap di mana mereka merangkul semuanya, dan menjadi orang yang lebih baik?
Jawabannya adalah fokus. Saat Anda membaca Al-Qur`an, bacalah Al-Qur`an, pahami maknanya. Pikirkan tentang bagaimana menerapkannya dalam hidup Anda. Pikirkan tentang siapa Tuhan itu, dan apa yang Tuhan inginkan dari kita. Ada gagasan meniru Tuhan yang ada dalam agama Kristen, dan dalam Islam juga ada. Kita ingin ‘seperti’ Tuhan. Dan Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan Tuhan bertanya kepada kita dalam Al-Qur'an, “Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS 24:22)
Bila kita ingin agar Tuhan mengampuni kita, kita harus memaafkan orang lain. Sebanyak kita berharap agar Tuhan berbelas kasih kepada kita, maka sebanyak itu juga kita harus berbelas kasih kepada orang lain. Sebanyak kita tidak ingin Tuhan melakukan ketidakadilan terhadap kita, atau siapa pun melakukan ketidakadilan terhadap kita, kita juga harus berbelas kasih dan baik hati kepada orang lain. Jadi, ini masalah fokus, dan memikirkan makna dan realitas dari apa yang kita lakukan dan baca.
Menjadi religius berarti Anda mengikuti prinsip-prinsip utama agama Anda (dalam kasus Islam yaitu mengikuti lima rukun Islam). Bersikap ramah sepanjang waktu dengan semua orang tidaklah realistis. Hubungan buruk dan konflik atau drama terjadi di semua tahap kehidupan. Itu tidak dapat dihindari, tetapi orang tumbuh dari pertukaran dan pengalaman ini dengan cara yang berbeda. Dan siapa yang bisa mengatakan bahwa karakter orang lain itu buruk? Mungkin itu adalah respons yang paling tepat bagi mereka untuk bertindak seperti itu dan Anda tidak tahu cerita lengkapnya atau alasan perilaku mereka.