Disrupsi Perspektif Mental Sehat Generasi ke Generasi
Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP PWM Kalbar
Disadari atau tidak siapapun kita yang hidup zaman now menjadi mudah depresi, stres dan baper ketika melihat tontonan, status teman atau selintas wajah bertemu dengan seseorang yang dianggap lebih sukses, bahagia atau sejahtera. Nilai tersebut tidak hanya dihinggapi oleh kaum hawa yang cenderung terbawa rasa dan mencintai keindahan, tetapi juga oleh kaum adam.
Dulu misalnya wajah glowing hanya layak dimiliki perempuan, sekarang kita pun menjadi terbiasa melihat laki-laki dengan wajah super putih dan bersih. Atau warna pakaian yang dulu terstigma ada warna gender, sekarang warna pakaian tidak lagi melihat jenis kelamin. Fenomena ini mulai terjadi 1990-an disebut fashion high street, dengan istilah metrosexual, dandy, atau fashionista.
Di kondisi berbeda, gen z yang kelak akan menggantikan posisi gen milineal dalam proses sosial, juga banyak yang mengalami kelelahan mental. Mereka merasa tertekan dengan aktifitas keseharian seperti tugas sekolah-perkuliahan, persaingan sosial ekonomi hingga kecemasan memikirkan nasib di masa depan. Kecemasan yang sebetulnya juga dialami oleh tiap generasi, namun tidak terlalu mengancam stamina dan kebahagiaan diri, namun berbeda untuk gen z dan "mungkin" generasi setelahnya. Kecemasan berlebihan (kronis), membuat kualitas hidup tidak lagi sama dengan generasi sebelumnya.
Hal tersebut ditenggarai karena gaya hidup tidak sehat, ketergantungan penggunaan gawai, kurangnya literasi sehingga menjadikan banyak masyarakat disegala jenjang stratifikasi sosial mudah dihinggapi fobia berlebihan. Standar penilaian tingkat kesuksesan, kebahagiaan hingga kecantikan pun berubah. Jika dulu standar kesuksesan diukur dari kestabilan finansial, keluarga bahagia dan reputasi yang terjaga. Sekarang nilai kesuksesan berubah, harus ada pengakuan profesional dan kreatifitas yang membuat seseorang dianggap layak, serta kebebasan melakukan hobi pribadi.
Menjaga Mental Tetap Sehat
Mental sehat dapat didefinisikan sebagai perasaan bahagia, merasa cukup sehingga mampu mengatasi tantangan dalam hidup. Mental sehat juga diartikan sebagai sikap yang dapat menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak, serta selalu berusaha bersikap dan bertindak positif.
Memiliki mental sehat bukanlah perkara gampang dan mudah. Perlu kesadaran, ilmu, dan lingkungan yang baik dan sehat. Ukuran mental sehat bukan karena usia, pendidikan atau pengamalan agama yang dikatakan baik.
Beberapa faktor penyebab kesehatan mental individu dapat terinfeksi virus. Pertama, menurunnya kualitas nilai hidup seperti kejujuran, kesabaran dan kerja keras yang dulu menjadi faktor pembeda nilai kesuksesan. Sekarang, kesuksesan sering diukur dari finansial, popularitas, relasi, dan pengaruh kekuatan politik. Banyak kita lihat individu sukses dan mendapat kehormatan dimasyarakat karena memiliki hubungan erat dengan penguasa. Walaupun tidak secara langsung mempengaruhi cara berpikir generasi muda, aktifitas tersebut menurunkan kecerdasan berpikir include didalamnya semangat berkompetisi. Ketika hal tersebut membudaya bukan stamina cinta dan bangga bertanah air yang dapat luntur, tetapi juga motivasi berjuang tidak lagi jujur, tetapi akan diselimuti oleh KKN.
Kedua, transformasi peran gender dari tradisional ke modern dimana perempuan sama seperti laki-laki juga berkompetisi didunia kerja untuk memperoleh kesuksesan. Walaupun faktanya dominan perempuan berkarir bukan karena ingin dianggap setara atau mengalahkan peran laki-laki. Keadaan ekonomi atau habit seolah mengharuskan banyak perempuan harus dan mau bekerja agar dianggap bernilai.
Ketiga, pengaruh media sosial. Sebagai sarana informasi, hiburan yang secara apik disebut pisau bermata dua, keberadaan media sosial ikut berpartisipasi aktif mempengaruhi nilai hidup dan keyakinan seseorang. Melihat kehidupan glamour selebritis, pola hidup dan cara beragama banyak membuat masyarakat terhipnotis untuk juga melakukan hal serupa. Celebrity endorser akan memperkuat citra pandangan tidak hanya sekedar tentang mempengaruhi untuk membeli/menggunakan produk kosmetik, pakaian dan perabotan rumah tangga, tetapi juga doktrin nilai hidup.
Dari beberapa faktor diatas dapat disimpulkan bahwa, perubahan sosial memaksa siapapun kita untuk waspada menjaga diri dari tontonan dan lingkungan toxic untuk menjaga mental tetap sehat. Meningkatkan literasi digital serta literasi hidup diyakini sebagai win win solution untuk menjaga mental tetap dan terus sehat.