JEPANG, Suara Muhammadiyah - Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memberikan pendampingan tata kelola organisasi modern kepada Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jepang. Program pendampingan yang berlangsung sejak Mei ini bertujuan untuk memperkuat aspek manajemen organisasi PCIM Jepang yang tengah berada dalam masa transisi kepemimpinan.
Dr. Mega Hidayati, S.Ag., S.S., M.A., dosen UMY yang melaksanakan program pengabdian ini, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari komitmen UMY dalam memperluas kontribusi akademik dan sosial melalui kolaborasi global. Pengabdian ini juga dilaksanakan atas permintaan langsung dari PCIM Jepang, disertai dengan observasi awal yang dilakukan Mega sebelum program dimulai.
“Sebelum pendampingan ini dilakukan, aktivitas organisasi sangat bergantung pada waktu yang dimiliki oleh pimpinan. Sementara itu, waktu mereka terbatas karena kesibukan studi dan pekerjaan, sehingga kegiatan organisasi berjalan minim. Divisi-divisi dalam struktur organisasi juga belum aktif,” ungkap Mega saat ditemui Humas UMY di ruang kerjanya, Selasa (8/7).
Selain itu, dari hasil observasi daring dan luring, diketahui bahwa PCIM Jepang belum memiliki indikator kinerja utama atau Key Performance Indicators (KPI). Padahal, KPI sangat penting untuk mengukur pencapaian organisasi, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan mendukung pengambilan keputusan berbasis data.
“Permasalahan-permasalahan ini muncul karena sebagian besar pengurus adalah mahasiswa atau pekerja penuh waktu, sehingga pengelolaan organisasi belum maksimal,” tambah Mega, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Reputasi Global UMY.
Sebagai respon terhadap temuan tersebut, Mega menyelenggarakan Workshop Manajemen Organisasi pada akhir Mei 2025. Dalam sesi tersebut, peserta dibekali enam prinsip utama Good Organizational Governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, partisipasi, inklusivitas, responsivitas, serta efektivitas dan efisiensi.
“Organisasi yang sehat dibangun melalui keterbukaan, pelibatan pemangku kepentingan, dan kemampuan merespons tantangan secara profesional,” tegas Mega.
Tak hanya penyampaian konsep, Mega juga mengenalkan pendekatan praktis melalui penerapan KPI dan sistem Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS), sebagai alat bantu dalam perencanaan dan penganggaran organisasi yang terintegrasi.
Peserta juga diajak memahami pentingnya audit dan evaluasi sebagai bagian dari refleksi kelembagaan. “Audit tidak hanya tentang laporan keuangan, tetapi juga merupakan alat reflektif untuk memahami kekuatan dan tantangan organisasi,” lanjutnya.
Program pengabdian ini tidak berhenti pada penyelenggaraan workshop. Mega terus melakukan pendampingan dan monitoring hingga akhir Juni 2025, termasuk mendampingi proses finalisasi KPI dan program kerja sebagai komitmen terhadap keberlanjutan hasil kegiatan.
“Tindak lanjut dari pengabdian ini berupa evaluasi dan pengembangan program yang akan terus dilakukan, agar transformasi organisasi berjalan berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan,” ujar Mega.
Mega berharap pengabdian internasional ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan organisasi dan masyarakat.
“Saya berharap peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern dalam kehidupan organisasi, sehingga PCIM Jepang dapat berkembang menjadi organisasi yang tertata, sistematis, dan memberi dampak positif, khususnya di kalangan diaspora Muslim di Jepang,” tutupnya.
Program pengabdian ini juga membuahkan hasil pemberian hibah buku yang akan diberikan oleh seorang peneliti Muhammadiyah di Jepang, Matsuo Nakamura kepada UMY. (S)
