BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah - Eco Bhinneka Muhamamdiyah Regional Banyuwangi pada Sabtu (7/9/2024) melakukan serangkaian Workshop Biopori dan Penanaman Pohon di 6 (enam) tempat ibadah. Kegiatan ini sebagai ajang penutupan tahun 2024 program Eco Bhinneka Regional Banyuwangi, yang telah berlangsung selama 4 (empat) tahun.
Kegiatan ini diikuti oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Banyuwangi, Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan (Among), Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Cabang Cluring dan Genteng. Manager Eco Bhinneka Regional Banyuwangi, Windarti menyampaikan tujuan kegiatan hari ini untuk menjalin silaturahmi, meningkatkan persaudaraan sesama tokoh dan pemuda lintas agama dalam rangka menjalin kerukunan antarumat beragama.
"Kami bersyukur sekali bisa bertemu dengan para pengurus tempat ibadah di sini, tujuan kami datang selain untuk bersilaturahmi juga akan menanamkan biopori dan pohin alpukat," papar Windarti.
"Muhammadiyah dan Katolik memiliki visi yang sama yaitu mencerdaskan umat. Di Banyuwangi, Umat Katolik dan Muhammadiyah berdampingan dan tidak pernah ada perselisihan. Gereja Katolik selama ini juga melakukan kegiatan ekologi pelestarian lingkungan. Saya menempatkan kunjungan di Gereja ini untuk mengenalkan bahwa di sini juga merintis penggunaan lahan untuk kelestarian lingkungan. Di banyuwangi juga ada Griya Ekologi Kelir, ada tempat pertemuan dan kamping. Gerakan Eco bhinneka ini sangat kami terima. Kami mewujudkan ilmu yang diterima dari Eco Bhinneka dengan beberapa kegiatan yang mulai kami rintis," ujar Yos Sumiyatna, tokoh agama Katolik.
Maydini, selaku fasilitator daerah menjelaskan bahwa biopori adalah salah satu solusi praktis untuk mengatasi permasalahan sampah. Pembuatan dan penggunaannya sangat mudah, bahan yang dibutuhkan diantaranya pipa sepanjang 50 cm dengan diameter 11 cm yang sudah dilubangi pinggirnya dan tutup pipa. Tanah dilubangi sedalam 48 cm, kemudian pipa dimasukkan ke dalam tanah, biopori sudah bisa langsung digunakan.
Sampah basah sisa makanan dimasukkan ke dalam lubang tersebut kemudian ditutup dengan dedaunan kering agar tidak tercampur sampah plastik. Sehingga tidak menimbulkan bau. Ampas biopori bisa dipanen setelah 3 (tiga) bulan didiamkan. Ampas tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk organik.
Penanaman pohon & biopori secara maraton dilaksanakan di Tempat Ibadah Tri Dharma Hoo Tong Bio, Gereja Katolik Bintang Timur, Masjid At Tanwir SMK Muhammadiyah 2, Pura Satya Mandara Giri Loka, Wihara Jaya Manggala, dan berakhir di Gereja Kristen Al Kitab Indonesia.
Ada moment seru dari rangkaian Workshop Biopori dan penanaman pohon di tempat ibadah, yakni sesi pembagian dorprize dengan melibatkan warga di tempat ibadah. Panitia menyediakan aneka hadiah menarik di setiap kunjungan ke tempat ibadah lintas agama.
(Lia /Winda/Fab)