SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir membuka Sekolah Kepemimpinan Nasional (SKN) 2025 di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya Klidon Sukoharjo Ngaglik, Sleman, Selasa (11/11).
Dalam kesempatan itu, Haedar mengapresiasi tinggi atas dedikasi dan langkah Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) sebagai inisiator dengan menggelar acara penting tersebut.
"Ini langkah baru LHKP dan menjadi model ke depan yang waktunya cukup panjang (40 hari). Saya yakin matang, karena yang menemani, membimbing, dan mengarahkan juga para tokoh senior dan berpengalaman," katanya.
Dalam kesempatan itu, menyoroti hal ihwal kepemimpinan. Menurut Haedar, kata kepemimpinan berasal dari pemimpin, yang berada di lapisan penting dan teratas di suatu organisasi atau kelompok tertentu.
"Perannya sangat penting. Tinggal anda, apakah mau naik kelas atau tidak, dari orang biasa untuk menjadi orang yang berpikir dengan otak. Dan otaknya bukan sembarangan, tapi otaknya yang cerdas," ujarnya.
Di samping itu, pemimpin meniscayakan peran mengatur. Pemimpin memiliki kemampuan untuk mengatur sumber daya, tugas, dan tanggung jawab tertinggi agar tercapai tujuan dengan efisien.
"Banyak lalu lintas orang kepentingan dan segala macam, di situlah pemimpin harus bisa mengatur. Tapi terkadang, mengatur tidak nyaman buat orang yang diatur karena pada dasarnya orang ingin leluasa berbuat apa saja. Tapi, dalam sebuah kepemimpinan itu harus ada," tegasnya.
Lebih lanjut, pemimpin punya peran sebagai pembimbing. Peran pembimbing mencakup memberikan motivasi, membantu mengatasi masalah, serta menyediakan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
"Kalau anda sudah punya peran membimbing orang, itu sudah punya potensi sebagai pemimpin," jelasnya.
Bersamaan dengan itu, pemimpin juga harus bisa menunjukkan jalan yang benar dan benderang. "Karena dalam hidup itu banyak persimpangan. Dan kita pemimpin harus bisa memberi arah," bebernya.
Termasuk, memberikan arah benar-salah, baik-buruk, pantas-tidak pantas, dan sebagainya.
"Anda diajak (lewat SKN 2025) untuk belajar menjadi pemimpin. Mungkin tidak sekali jadi, tapi proses ini cukup sebenarnya untuk melakukan proses inkubasi," jelasnya. (Cris)


