YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah secara resmi telah menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H. Sesuai maklumat, 1 Ramadhan 1446 H (awal puasa) jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025, Idulfitri (1 Syawal 1446 H) jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Sementara, untuk 1 Zulhijah 1446 H jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Hari Arafah (9 Zulhijah 1446 H) jatuh pada 5 Juni 2025, dan Iduladha (10 Zulhijah 1446 H) jatuh pada Jumat 6 Juni 2025.
Bagi Haedar, penetapan ini ketika terjadi perbedaan di lapangan, diharapakan tetap mengedepankan sikap toleransi dan saling menghargai tanpa menimbulkan keretakan di kehidupan bangsa.
"Hal itu sudah menjadi kekayaan keagamaan kita yang selama ini dijunjung tinggi untuk tidak menjadi perbincangan terus-menerus apalagi menjadi potensi keretakan," katanya saat Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah Cikditiro Yogyakarta, Rabu (12/2).
Haedar mengatakan, setiap tahun umat Islam melaksanakan puasa, termasuk merayakan Idulfitri, dan Iduladha. Pada momentum itu, Ia meminta agar jangan sampai tidak membawa transformasi pada setiap denyut nadi tindakan sebagai seorang muslim baik secara individual maupun kolektif dalam kehidupan sehari-hari.
"Mestinya membawa pencerahan. Pencerahan yakni perubahan dari hal-hal yang buruk ke hal-hal baik. Dari hal-hal yang baik ke hal-hal yang terbaik menuju pada kehidupan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia kesemestaan yang semakin lebih baik lagi," tuturnya.
Untuk itu, Haedar mengajak untuk menjadikan seluruh rangkaian peribadatan di bulan-bulan tersebut sebagai proses internalisasi nilai yang membentuk pribadi-pribadi yang memiliki jiwa kerohanian yang tinggi.
"Kami sebut sebagai jiwa kerohanian yang luhur dan utama dalam sikap, tindakan, sehingga baik dalam beragama maupun dalam kehidupan kita bisa membawa maslahat dan rahmat bagi kehidupan. Sehingga keberagaman itu betul-betul melahirkan teladan terbaik," tegasnya.
Haedar mengingat agar momentum ibadah puasa dapat membawa jalan baru dalam kehidupan. Hal itu amat penting di tengah potret kehidupan sosial yang semakin dinamis, termasuk pengaruh dari media sosial sekaligus ekosistem kehidupan serba bebas terbuka.
"Kami juga mengharapkan puasa membawa jalan baru kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama hatta setiap umat yang berbeda agama. Sehingga kita bisa memupuk persaudaraan, persatuan, kemajuan dalam rumah kemajemukan yang bisa membawa pada peradaban bersama yang menyelamatkan, harmoni, dan membawa pada kemajuan," ujarnya.
Khusus elite bangsa, Haedar berharap momentum Puasa, Idulfitri, dan Iduladha, dapat memperkaya keluhuran batin. Tentu dengan orientasi dalam melaksanakan amanah rakyat penuh dengan spiritualitas yang tinggi.
“Jadikan amanah itu sebagai mandat luhur atas nama Allah yang melahirkan keterpercayaan, keadilan, kebaikan, dan jiwa kenegarawanan. Seraya menjauhi hal-hal yang buruk korupsi, pemborosan, penyalahgunaan kekuasaan, sekaligus menunjukkan arogansi diri merasa sebagai pejabat publik yang tidak bisa menjadi teladan di hadapan masyarakat,” tandasnya. (Cris)