Hari Pahlawan: Mengenang Pengorbanan, Integritas dan Semangat Kebangsaan
Oleh: Elly Hasan Sadeli
Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Momentum ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momen refleksi bagi seluruh elemen masyarakat untuk mengenang jasa para pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tanggal ini dipilih untuk mengenang pertempuran Surabaya pada tahun 1945, ketika rakyat dan pemuda Indonesia mempertaruhkan pikiran, tenaga, harta bahkan nyawa guna melawan kekuatan penjajah demi harkat, martabat dan kebebasan bangsa ini. Semangat pantang menyerah mereka adalah teladan yang harus tetap kita jaga dalam diri setiap warga negara Indonesia. Namun, di era modern ini, hari Pahlawan lebih dari sekadar mengenang masa lalu, ia menjadi inspirasi untuk menghidupkan kembali semangat kepahlawanan dalam konteks yang sesuai dengan tantangan zaman.
Semangat perjuangan para pahlawan masa lalu, seperti Bung Tomo dan pahlawan Surabaya yang gagah berani melawan penjajah pada pertempuran 10 November 1945, membawa pesan penting: cinta tanah air dan pengorbanan untuk kesejahteraan bersama. Dalam konteks ini, pahlawan tidak hanya dilihat sebagai individu yang memegang senjata, tetapi juga mereka yang berani berdiri teguh untuk kebenaran, keadilan, dan kepentingan rakyat. Semangat inilah yang perlu kita teruskan dalam kehidupan sehari-harini, kepahlawanan dapat diwujudkan melalui bentuk-bentuk baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat modern. Sebagai contoh, peran aktif dalam mengatasi masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan merupakan bentuk kepahlawanan kontemporer.
Maka dalam situasi saat ini, makna kepahlawanan perlu direkonstruksi lebih kuat. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini tentu jauh berbeda dibandingkan masa perjuangan kemerdekaan, namun semangat untuk berkontribusi bagi bangsa harus tetap dirawat dan ditumbuhkan lebih masif. Sebagaimana dijelaskan oleh Eko Prasetyo (2022) “Semangat pahlawan di era modern bisa diartikan dengan menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas, kepahlawanan masa kini bisa diwujudkan dengan berperan aktif dalam berbagai bidang: mulai dari pendidikan, kesehatan, teknologi, hingga menjaga persatuan dan kesatuan bangsa”. Dengan bersikap jujur, bekerja keras, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, kita turut mewujudkan semangat kepahlawanan yang sesungguhnya.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa ini masih dihadapkan pada berbagai masalah, seperti kesenjangan sosial, korupsi, dan lemahnya karakter kebangsaan di kalangan generasi muda. Sukidi (Kompas, 2024) melihat bahwa “praktik korupsi yang kian menggurita dan merajalela telah menimbulkan kerusakan yang semakin destruktif bagi bangsa. Yang kini makin memprihatinkan tidak ada kesadaran kolektif di kalangan pemimpin bangsa bahwa korupsi yang semakin merajalela itu menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan memperhatikan pemerataan yang berakibat meningkatnya kemiskinan”. Pendapat ini sebagaimana renungan Buya Syafii Maarif (Kompas, 2011) bahwa “Indonesia punya presiden, punya gubernur, punya bupati/walikota, tetapi tidak punya pemimpin”. Pemimpin dalam arti pribadi yang berani dan tegar mengambil keputusan, jika perlu dengan mengorbankan dirinya demi kepentingan luas. Sebagaimana nilai-nilai itu perpancar dari pahlawan yang telah berjuang demi bangsa dan negara.
Maka, hari Pahlawan harus menjadi momen untuk merefleksikan bagaimana kita sebagai bangsa dapat meneladani semangat, keteguhan, dan keberanian para pahlawan dalam menghadapi setiap persoalan. Kepahlawanan bukanlah konsep yang usang, tetapi semangat yang senantiasa relevan sepanjang waktu. Dengan menghadapi tantangan era digital dan turut serta dalam mengatasi masalah sosial, kita bisa menjadi pahlawan dalam bentuk yang baru.
Peringatan hari Pahlawan semestinya mengingatkan kita bahwa kemerdekaan yang telah diraih bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal untuk membangun negeri yang lebih baik. Pahlawan masa kini adalah mereka yang berani melakukan perubahan untuk membawa Indonesia ke arah visi dan misi yang telah termaktub dalam pembukaan UUD NRI 1945.
Cahaya pancaran kepahlawanan iti dapat dilihat dari perilaku dan karakteristik serta kegiatan yang bersifat heroik. Pertanyaannya, apakah setiap orang bisa menjadi pahlawan? Menurut Kinsella, Ritchie, and Igou (2012), setiap orang merupakan pahlawan dalam kehidupan keseharian. Kita semua bisa menjadi pahlawan dalam skala yang berbeda-beda, dengan cara dan kemampuan masing-masing. Inilah esensi dari peringatan hari Pahlawan: tidak sekadar mengenang perjuangan yang telah berlalu, tetapi meneruskan semangat tersebut untuk membawa manfaat bagi generasi dan masa depan Indonesia yang lebih baik.
Selamat Hari Pahlawan.
Elly Hasan Sadeli, Penggiat Demokrasi UMP