Oleh: Ns. Andri Praja Satria, M.Sc, M.Biomed (Dosen di Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur)
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi (stage 1; 130/80 mmHg) telah menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023, lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, dengan angka kejadian terus meningkat dari tahun ke tahun.
Studi terbaru oleh CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun 2022, prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada usia lanjut, di mana lebih dari setengah dari orang dewasa di atas 60 tahun menderita kondisi ini.
Namun demikian, hipertensi juga dapat menghinggapi orang muda. Tanda dan gejala hipertensi dapat bervariasi, mulai dari yang tidak terlihat hingga yang lebih nyata. Beberapa orang mungkin tidak merasakan gejala sama sekali, sementara yang lain dapat mengalami sakit kepala, kelelahan, pusing, atau perubahan penglihatan.
Penting untuk diingat bahwa hipertensi sering kali diam-diam merajalela tanpa gejala yang jelas, itulah mengapa pemeriksaan rutin tekanan darah menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tertentu.
Faktor Risiko dan Penyebab Kekambuhan hipertensi
1. Ketidakpatuhan pengobatan
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kekambuhan hipertensi.
Hanya sekitar 1 dari 4 orang dengan hipertensi memiliki tekanan darah terkontrol dengan pengobatan yang tepat (WHO, 2023).
Ada beberapa penyebab mengapa ketidakpatuhan ini terjadi. Salah satunya adalah efek samping obat yang dirasakan oleh pasien yang menyebabkan efek samping yang tidak nyaman, seperti pusing, mual, atau gangguan tidur, yang membuat pasien enggan untuk melanjutkan pengobatan.
Biaya pengobatan juga dapat menjadi hambatan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses yang memadai ke layanan kesehatan atau tidak memiliki jaminan kesehatan yang mencukupi.
Contoh lain dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah ketidakpahaman pasien tentang pentingnya pengobatan yang teratur. Beberapa pasien mungkin merasa bahwa mereka sudah merasa baik setelah tekanan darah mereka terkontrol dan menghentikan penggunaan obat mereka tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Namun, hal ini dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan meningkatkan risiko kekambuhan (Kulkarni dan Graggaber, 2022).
2. Gaya Hidup Tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat, seperti diet tinggi garam, konsumsi alkohol berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok, dapat meningkatkan risiko kekambuhan hipertensi.
Faktor-faktor ini menyumbang lebih dari 70% kasus hipertensi di seluruh dunia. Namun, gaya hidup sehat seringkali sulit diterapkan karena membutuhkan perubahan kebiasaan yang mendalam dan berkelanjutan.
Aksesibilitas gaya hidup tidak sehat, promosi industri yang agresif, dan kesulitan dalam mengubah kebiasaan menjadi faktor utama yang membuat gaya hidup sehat sulit diadopsi oleh banyak individu (WHO, 2023).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik juga memainkan peran penting dalam kekambuhan hipertensi. Individu yang memiliki riwayat keluarga hipertensi cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekambuhan, bahkan jika mereka telah mengadopsi gaya hidup sehat dan mematuhi pengobatan secara disiplin (Evans, Smith, dan Lee, 2016).
Contoh dari faktor genetik yang berperan pada hipertensi adalah polimorfisme gen yang terkait dengan regulasi tekanan darah, seperti gen renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) atau gen beta-adrenergic receptors (Kato, dkk, 2015).
Pengobatan yang tepat untuk hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik tersebut. Sebagai contoh, individu dengan polimorfisme gen tertentu pada sistem RAAS mungkin merespons lebih baik terhadap pengobatan yang menargetkan jalur tersebut, seperti inhibitor ACE (Angiotensin-Converting Enzyme) atau blocker ARB (Angiotensin Receptor Blocker) (Johnson, Smith, dan Lee, 2014).
Pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor genetik dapat membantu dalam merancang pengobatan yang lebih spesifik dan efektif untuk setiap pasien dengan hipertensi.
Strategi Pengelolaan Hipertensi
1. Edukasi Pasien
Edukasi pasien tentang pentingnya pengobatan yang teratur dan gaya hidup sehat merupakan langkah penting dalam mencegah kekambuhan hipertensi. Menurut American Heart Association, hanya sekitar 50% pasien hipertensi yang benar-benar memahami kondisinya.
Oleh karena itu, penyedia layanan kesehatan perlu memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada pasien tentang konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan dan pentingnya perubahan gaya hidup.
Memberikan informasi tentang pentingnya gaya hidup sehat, seperti pola makan rendah garam, tinggi serat, dan rendah lemak, olahraga rutin, menghindari alkohol berlebihan, serta berhenti merokok, dapat membantu pasien memahami kondisinya dengan lebih baik.
Informasi yang mudah dimengerti ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan perubahan gaya hidup yang diperlukan (AHA, 2023).
2. Pengembangan Dukungan Pasien
Dukungan kelompok dalam penatalaksanaan hipertensi dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil kesehatan pada pasien dengan hipertensi.
Setidaknya terdapat 3 bentuk dukungan yang umumnya diberikan pada kelompok dukungan hipertensi.
Pertama, dukungan emosional yang mencakup empati, perhatian, dan pemahaman. Kedua, dukungan informatif yang mencakup memberikan saran, informasi, dan panduan kepada pasien. Ketiga, dukungan instrumental yang mencakup bantuan praktis, seperti membantu pasien dengan tugas sehari-hari atau membantu mereka mengakses layanan kesehatan (APHRC, 2023).
Menurut laporan WHO, sekitar 4 dari setiap 5 orang dengan hipertensi tidak mendapatkan pengobatan yang memadai. Namun, jika setiap Negara dapat meningkatkan cakupan pengobatan, 76 juta kematian dapat dicegah antara tahun 2023 dan 2050.
Evaluasi telah menunjukkan bahwa Program Manajemen Hipertensi (HMP) efektif dalam meningkatkan kontrol hipertensi di antara pasien di fasilitas kesehatan yang melayani populasi yang berisiko tinggi terkena hipertensi.
Namun, perlu dicatat bahwa keberhasilan dukungan kelompok dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk karakteristik individu pasien, konteks budaya dan sumber daya kesehatan yang tersedia.
Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan pendekatan dukungan kelompok dengan kebutuhan dan preferensi individu pasien (CDC, 2023).
3. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu yang melibatkan kerjasama antara dokter, ahli gizi, perawat, dan psikolog dapat lebih efektif dalam mengelola kekambuhan hipertensi daripada pendekatan yang terpisah.
Misalnya, dokter dapat melakukan pemantauan tekanan darah secara rutin dan mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan. Ahli gizi dapat memberikan saran tentang pola makan yang sesuai, termasuk rekomendasi untuk mengurangi konsumsi garam dan makanan tinggi lemak, serta meningkatkan asupan serat.
Perawat dapat membantu dalam memantau kondisi pasien secara keseluruhan, memberikan informasi tentang penggunaan obat yang benar, dan memberikan dukungan emosional selama kunjungan ke klinik.
Psikolog dapat memberikan konseling untuk membantu pasien mengatasi stres, kecemasan, atau depresi yang terkait dengan kondisi hipertensi mereka.
Dengan bekerja sama dalam tim multidisiplin ini, pasien dapat menerima perawatan yang holistik dan terkoordinasi untuk mengelola hipertensi mereka dengan lebih efektif (Zhao dkk, 2022).