YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Umat Islam pada bulan Ramadhan menjadi momentum untuk menambah ketakwaannya agar lebih dekat kepada Allah SWT. Banyak sekali di bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT ini dengan berbagai macam kajian-kajian yang diselenggarakan oleh umat Islam di masjid-masjid. Suasana Ramadhan menjadi kenangan yang terindah, di mana banyak orang yang berfastabiqul khairat memperbanyak amalan sunnah, baik itu tadarrus al-Qur’an, mengikuti kajian, membuat program santunan, i’tikaf di masjid dan lain sebagainya.
Ramadhan di Kampus Universitas Ahmad Dahlan selalu membuat program-program unggulan di bulan Ramadhan ini. terkhusus pada hari ini Sabtu (30/03) di mana malamnya sudah masuk pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan 1445 H. Sehingga, RDK UAD memulai program I’tikaf di masjid Islamic Center. Program yang sudah ditunggu-tunggu oleh jamaah yang ingin merasakan kenikmatan malam di masjid tersebut.
Program itikaf ini sudah berjalan dari awal berdirinya masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan kampus IV yaitu tahun 2015. Sehingga ada beberapa jamaah yang sudah mengikuti sejak lama sampai saat ini. Ustadz Dr. Nur Kholis, M.Ag. selaku Wakil Rektor 1 Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mengajak para jamaah itikaf untuk refresh untuk memantapkan proses itikaf yang akan dilalui oleh para jamaah.
I’tikaf secara bahasa yaitu berdiam diri dan menetap dalam sesuatu. Dalam penelusurun, Nur Kholis menyampaikan ada beberapa ulama yang berbeda memberikan pengertian pada istilah i’tikaf. Salah satunya pendapat Hanafiyah, i’tikaf merupakan berdiam di masjid biasa dipakai untuk shalat berjamaah. Imam Syafi’i memaknainya berdiam diri di masjid dengan melakukan amalan-amalan tertentu dengan niat karena Allah.
Dalam keputusan Pimpinan Tarjih Muhammadiyah dalam buku tuntunan Ramadhan, i’tikaf merupakan berdiam diri di masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-amalan atau ibadah tertentu untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Dari beberapa definisi tersebut, Nur kholis menyampaikan itikaf itu dalam dalil al-Qur’an di surat al-Baqarah ayat 187 di ujung ayat disebutkan. Dan dalam hadis disebutkan nabi SAW selalu melaksanakan i’tikaf di 10 hari terakhir Ramadhan selama umur hidupnya, dan setelah wafat dilanjutkan oleh istri-istrinya.
Nur Kholis sampaikan pula dalam penelusuran pada tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab menjelaskan lailatul Qadr tidak pasti menyongsong pada malam ganjil saja.
“Menyongsong kedatangan lailatul Qadr itu dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Bahkan sudah sejak awal Ramadhan.” Jelasnya.
Di samping jamaah itikaf menyongsong lailatul Qadr tetapi juga karena nabi SAW juga selalu itikaf. Dijelaskan oleh Nur kholis bahwa itikaf itu kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah. Karena semua orang Islam itu umatnya, maka harus mengikutinya.
Nur Kholis menyampaikan pula bahwa beberapa ulama berbeda terkait waktu i’tikaf. Ada yang mengatakan 24 jam. Menurut Hanafiyah itikaf boleh hanya sebentar saja. Menurut Malikiyah dilaksanakan minimal satu malam.maka para ulama tidak menentukan waktu i’tikaf, sehingga karena pendapat tentang i’tikaf itu beragam, jika disimpulkan Majelis Tarjih itu yang terpenting dalam waktu-waktu tertentu dan lebih lama itu lebih utama.
Ada pendapat tentang tempat i’tikaf itu masjid yang digunakan untuk shalat jamaah. ada juga yang mengatakan tidak hanya itu tetapi yang digunakan juga shalat Jum’at.
“i’tikaf itu boleh di mana saja yang penting di masjid tidak bisa i’tikaf di dalam rumah. Makanya syarat itikaf itu mesti mereka yang berkuasa.’ Terangnya.
Aktivitas yang dilakukan selama itikaf menurut Nur Kholis, Pertama melaksanakan shalat sunnah, shalat tahiyyatul Masjid, Shalat lail dan lain-lain. Kedua memperbanyak baca al-Qur’an dan mengikuti kajian. Ketiga, berzikir dan berdoa serta membaca buku. (Badru Tamam)