Ibu Cinta Terbaik untuk Semesta
Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP PWM Kalbar
Tiada ada kata dan definisi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana peran ibu yang tak terhingga. Ibu adalah jantung rumah tangga, sosok mulia karena ikhlasnya ridha Allah kita rengkuh. Saat ibu hanya bisa hadir di alam pikiran dan doa, maka kesedihan hati acapkali membuat pilu. Keadaan ini hanya bisa dimengerti oleh individu yang telah mengalami kehilangan sosok makhluk Allah lemah lembut namun bisa sekuat baja saat titik terendah sekalipun.
Melukiskan bagaimana peran ibu maka kita akan menelisik keadaan yang sesungguhnya tidak mudah untuk dilakonkan. Sebagai perempuan, sosok ibu terstigma harus sempurna, tampil cantik bagian fungsi melayani. Bisa masak, mengurus anak dijadikan kewajiban dasar yang harus dimiliki saat pertambahan usia dan status. Kualitas penampilan anak, suami pun terstigma adalah bagian dari peran perempuan sebagai ibu dan istri.
Peran tersebut semakin kompleks seiring dengan perubahan kebutuhan dan keinginan hidup yang banyak mengalami pergeseran nilai. Perempuan sekarang dituntut untuk dapat bekerja, menghasilkan pundi-pundi uang untuk keluarga. Jika peran tersebut tidak dapat terpenuhi, maka stigma belum sempurna begitu saja tersemat kepada perempuan terlebih jika ia berpendidikan sarjana. Sanksi sosial tersebut membuat tidak sedikit perempuan merasa kurang bernilai, diliputi kecemasan dan tidak percaya diri. Ketakutan akan nasib diri dan anak jika suami meninggal atau ketika terjadi perceraian merupakan bagian motivasi banyak perempuan untuk bekerja/berkarir.
Maka jamak sekarang kita lihat perempuan bekerja, membantu suami atau hanya sekedar aktualisasi diri agar bermanfaat. Mereka tetap mampu menjalankan peran dengan baik, dengan tidak melupakan kodrat sebagai ibu dan istri. Ada pula yang mengisi waktu luang dengan berjualan melalui media sosial sehingga tidak harus meninggalkan anak untuk mencari rezeki. Atau intens mengikuti taklim sebagai momentum memperluas wawasan ilmu, tentu saja atas izin suami.
Dimensi Peran Ibu
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah mengharamkan atas kamu, durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya, membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci kamu yang banyak bicara serta banyak bertanya, begitu pula yang menghambur-hamburkan harta." (HR. Bukhari, Muslim). Dari hadist ini terlihat, begitu besar keutamaan yang akan didapat jika kita berbakti kepada kedua orang tua, khususnya ibu.
Cinta ibu mampu membuat dunia seisinya bernilai karena tulus mengasihi tanpa syarat. Bagaimana peran perempuan sebagai ibu akan selalu menjadi perbincangan menarik ditengah hiruk pikuk tekanan perubahan sosial yang tidak dapat diprediksi karena tidak statis. Seorang ibu zaman now wajib hukumnya memiliki pemahaman ilmu agama dan sosial yang baik dan berkembang, jika tidak ingin anaknya kelak memiliki mental frustasi.
Ibu harus mau dan cerdas meluangkan waktu kebersamaan lebih banyak untuk anak, sebab dibandingkan dulu, sekarang aktifitas orang tua dan anak lebih dominan diluar rumah. Rumah di new media hanya sebagai tempat istirahat saat jasad telah lelah bekerja. Kondisi demikian menuntut ibu lebih fight, serta memiliki strategi dalam mengelola emosi. Ibu juga dituntut dapat memahami karakter anak sesuai dengan masa tumbuh kembangnya.
Maka, penting dukungan suami. Kehadiran ayah di fase pembentukan karakter anak adalah bagian fundamental dari pola pengasuhan yang efektif. Dukungan suami akan membuat jiwa istri/ibu jauh lebih kuat bahagia. Kebahagiaan ibu cermin tolak ukur kesuksesan sebuah rumah tangga, yang nanti menjadi imunitas bagi anak agar selalu siap menghadapi kehidupan sosialnya kelak. Ibu kuat, semangat dan bahagia adalah cinta terbaik bagi semesta.