Oleh : Drs M Jindar Wahyudi, MAg
Perjalanan hidup manusia tak ubahnya perjalanan waktu yang begitu cepat berlalu, siapa yang menyia-nyiakannya berarti telah menyia-nyiakan hidupnya. Alangkah meruginya jika menyia-nyiakan waktunya dengan hanya berlalu begitu saja tanpa aktivitas apa-apa. Apalagi jika waktu itu sudah ditunjukan oleh Allah swt sebagai waktu yang utama untuk beribadah kepada-Nya.
Waktu-waktu yang utama pilihan Allah itu antara lain adalah waktu yang berada diujung malam yang ahir, yaitu
1. Waktu Sepertiga Malam Yang Akhir. Waktu sepertiga malam yang akhir merupakan waktu yang sangat baik dan utama untuk menghidupkan malam dengan beribadah dan mendekatkaan diri kepada Allah SwT, seperti qiamullail, membaca Al Qur’an, dzikir dan berdo’a kepada Allah (QS. Al Muzammil : 2-8).
Dalam hal shalat malam (qiamullail) merupakan shalat sunat yang paling utama setelah shalat maktubah (wajib). Sedang waktu pelaksanaanya yang paling baik adalah pada waktu sepertiga malam yang ahir walaupun dibolehkan mengerjakannya sepanjang malam semenjak awal malam setelah melaksanakan shalat Isa’ sampai menjelang terbitnya fajar.
Sebagaimana Hadits dari Jabir ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:
مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوَتِّرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِع
يَقُومَ آخِرَهُ، فَلْيُوتِرُ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
“Barang siapa khawatir tidak bisa bangun di akhir malam maka hendaknya ia shalat witir di permulaan malam. dan barangsiapa yakin bisa bangun di akhir malam maka hendaknya ia shalat witir di akhir malam. karena sesungguhnya shalat di akhir malam itu disaksikan dan waktu itu lebih utama (HR. Muslim)
Mengerjakan shalat diujung malam ini terasa lebih tenang, hening dan husu’ yang setiap bacaan yang dibacanya terasa menyentuh ke dalam hati sanubari (QS. Al Muzammil: 6-7). Disamping itu ibadah pada ahir malam ini akan disaksikan oleh para Malaikat yang turun membawa kebaikan dan keberkahan.
Bahkan Allah juga akan turun ke langit bumi seraya berfirman; siapa yang berdo’a akan dikabulkan, siapa yang meminta akan diberi dan siapa yang memohon ampun dan bertaubat akan diterima tobatnya. Sebagaimana Hadits dari Abu Huraerah RA, Rasulullah SAW bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ (رواه البخاري و مسلم)
“Allah tabaraka wata’ala turun ke langit bumi pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malam. Allah berfirman; barang siapa yang berdo’a akan Aku kabulkan, siapa yang meminta akan Aku penuhi dan siapa yang bertaubat akan Aku ampuni dosa-dosanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa rugi dan sayangnya jika waktu yang baik itu kita lewatkan begitu saja setiap malamnya tanpa bangun dari tidur untuk mengerjakan shalat malam, meminta, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah swt. Allah akan mengabulkan setiap permintaan dan do’a hamba-hamba-Nya (QS. Al Baqarah :186). Maka sungguh sombong dan hinanya orang yang tidak mau berdo’a kepada Allah (QS Ghafir : 60).
Beberapa ayat Al Qur'an juga menjelskan tentang keutamaan shaalat malam seperti; diangkat derajadnya pada derajad yang tinggi (QS.Al Isra’ : 79), sebagai kekasih Allah (QS. Al Furqan : 63-64), memiliki kekuatan rohani dan mental yang tangguh yang tidak akan mudah menyerah dan putus asa dalam menghadapi dinamika kehidupan (QS. Al Muzammil :1-8). Sebagai pribadi yang bertaqwa yang akan mendapat posisi sangat mulia di sisi Allah swt (QS. Adz Dzariat : 15 – 19).
2. Waktu Sahur. Waktu sahur menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, adalah waktu diujung akhir malam yang sangat pendek sebelum masuk waktu fajar. Waktu ini biasanya dipakai untuk makan sahur bagi orang yang akan melaksanakan ibadah puasa. Waktu sahur ini merupakan waktu yang memiliki keutamaan yang luar biasa bagi orang yang berintropeksi mengakui banyak kekurangan dan kesalahan seraya merendahkan diri kepada Allah dengan meminta ampun dengan banyak membaca istighfar.
Disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 14-15 bahwa dijadikan indah sebagai perhiasan hidup manusia di dunia ini yaitu: wanita (jodoh), anak turun dan harta benda yang melimpah. Namun ketiga hal yang sangat disukai oleh setiap orang itu masih ada yang jauh lebih baik dan lebih indah lagi dari pada ketiga hal itu diantaranya adalah orang yang memanfaatkan waktu sahur untuk mengakui kekurangan dan kesalahannya seraya banyak membaca istighfar, lebih lengkapnya adalah orang yang berdo’a :
اَلَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اِنَّنَا اٰمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِۚ اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ
(Yaitu) orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami benar-benar telah beriman. Maka, ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari azab neraka. (Juga) orang-orang yang sabar, benar, taat, dan berinfak, serta memohon ampunan pada akhir malam (QS. Ali Imran : 16-17)
Surat Ali Imran ayat : 14-17 ini bisa dijelaskan bahwa dengan mengakui kesalahan dan dosa seraya memperbanyak membaca istighfar pada waktu sahur merupakan sebagian dari amal kebaikan (disamping orang sabar, benar, taat dan orang berinfaq) yang lebih utama dari pada segala sesuatu yang sangat dicintai umat manusia di dunia ini yaitu jodoh, anak turun dan harta benda yang melimpah ruah.
Membiasakan membaca istighfar pada waktu sahur juga merupakan salah satu kebiasaan orang-orang bertaqwa yang akan mendapatkan posisi yang mulia di Sisi Allah swt.
Firman Allah.
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَعُيُونٍ ءَاخِذِينَ مَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُحۡسِنِينَ كَانُواْ قَلِيلٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ وَفِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam (surga yang penuh) taman-taman dan mata air. (Di surga) mereka dapat mengambil apa saja yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam; dan pada waktu sahur mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan yang tidak mendapat bagian (QS. Ad Dzariat : 15-19)
3. Waktu Fajar Waktu fajar termasuk waktu diujung malam yang paling ahir yang menandai telah masuknya waktu shalat subuh yang juga memiliki banyak keutamaan. Adapun keutamaan waktu fajar itu adalah :
Shalat sunat sebelum subuh. Shalat sunat dua rekaat sebelum shalat subuh ini jika dikerjakan memiliki keutamaan yang bandiganya lebih baik dari pada dunia seisinya. Hal ini menunjukan betapa agung dan mulianya shalat diwaktu fajar ini.
Sebagaimana Hadits dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا (رواه مسلم)
“Dua rakaat shalat fajar itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya" (HR. Muslim)
Karena keutamaan shalat fajar ini sehingga Rasulullah saw sangat menganjurkan agar tidak meninggalkan shalat dua rekaat sebelum subuh ini walaupun waktunya sangat sempit, mendesak dan tergesa-gesa bagaikan dikejar oleh musuh.
Sebagaimana Hadits dari Abu Huraerah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
لاَ تَدَعُوا رَكْعَتَيِ الْفَجْرِ وَإِنْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْلُ (رواه احمد وابوداود)
“Jangnalah kamu meninggalkan dua rekaat shalat sunat fajar sekalipun kamu sedang dikejar oleh kuda musuhmu (HR. Ahmad, Abu Dawud)”
Shalat Subuh. Shalat yang dikerjakan juga pada waktu fajar adalah shalat subuh. Shalat subuh merupakan shalat dua rakaat yang wajib hukumnya yang pelaksanaanya juga disaksikan oleh para malaikat penjaga malam dan siang (QS. Al Isra’ :78). Namun dalam hal keutamaanya Allah dan Rasulnya tidak menjelaskan bandinganya secara rinci, hanya disamakan seperti shalat semalam suntuh jika dikerjakan dengan berjama’ah.
Sebagaimana Hadits dari Abdurrahman Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءِ فِى جَمَاعَةِ فَكَاءَنَّمَا قَامَ النِّصْفُ اللَّيْلِ, وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِى جَمَاعَةٍ فَكَاءَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلِ كُلَهُ (رواه مسلم ) .
“Barangsiapa shalat isya’ berjama’ah sama halnya (seakan-akan) menegakkan shalat separuh malam, dan baranng siapa shalat subuh berjama’ah sama halnya (seakan-akan) menegakkan shalat semalam suntuh." (HR Muslim)
Tidak dijelaskannya secara rinci tentang keutamaan shalat subuh ini, bisa jadi karena akal manusia sudah tidak bisa menjangkaunya lagi jika Allah dan Rasulnya menjelaskan gambaran riel keutamaanya karena gambaran sesuatu yang paling baik menurut akal manusia adalah dunia seisinya sementara hal ini sudah menjadi gambaran riel dari keutamaan shalat dua rakaat sebelum subuh.
Hanya Allah membandingkan keutamaan shalat subuh yang dilaksanakan dengan berjamaah sepadan dengan shalat semalam suntuh ini tentu memiliki keutamaan yang lebih bagus lagi dari pada dunia seisinya. Namun akal manusia pasti sudah tidak mungkin lagi bisa menjangkau jika digambarkan dengan perbandingan riel tentang keutamaan shalat subuh, makanya seandainya manusia mengetahui keutamaanya pasti akan meraihnya walau berjalannya dengan merangkak.
Sebagaimana Hadits dari Abu Huraerah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعِتْمَةِ وَالصُّبْحِ َلاَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Seandainya orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam ‘itaman (shalat isya’) dan shalat subuh pasti mereka akan mendatangi walaupun dengan merangkak." (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits lain dari Abu Huraerah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ أَثْقَلَ الصَّلَاةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا (رواه احمد و البخاري و ابن ماجه).
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isa’ dan shalat subuh,seandainya orang-orang tadi mengetahui keutamaan dua waktu shalat itu pasti mereka akan mendatangi shalat tadi walau dengan merangkak (HR. Ahmad, Bukhari lan Ibnu Majjah)”
Allah Melimpahkan Rizki. Berkaitan dengan keutamaan waktu fajar ini Rasulullah mengingatkan agar tidak dimanfaatkan untuk tidur (setelah shalat subuh), tetapi hendaknya dimanfaatkan untuk segala macam aktivitas yang bermanfaat bagi kehidupannya karena waktu subuh ini merupakan waktu yang penuh berkah dan waktu dimana Allah akan melimpahkan rizki bagi umat manusia.
Rasulullah saw pernah mengingatkan kepada putrinya Fatimah :
يا بُنَيَّةَ قُوْمِي اشْهَدِي رِزْقَ رَبِّكِ وَلَا تَكُونِي مِنَ الْغَافِلِينَ فَإِنَّ اللَّهَ يُقْسِمُ أَرْزَاقَ النَّاسِ مَا بَيْنَ طُلُوعِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوعِ الشَّم (رواه احمد و بيهاقي)
“Wahai putriku bangunlah dan sambutlah rizki Tuhanmu dan jangan termasuk orang yang lalai karena sesungguhnya Allah membagi rizki kepada manusia antara terbit fajar sampai menjelang terbitnya matahari (HR. Ahmad dan Baehaqi)
Maksud rizki sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas tentu tidak hanya terbatas pada makna materi semata akan tetapi segala sesuatu pemberian Allah yang memang diperlukan manusia baik materi maupun non materi. Sebagaimana Hamka di dalam tafsir Al Azhar mengatakan rizki adalah segala pemberian Allah bagi mahluknya yang bermanfaat untuk kehidupannya. Bahkan Al Qur’an Juga mengkonotasikan bahwa rizki adalah segala pemberian Allah untuk keperluan dan kemanfaatan bagi manusia (QS. Al Baqarah : 60). Ayat lain menunjukan rizki adalah segala kebaikan dan rahmat Allah SwT (QS. Al Qashash : 24).
Membiasakan tidur pada waktu subuh (setelah shalat subuh) disamping bisa tergolong sebagai orang yang lalai dan menghambat limpahan rizki dari Allah SwT juga bisa menimbulkan kepala pusing, malas tidak disiplin, kurang bergairah dalam menghadapi dinamika kehidupan, wajahnya kelihatan lesu bahkan suaranya pun terdengar parau tidak memukau. Sungguh kebiasaan yang tidak pantas dilakukan oleh orang yang berfikir maju dan berkemajuan.
Oleh karena itu menghindari tidur pada waktu subuh merupakan sunnah Nabi untuk menyongsong karunia Allah berupa rizki yang penuh berkah dengan melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang bermanfaat bagi kehidupannya seperti membaca, menulis, berolahraga dan segala aktivitas lainnya yang bisa menghilangkan rasa ngantuk sehabis shalat subuh.
Rasulullah saw selalu mendo’akan kepada umatnya pada waktu pagi yang penuh berkah ini; “Ya Allah berkahilah umatku di waktu paginya (fajar) (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majjah).
Wujud Ideal Karakter Berkemajuan ketekunan dalam melaksanakan Ibadah ritual diujung malam tersebut jika secara kolektif dan seimbang juga melaksanakan beberapa amal shaleh yang bersifat sosial merupakan wujud ideal dari karakter orang yang berkemajuan mengingat ayat dan hadits yang menjadi landasan untuk melaksanakan ibadah diujung malam itu selalu berbarengan dalam satu ayat baik tersurat maupun tersirat menunjukkan sikap pribadi yang berkemajuan seperti rasional, tekun, disiplin, tangguh, sabar, taat, peduli dan sebagainya.
Kebiasaan memperbanyak membaca istighfar pada waktu sahur yang disebutkan dalam Surat Ali Imran; 16-17 merupakan kebiasaan yang dilakukan orang bertaqwa yang secara kolektif juga memiliki pribadi yang sabar, benar, taat dan berinfaq. Dalam ayat lain disebutkan bahwa ketekunan dalam mengerjakan shalat malam dan banyak beristighfar pada waktu sahur tidak bisa dipisahkan dengan karakter dan kepribadian yang baik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Mereka sangat peduli dengan kesadarannya bahwa sebagian dari harta yang dimilikinya ada hak yang harus dikeluarkan untuk orang lain, sehingga dalam kehidupan di dunia ini Allah menjuluki sebagai orang yang muhsinin (orang baik) (QS. Adz Dzariat; 15-19)
Rasulullah secara khusus menjelaskan tentang orang yang akan mendapat tempat yang mulia di Sisi Allah swt adalah orang yang mampu memadukan antara shalat malam dengan kebaikannya dalam kehidupan sosial sehari-hari seperti; selalu berusaha untuk mewujudkan kedamaian dan keselamatan dalam hidup, memberi makan dengan menciptakan lapagan pekerjaan untuk orang lain dan selalu berusaha untuk membangun kehidupan sosial yang harmonis penuh persaudaraan dengan membangun silaturahmi.
Sebagaimana riwayat Abdullah Ibnu Salam, ketika Rasulullah saw sampai di Madinah dalam perjalanan hijrahnya dalam kerumunan para Sahabadnya, Beliau bersabda ;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوْا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ (رواه الترمذى)
"Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera (HR. Turmudzi)"
Pribadi yang berkemajuan harus memiliki semangat dan ketekunan dalam menghidupkan malamnya dengan beribadah kepada Allah namun tetap seimbang dan sejalan dengan pola hidup yang dijalaninya dalam kehidupan sosial seraya ikut andil dalam derap langkah perubahan dan perkembangan peradaban manusia yang terus melaju sebagai bagian dari predikatnya sebagai orang yang baik (muhsinin) yang selalu beramal untuk kebaikan dalam kehidupan dunia yang diridhai oleh Allah swt. Wa-Allah a’lam bi-shawab.