Ikhtiar Awal Menuju Kaluarga Sakinah (8)
Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiyana Saputra
Pada Ikhtiar Awal Menuju Kaluarga Sakinah (7) telah diuraikan tujuan ketiga menikah, yakni menjadi rahmat bagi sesama manusia dan alam sekitarnya. Pada episode itu telah dikemukakan contoh keluarga yang telah berikhtiar awal menjadi rahmat bagi sesama manusia dan hewan, khususnya semut. Telah dikemukakan juga tantangan yang dihadapi.
Pada Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (8) ini, dikemukakan lagi tantangan yang berpotensi dihadapi juga oleh suami istri.
Kehidupan Manusia
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al-Qur'an surat Ghaffir (40): 67
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَا بٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْۤا اَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًا ۗ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوْۤا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
"Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti."
Dari ayat tersebut, ada pelajaran sangat penting yang harus kita pahami secara utuh, yaitu (1) manusia diciptakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala; (2) ada tahapan perkembangan fisik, (3) usia manusia tidak sama: ada yang sampai tua, tetapi ada pula yang tidak, dan (4) Dia yang Maha Mengatur segala sesuatunya.
TUA PUN TAK PASTI
Serasa setiap saat usia bertambah
Sesungguhnya kematian makin dekat
Ada orang bilang
Tua itu pasti
dewasa itu pilihan
Yang sebenarnya terjadi
tua pun tak pasti
Yang pasti adalah mati
Mati tak pernah kompromi
dengan siapa pun
kapan pun
di mana pun
dan bagaimana pun
Mati tak selalu melalui
tua atau sakit dulu
dapat datang
kala menyanyi atau mengaji
bermaksiat atau beribadat
nyinyir atau zikir
marah atau ramah
Entah usia tinggal berapa
tahun
bulan
pekan
hari
jam
menit
detik
dalam genggaman kekuasaan Allah
Semoga Allah memberi kita hidayah kesalehan
dan kita dipertemukan di surga-Nya
Aamiin. Aamiin. Aamiin. Yaa, rabbal 'aalamiin
Penurunan Kemampuan Pancaindra
Dalam hubungannya dengan pancaindra seperti telinga dan mata, kita pahami dengan baik (karena mengalami) bahwa fungsi telinga berkembang secara bertahap. Pada awalnya, telinga belum dapat difungsikan secara sempurna. Kemudian, oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala telinga itu difungsikan untuk mendengar(-kan) secara sempurna. Namun, sesuai dengan takdir-Nya, seiring dengan "pertambahan " usia, kemampuan mendengar(-kan) berkurang, bahkan, ada yang tidak dapat berfungsi sama sekali, kecuali dengan alat bantu.
Fungsi mata pun demikian. Pada awalnya, indra itu belum dapat difungsikan untuk melihat. Kemudian, oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala mata secara bertahap dapat melihat. Namun, sesuai dengan takdir-Nya, seiring dengan "pertambahan" usia, mata pun berkurang daya lihatnya.
Jika suami istri tidak saling memahami, kesalahpahaman dapat terjadi. Bagaimana tidak? Jika suami atau istri diajak bicara, tetapi tidak dapat mendengarnya secara utuh, atau bahkan, salah dengar, salah paham pun dapat terjadi. Agar tidak terjadi, jika dapat, berdekatanlah.
Ketika terjadi penurunan daya lihat, ada kebergantungan pada kaca mata. Jika membaca WA, suami atau istri harus memakai kaca mata. Persoalannya adalah jika kaca mata itu harus dicari lebih dulu. Bagaimana kalau isi WA itu pesan yang harus ditindaklanjuti segera?
Hanya orang terpilih yang diberi kenikmatan dapat mendengar tanpa alat bantu dan melihat (termasuk membaca huruf Al-Qur'an) tanpa kaca mata meskipun usianya sudah hampir satu abad.
Manusia diberi hidayah naluri, pancaindra, akal, dan ad-din. Manusia setinggi apa pun ilmunya tidak ada yang sanggup mendesain naluri, pancaindra, dan otak lengkap dengan fungsivnya. Manusia hanya terima jadi.
Sementara itu, hidayah agama benar-benar hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta'ala. Meskipun demikian, manusia diwajibkan berdoa dan berikhtiar. Jika mencintai agama, dia memperoleh hidayah pemahaman agama.
Penurunan Fungsi Mulut
Seiring dengan berkurangnya gigi, fungsi mulut pun menurun. Hanya makanan tertentu yang dapat dikonsumsi. Bagi orang tidak mampu, kondisi itu dapat berpengaruh terhadap tersedianya kualitas makanan. Di samping itu, kejelasan berbicara pun menurun. Hal ini jelas mengganggu komunikasi. Meskipun demikian, semuanya tetap baik-baik saja jika suami istri telah memahami sebelumnya bahwa hal itu dapat terjadi dan tidak hanya menimpa pada keluarganya..
Tentu ada gejala yang sebaliknya meskipun jumlahnya sedikit. Ketika masa ta'aruf suami atau istri sedikit bicara dan seperlunya, tetapi setelah menikah banyak bicara meskipun tidak perlu
Apa yang terjadi jika suami istri tidak memahami bahwa kondisi tersebut merupakan ujian kesabaran dalam ikhtiar menuju keluarga sakinah?
Penurunan Kemampuan Tangan dan Kaki
Pada masa ta'aruf semua organ berfungsi secara normal. Tangan dan kaki misalnya, dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal. Namun, karena faktor usia dan/atau kecelakaan, kedua anggota tubuh kita itu tidak lagi dapat bergerak cekatan. Untuk aktivitas seperti mandi dan mengeringkan badannya setelah mandi, makan, atau minum pun mungkin perlu pertolongan orang lain.
Kelincahan jemari menulis WA tidak ada lagi. Sering salah "pencet." Dapat saja terjadi ada perbedaan kata yang dimaksudkan dan kata yang muncul: mengetik kata doa, tetapi setelah dikirimkan, ternyata dosa. Dia bermaksud menulis kalimat, Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabulkan doa kita tetapi yang muncul, Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabulkan dosa kita.
Perbedaan itu baru diketahui setelah tulisan itu dikirimkan. Namun, dapat saja sesungguhnya perbedaan itu terjadi bukan karena kesalahannya, melainkan karena diubah oleh "sistem mesin."
Kita sadari bahwa tidak semua orang dapat memperbaiki tulisan dengan cara mengedit. Akibatnya, dia sendiri dan penerima WA senyum-senyum atau malah tertawa lepas.
Bagaimana kemampuan kakinya? Untuk berjalan saja perlu bantuan orang lain pula. Persoalannya adalah ada perbedaan yang signifikan antara kebiasaan "masa lalu" dan kondisi objektif "masa kini." Pada masa lalu, misalnya suami atau istri mempunyai kebiasaan "sat set" atau "tregal-tregel" (gerak lincah) dan keinginan demikian tetap ada, tetapi kondisi objektif masa kini sudah tidak memungkinkan karena otot-ototnya melemah.
Akibatnya, ketika akan bergerak lincah, keseimbangan tubuhnya tidak terkondisikan. Dia justru akan terjatuh. Jika suami istri saling memahami dan memaafkan, hal itu tetap baik-baik saja. Mereka tetap tersenyum dan orang lain yang melihatnya terinspirasi.
Penurunan Daya Ingat
Penurunan daya ingat, baik pada suami maupun istri umumnya terjadi. Di antara pasangan suami istri, ada yang mengalami masalah itu sampai tingkatan pikun.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman di dalam Al-Qur'an surat an-Nahl (16): 70
وَا للّٰهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفّٰٮكُمْ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰۤى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْـئًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ
"Dan Allah telah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa."
Sangat jelas di dalam ayat itu bahwa ada di antara manusia yang ditakdirkan berusia tua dan pikun. Namun, manusia tidak diberi tahu siapa yang ditakdirkan pikun. Oleh karena itu, siapa pun yang ditakdirkan pikun harus disikapi dengan penuh kearifan
Penurunan Kemampuan Memenuhi Kebutuhan Seksual
Berkurangnya kemampuan memenuhi kebutuhan biologis merupakan masalah potensial juga. Penyebabnya bermacam-macam misalnya usia dan kecelakaan.
Pada usia tertentu, perempuan ditakdirkan menopause. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman di dalam Al-Qur'an surat an-Nur (24): 60
وَا لْـقَوَا عِدُ مِنَ النِّسَآءِ الّٰتِيْ لَا يَرْجُوْنَ نِكَا حًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَا حٌ اَنْ يَّضَعْنَ ثِيَا بَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَـرِّجٰتٍ بِۢزِيْنَةٍ ۗ وَاَ نْ يَّسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
Ketika menopause, timbul berbagai akibat. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan kemampuan memenuhi kebutuhan seksual.
Penyebab penurunan kemampuan memenuhi kebutuhan seksual dapat bersumber pada suami. Misalnya, karena kecelakaan, suami tidak lagi mempunyai kebugaran prima. Akibatnya, dia tidak dapat memberikan "nafkah batin.'
Untuk mengatasinya, ada yang berkonsultasi kepada dokter. Berdasarkan petunjuk dokter, dia mengonsumsi obat. Namun, hasilnya tidak selalu sama dengan harapan.
Ada suami istri yang sepakat sepenuhnya menyerahkan masalahnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala tanpa ikhtiar. Ada pula yang memadukan doa dan ikhtiar. Alternatif terakhir itulah yang dijamin hasilnya pasti paling baik.
Pentingnya Berbekal Ilmu
Pernikahan memerlukan bekal ilmu yang sangat komprehensif. Ilmu yang diperlukan tidak hanya tentang syarat dan rukun nikah.Boleh jadi, banyaknya pernikahan berakhir dengan perceraian karena kurangnya bekal ilmu pada calon suami istri dan keluarga besarnya.
Dengan bekal ilmu yang cukup, calon suami istri dan keluarga besarnya pada dasarnya telah menempuh ikhtiar awal menuju keluarga sakinah. Ada harapan besar mereka dapat menyelesaikan dengan baik masalah yang terjadi setelah menikah.
Berbagai strategi alternatif penyelesaian masalah yang telah disiapkan sejak awal merupakan bagian bekal ilmu yang sangat penting. Berbagai strategi itu tidak hanya bersumber pada kecerdasan intelektual. Cukup banyak suami istri yang tergolong kaum intelektual, tetapi pernikahannya berakhir dengan perceraian gegara reunian. Namun, jika sumber utamanya adalah pemahaman agama secara kaffah dan benar, petaka perceraian dapat dihindari.
Jika berbagai alternatif strategi secara lengkap untuk menghadapi masalah tersebut sudah disiapkan sejak awal, ketika masalah itu benar-benar terjadi telah ada kesiapan mental.
Allahu a'lam
Mohammad Fakhrudin
Warga Muhammadiyah,
Tinggal di Magelang Kota
Iyus Herdiyana Saputra,
Dosen al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Universitas Muhammadiyah Purworejo