Implementasi MBKM di PTMA
Oleh Faozan Amar, Dosen FEB UHAMKA dan Direktur Eksekutif Al Wasath Institute
Tujuan Indonesia merdeka, antara lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu kebijakan dan program pendidikan di perguruan tinggi adalah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Hal ini untuk merespon beragam isu seperti Industrial Revolution 4.0, era Society 5.0, hingga kedigdayaan Metaverse dalam dinamika kehidupan manusia.
Kampus Merdeka pada hakikatnya merupakan konsep baru yang memberikan kemandirian mahasiswa untuk menempuh pendidikan di bangku perkuliahan (Leuwol et al., 2020; Siregar, Sahirah, & Harahap, 2020). Gagasan ini dibangun di atas gagasan sebelumnya, Merdeka Belajar. Konsep Kampus Merdeka pada dasarnya merupakan inovasi pembelajaran untuk memperoleh pendidikan yang unggul (Arifin & Muslim, 2020 ; Sopiansyah & Masruroh, 2022).
Melalui kebijakan tersebut, Perguruan Tinggi memiliki kebebasan otonomi dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta mengubah pandangan tentang pendidikan agar lebih mandiri dengan budaya belajar kreatif. Pengimplementasian program ini mendorong pembelajaran perguruan tinggi menjadi lebih mandiri dan adaptif (Sopiansyah & Masruroh, 2022).
Program MBKM mencakup sembilan jenis kegiatan pembelajaran: pertukaran mahasiswa, bantuan mengajar di satuan pendidikan, penelitian, magang, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi mandiri, pembangunan desa, dan bela negara.(Mariati, 2021)
Adanya kebijakan baru tersebut, maka terjadi pula perubahan pada lingkup kurikulum 2013 yang diubah menjadi sebuah kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka sejak tahun 2019. Konsep MBKM didalamnya ada dua hal yaitu: “Kampus Merdeka” dan juga “Merdeka Belajar”.
Umumnya, merdeka belajar didefinisikan sebagai kebebasan dalam pola pikir maupun berinovasi (Vhalery et al., 2022). Sedangkan pengertian kampus merdeka dapat diartikan sebagai lanjutan dari program merdeka belajar dalam Pendidikan tinggi. Langkah yang telah ditempuh guna mewujudkan keunggulan bangsa Indonesia yang mempunyai profil sebagai pelajar Pancasila salah satunya yaitu diwujudkannya merdeka belajar (Vhalery et al., 2022).
Kebijakan yang ada dengan hadirnya Merdeka Belajar serta Kampus Merdeka secara ranah filosofis memiliki landasan empat aliran filsafat: pertama, Progresivisme yang mempunyai pandangan bahwa proses pembelajaran perlu diberikan penekanan dalam membentuk kreativitas, suasana yang alamiah, dan beberapa kegiatan dengan tetap memperhatikan pengalaman yang dapat diperoleh atau ditempuh oleh peserta didik.
Kedua, Konstruktivisme yang menjadikan pengalaman langsung (direct experiences) dari peserta didik sebagai hal utama didalam pembelajaran. Ketiga, Humanisme yang menjadi keunikan ataupun karakteristik, motivasi, maupun potensi yang berhak dimiliki oleh peserta didik. Keempat, Antropologis memiliki pandangan bahwa manusia merupakan makhluk individu, religi, susila, maupun makhluk dengan jiwa sosial (Muslikh, 2020).
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) di miliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah, juga telah mengimplementasikan progam MBKM sejak pertama diluncurkan hingga sekarang dengan segala dinamika yang menyertainya. Dengan jumlah yang mencapai 172 dan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, PTMA telah berkomitmen untuk terus berkontribusi nyata dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fakta Implementasi MBKM
Hasil penelitian Aby Maulana (2022) tentang program MBKM di Universitas Muhammadiyah Jakarta, menunjukkan adanya pemahaman yang signifikan terkait MBKM, dengan penyimpulan “mengetahui sebagian besar kebijakan MBKM”. Dengan demikian hal tersebut dapat menjadi tolak ukur keberhasilan implementasi MBKM di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada masa yang akan datang.
Penelitian Sirojjuddin, Pramita dan Hasibuan (2023) tentang program MBKM di kampus Universitas Muhammadiyah Pendidikan Sorong Papua Barat menyimpulkan Persepsi mahasiswa dalam implementasi MBKM di UNIMUDA adalah 42,26 Sangat Setuju; 34,2 Setuju, 6,8 Kurang Setuju dan 1,73 Tidak Setuju, sedangkan interpertasi skor dalam kegiatan implementasi tersebut 85.59 % dengan kategori Sangat Tinggi
Begitupun juga dengan hasil penelitian Putri dan Astutik (2023) tentang MBKM di kampus Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, yang menunjukkan bahwa UMSIDA sudah beradaptasi dengan Kurikulum MBKM, dan program MBKM yang diminati mahasiswa yaitu asisten mengajar dan magang industri.
Hasil penelitian Riyadi, Harimurti dan Ikhsan (2023) di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa responden memberikan apresiasi yang positif tentang pelaksanaan MBKM di UMY. Indeks Kinerja Strategis (IKS) UMY telah menggambarkan 8 IKU parameter pelaksanaan MBKM. Di samping itu, kinerja penelitian dan pengabdian UMY juga mengalami peningkatan. Kesimpulan yang diperoleh bahwa Program MBKM selaras dengan program UMY menuju Research Excellence University.
Penelitian yang dilakukan Nasrulhaq, dkk (2022) di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar terkait Program MBKM disimpulkan bahwa diseminasi kebijakan MBKM masih perlu dimaksimalkan, karena masih banyak tenaga pendidik dan mahasiswa yang belum mengetahui hakikat dari kebijakan tersebut.
Penelitian Wibowo, Wardhani, Widiyatmoko, dan Dewi (2021) di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa mahasiswa pelaksana program MBKM terdiri dari mahasiswa lintas angkatan yang telah memenuhi syarat MBKM, terdapat kesesuaian antara bidang ilmu yang dipelajari mahasiswa dengan program yang diikuti, beberapa program MBKM meraih prestasi meskipun terdapat beberapa kendala.
Hasil Penelitian Nadya dan Suyadi (2023) tentang KKN Anak Bangsa: Model MBKM Proyek Membangun Desa Berciri Khusus di PTMA, menunjukkan bahwa PTMA memiliki program Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada proyek membangun desa yaitu kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diberi nama KKN Anak bangsa. Namun kebijakan PTMA tidak sejalan dengan semestinya. Kegiatan tersebut tidak dapat merekognisi 20 SKS atau setara dengan 1 semester tetapi hanya dapat direkognisi 6 SKS saja sama seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) biasa.
Dengan demikian, PTMA sebanyak 171, dengan rincian 82 universitas, 53 sekolah tinggi, 29 institut, 6 politeknik, dan 1 akademi (Kompascom, 16/1/2023), telah berkontribusi nyata dalam program MBKM yang digagas oleh Mas Menteri. Walaupun masih banyak hal yang harus diperbaiki, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena itu, perlu terus ada penyempurnaan agar MBKM terus berjalan di masa yang akan datang.
"Alhamdulillah, pendidikan Indonesia semakin maju karena gotong royong berbagai pihak dalam bergerak bersama mewujudkan Merdeka Belajar. Saya mengapresiasi Bapak Ketum PP Muhammadiyah beserta jajarannya yang senantiasa peduli dengan kemajuan pendidikan Indonesia. Sekali lagi, kami berterima kasih atas kontribusi Muhammadiyah selama ini di dunia pendidikan,” ujar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, sesuai bertemu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir beserta jajarannya (18/9/2023). Wallahua’lam.