In Memoriam Sih Arhibah: Pendidik Generasi Bangsa nan Bersahaja

Publish

15 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
336
Hj Sih Arhibah, SPd. Doc. MTs Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta

Hj Sih Arhibah, SPd. Doc. MTs Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta

Oleh: Cristoffer Veron P, Alumni MTs Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta Tahun 2017

Ini getir. Ini temaram. Saya tidak pernah menyangka langit yang awalnya biru cerah. Suar mentari memancarkan nur nan benderang, sekonyong-konyong bertransformasi menjadi kelabu. Gelap. Kejadiannya begitu cepat sekali.

Melihat story wa sore itu, saya terbelalak: guru saya terbaring lemah. Tidak bertenaga. Ia dicengkeram penyakit yang meremukkan seluruh tubuhnya: Sih Arhibah, namanya. Bu Sih, demikian sapaannya.

Ia guru di MTs Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta. Guru senior. Saya masuk pertama kali (2014), beliau sudah ada. Konon katanya, ia sudah mengajar selama 17 tahun: sungguh luar biasa dedikasi dan pengabdian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tidak banyak orang yang seperti beliau. Perempuan, yang usianya belum terlampau tua (57), tapi daya energinya sangat dahsyat. Mengabdikan dirinya seraya bertungkus lumus mendidik tunas-tunas baru generasi penerus. Ia mengajar materi Ilmu Pengetahuan Alam. Pasokan ilmunya sangat tinggi. Menyemai untuk generasi masa kini hatta mengeksplorasi secara membuana.

Syahdan, beliau menjadi wali kelas saya. Kelas 7B. Jumlahnya kurang lebih ada 30-an siswa. Dari latarbelakang heterogen. Semuanya berkumpul dalam ruang kelas yang baru--setelah menyelesaikan studi di sekolah dasar. Beliau menjadi wali kelas saya selama kelas 7B berjalan.

Sosoknya yang tidak pernah diam berpetuah kepada anak didiknya. "Jangan lupakan shalat lima waktu," ujarnya, dengan menekankan sekali lagi, "Semangat belajar dan hormati ibu bapak kalian dan guru-guru kalian," kenang saya dengan beliau.

Petuah ini sangat sinoptik. Tidak bertele-tele, menghujam ke sukma terdalam. Meresapi petuah itu, saya menjadi tersadarkan, lebih-lebih soal pengejawantahan shalat berjamaah. Yang dulunya tidak tahu betapa vitalnya shalat, setelah mendapat suntikan dari beliau, menyadari betul betapa vitalnya shalat itu.

Ini menjadi fundamental secara spiritual, yang menjangkarkan pada basis personal untuk kemudian digembleng bak kawah candradimuka, menjadi pribadi yang mulia. Gentusan beliau itu, menyadarkan kelas kami. Sekali lagi, menyadarkan kami semua hal ihwal pentingnya shalat dalam kehidupan. "Sebagai tiyang agama," tegas Nabi Muhammad Saw tersebut di Riwayat Tirmidzi.

Lebih dari itu, secara khusus, belum lama ini bersua dengan beliau. Tepatnya, ketika wisuda sekolah. "Kamu sekarang di mana le," tanya beliau, seraya saya bersalaman takzim dengannya. "Saya sekarang menjadi reporter di Suara Muhammadiyah," jawab saya. "Oh masih menulis ya?" Tanya beliau sekali lagi.

"Benar, masih menulis," ucap saya. Apa jawab beliau, "Semoga sukses terus ya le ke depannya," ujarnya dengan nada kalem tapi sarat senyuman tersemburat dari wajahnya. "Aamiin, matur nuwun sanget nggih Bu Sih," sambung saya, mengakhiri dialog singkat di sela-sela acara tersebut.

Itu menjadi pertemuan terakhir saya dengan beliau. Mendengar jawaban beliau, seakan ada vibrasi kuat di dalam sukma. Dialognya pendek nian. Hanya beberapa menit saja. Tapi, sarinya sangat merasuk sekali menjelma menjadi ibrah kehidupan berbingkai spiritualitas dan religiusitas kontemporer.

Setelah itu, ada acara lagi di sekolah, tapi qadarullah, saya tidak bersua dengan beliau. Saya langsung pulang kala itu, masih melanjutkan tugas yang lain. Jelasnya sekalipun demikian, pertemuan yang terakhir itu, menjadi kenangan terindah saya dengan beliau. Ya, bahkan amat sangat.

Terpisah dengan momen itu, betapa tidak, dan terkejutnya saya: "Innalillahi wa inna ilaihi rajiun telah meninggal dunia Ibu Hj Sih Arhibah dengan tenang di RS Hardjolukito AURI Blok O pukul 12.00 Wib. Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan sabar. Dan diterima amal ibadahnya. Aamiin." Kabar ini dikirimkan oleh H Mohammad Jakfar Tohir, Guru Al-Qur'an Hadits (Wakil Kepala Sekolah Bidang ISMUBA) pukul 12:17 WIB.

Kabar ini menyeruak di grup-grup alumni. Banyak yang mengucapkan belasungkawa. Sudah pasti, karena beliau adalah guru terbaik di sekolah tersebut. Khususnya, yang pernah saya jumpai. "Bu Sih Arhibah orang baik Sholihah," kenang Mar'atul Khikmah, sejawatnya di sekolah.

Pun demikian, kenang Taufani Yunandar, Guru Bahasa Inggris, yang menyingkap sosok beliau jarang melumatkan kegusarannya. "Selalu mendoakan kebaikan teman-teman sejawat," bebernya. "Bu Sih orang baik dan sabar," sambung Jakfar.

Tampak sekali, bagaimana kebersahajaan beliau melekat kuat dalam sukmanya. Kepergian niscaya meninggalkan goresan duka panjang nan tak terperi.

Aritmetika kebaikan dikenang oleh teman-teman sejawatnya. Menjadi inspirasi bagi generasi masa kini: mereplikasi perangai yang telah diteladani selama masa hidupnya.

Denyut hidupnya sudah selesai. Kini, ia telah istirah dengan tenang. Berpisah dengan yang terkasih yang ada di bumi. Dengan anak muridnya, teman sejawatnya, terutama keluarganya. Pergi selamanya.

Tapi, ia berhasil menghidupkan obor kontribusi besar bagi peradaban: mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga melahirkan tunas-tunas baru generasi berkemajuan dan mencerahkan jagat semesta raya.

Selamat jalan guruku, sang pendidik generasi penerus bangsa nan bersahaja. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Pergi meninggalkan kita semua.

Terima kasih atas dedikasi, konsistensi, dan semangat pengabdianmu untuk kami: mengantarkan menggapai cita-cita yang dinanti. Pelan tapi pasti, dapat termanifestasi secara niscaya. •


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Pada Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (2) te....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Humaniora

Oleh: Mustofa W Hasyim Mas Abdul Hadi atau Bang Abdul Hadi sebenarnya sudah sampai pada maqom filos....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Humaniora

Kisah Inspiratif Putri Pendeta: Menemukan Cahaya dalam Keberagaman di Universitas Muhammadiyah Oleh....

Suara Muhammadiyah

27 December 2024

Humaniora

Omon-omon Pak Bei (7): Oleh-oleh Jamnas JATAM Oleh: Wahyudi Nasution KANG NARJO: Selamat ya, Pak B....

Suara Muhammadiyah

24 September 2025

Humaniora

Anak Semata Wayang  Cerpen Latief S. Nugraha Sugeng dan Salamah berbaring di ranjang. Keduany....

Suara Muhammadiyah

28 December 2024