Jamaah Tani Muhammadiyah, Manifestasi Islam Berkemajuan

Publish

8 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
32
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Jamaah Tani Muhammadiyah, Manifestasi Islam Berkemajuan

Oleh: Dr. Hasbullah, M.Pd.I, Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Dalam perkembangan gerakan Islam modern di Indonesia, Muhammadiyah telah menjadi pelopor utama dalam pembaruan (tajdid) dan pengembangan amal usaha sosial yang berperan penting dalam kemajuan bangsa. Namun, idealisme Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah tidak cukup hanya diukur dari pembangunan infrastruktur seperti rumah sakit dan sekolah megah di wilayah perkotaan. Islam Berkemajuan harus mampu menyentuh akar kehidupan masyarakat secara menyeluruh, terutama kelompok-kelompok paling rentan dan terpinggirkan. Dengan demikian, konsep Islam berkemajuan  harus merespons persoalan-persoalan struktural bangsa secara konkret dan membumi. Di sinilah peran Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) menjadi sangat vital sebagai manifestasi langsung Islam Berkemajuan di sektor pertanian dan pedesaan yang sering kali terlupakan.

Jamaah Tani Muhammadiyah bukan hanya organisasi pendukung semata, melainkan arena nyata di mana doktrin keagamaan, semangat kewirausahaan, dan kepedulian ekologis bersinergi menjadi kekuatan kolektif yang menggerakkan perubahan transformatif. Prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam Surah Al-Ma’un menjadi dasar etis dari gerakan ini, dengan penekanan pada kepedulian nyata terhadap sesama dan keadilan sosial. JATAM menyuguhkan bukti hidup bahwa Islam Berkemajuan adalah ideologi inklusif yang tidak hanya terbatas pada daerah perkotaan atau ranah keagamaan normatif, tetapi merangkul realitas masyarakat pedesaan secara utuh. 

Komitmen JATAM pada keadilan dan kemakmuran tidak hanya diwujudkan dalam ruang-ruang ibadah dan institusi pendidikan, tapi juga di sawah, ladang, dan kebun, di mana para petani menjadi pilar utama dalam mewujudkan kedaulatan pangan bangsa. Dan ini menjadi bukti bahwa JATAM lahir untuk memanisfestasikan Islam berkemajuan sebagai amanah Muktamar Muhammadiyah ke-47 2022 di Surakata. 

Jambore JATAM Bukti Manisfestasi Islam Berkemajuan

Hasil dari manifestasi ini dapat disaksikan dalam penyelenggaraan Jambore JATAM Nasional 1 yang diadakan di Kebumen, Jawa Tengah, pada 19–21 September 2025, dengan tema”Daulat Pangan untuk Indonesia Berkekmakmuran.” Acara ini bukan hanya sebagai pameran produk pertanian, melainkan sebagai forum strategis untuk memperkukuh dan memajukan gerakan tani berbasis nilai-nilai keislaman. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 215: Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Katakanlah: Apa yang kamu nafkahkan dari kebaikan, maka itu adalah untuk orang tua, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan untuk pembebasan hamba sahaya... 

Ayat ini menegaskan pentingnya kepedulian sosial dan keadilan dalam distribusi kebaikan, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Jambore ini menjadi wujud nyata dari implementasi nilai tersebut, di mana kemajuan produksi pertanian dan keberlanjutan sumber daya pangan dikombinasikan dengan semangat berbagi dan solidaritas sebagai bagian integral dari Islam Berkemajuan.

Beberapa hasil utama dari jambore ini menunjukkan keberhasilan nyata dan capaian signifikan JATAM dalam menggerakkan sektor pertanian. Pertama, aspek kesuksesan finansial acara tersebut tercermin dari transaksi bazar dan expo produk pangan yang mencapai Rp. 1,485 miliar. Ini menandakan tingginya minat masyarakat dan pasar terhadap produk-produk agrikultur lokal dengan kualitas yang kompetitif. Kedua, akses terhadap produk pangan lokal semakin terbuka lebar karena acara ini dihadiri oleh puluhan ribu pengunjung yang antusias mengenal dan membeli produk pertanian hasil karya petani Muhammadiyah dan komunitas terkait. Ketiga, promosi produk lokal mendapat ruang ekspansi melalui sorotan khusus misalnya terhadap produk Tani Aisyiyah Jepara yang dipamerkan dalam jambore ini, membawa nilai tambah bagi pelaku usaha tani perempuan dan komunitas lokal.

Salah satu agenda penting lain dari jambore adalah peluncuran varietas padi unggul baru yang dinamai ”Mentari”. Inovasi ini merupakan hasil riset dan modifikasi agronomi yang mengedepankan produktivitas dan ketahanan tanaman dengan tetap menjaga aspek ekologis. Varietas padi “Mentari” ini menjadi simbol kemajuan teknologi pertanian dalam rangka mengoptimalkan hasil panen sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini mencerminkan bagaimana Muhammadiyah melalui JATAM mampu mengintegrasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai keislaman yang mendalam, tanpa mengesampingkan misi sosial dan etika dalam produksi pangan.

Lebih dari sekadar kemajuan ekonomi dan teknologi, jambore tersebut juga menegaskan pentingnya nilai spiritual dan sosial dalam membangun kesejahteraan bangsa melalui kedaulatan pangan. JATAM tidak hanya menumbuhkan aspek bisnis dan produktivitas, tetapi juga menanamkan nilai-nilai gotong royong, keadilan, dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam serta pangan. Konsep Islam Berkemajuan yang diusung Muhammadiyah melalui JATAM mendemonstrasikan sintesis antara kemajuan duniawi dan dimensi spiritual, yang secara holistik memberikan solusi atas tantangan pangan nasional sekaligus mempererat solidaritas sosial dan penguatan komitmen keagamaan.

JATAM Laboratorium Tani Islam Berkemajuan

Gerakan tani oleh  JATAM menjadi instrumen strategis dalam menghadirkan perubahan yang terukur, dari pola pikir hingga praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan menghadirkan ruang kolektif bagi petani dan pelaku agribisnis secara organik, JATAM menciptakan ekosistem yang mendukung kewirausahaan berbasis nilai-nilai Islam, serta memperkuat basis sumber daya manusia pedesaan. Selain peningkatan kualitas produk, JATAM juga mendorong peningkatan kapasitas dan literasi pertanian modern kepada anggotanya, sehingga terjadi sinergi antara tradisi keislaman dan pembaruan agraria yang mengikuti perkembangan zaman.

Di tingkat sosial misalnya, JATAM memperkuat modal sosial komunitas petani melalui praktek solidaritas dan saling bantu yang bersumber pada ajaran Islam dan budaya gotong royong nusantara. Hal ini selaras dengan filosofi Islam yang mengedepankan keseimbangan antara individu dan masyarakat serta peran agama sebagai pendorong transformasi sosial. JATAM juga menjadi wadah dialog dan advokasi untuk kebijakan pangan nasional yang berpihak pada petani kecil dan kelompok rentan di pedesaan, memperjuangkan hak dan keberlanjutan komunitas agraris Indonesia. JATAM menjadi nafas panjang keberadaan petani dan di akhirnya petani menjadi pilihan dalam kehidupan masa depan. 

Selanjutnya, penekanan pada keterlibatan perempuan tani, misalnya melalui Tani Aisyiyah, memperlihatkan bahwa Islam Berkemajuan tidak mengabaikan aspek kesetaraan gender dan pemberdayaan secara inklusif. Partisipasi aktif perempuan dalam produksi dan pemasaran hasil pertanian membuka peluang yang lebih luas bagi pemberdayaan ekonomi keluarga dan komunitas. Ini juga menandakan pergeseran paradigma yang progresif dalam Islam Berkemajuan, yang menghargai kontribusi semua elemen masyarakat tanpa diskriminasi.

Secara keseluruhan, Jamaah Tani Muhammadiyah adalah laboratorium nyata bagi Muhammadiyah untuk menerapkan dan mengembangkan Islam Berkemajuan secara komprehensif. Gerakan ini tidak hanya berdampak pada penguatan sektor pertanian dan pemenuhan kebutuhan pangan nasional, tetapi juga memperkuat karakter spiritual, sosial, dan budaya rakyat. Melalui JATAM, Muhammadiyah membuktikan bahwa kemajuan Islam tidak harus terpisah dari konteks sosial-ekonomi masyarakat akar rumput, melainkan harus menjangkau dan memberdayakan mereka untuk mewujudkan kemakmuran yang adil dan berkelanjutan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Dengan semangat kebersamaan dan inovasi yang terus dikembangkan, Jamaah Tani Muhammadiyah menegaskan bahwa Islam Berkemajuan adalah jalan yang membawa umat pada keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal nyata, sekaligus menjadi harapan nyata bagi masa depan pertanian dan kesejahteraan nasional Indonesia. Penguatan sinergi antara petani, akademisi, pemerintah, dan pelaku bisnis dalam naungan nilai-nilai keislaman menjadi kunci sukses membangun ketahanan pangan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Sebagai kalimat penutup, penting untuk menegaskan bahwa keberhasilan gerakan tani Muhammadiyah bukan hanya milik satu kelompok atau organisasi semata, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa yang peduli terhadap kemajuan dan kesejahteraan umat. Oleh karena itu, marilah kita memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah dan mempererat solidaritas lintas sektor agar gerakan ini dapat terus meluas, memperkokoh fondasi kedaulatan pangan nasional, dan mewujudkan Indonesia yang berkecukupan dan bermartabat melalui kekuatan Islam Berkemajuan. Dengan begitu, visi besar kedaulatan pangan dan keadilan sosial bukan lagi sekadar cita-cita, melainkan menjadi realitas hidup yang dirasakan seluruh lapisan masyarakat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Bersedekah dengan Harta yang Dicintai Oleh: Mohammad Fakhrudin Seruan berpuasa ditujukan kepad....

Suara Muhammadiyah

2 April 2024

Wawasan

Pelajari Bahasa Arab untuk Memahami Al-Qur`an  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Wawasan

Oleh: Izza RohmanKetua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Baitul Arqam Camp Syd....

Suara Muhammadiyah

6 January 2024

Wawasan

Banten, Jawara dan Muhammadiyah Oleh: Saidun Derani Diskusi “Dakwah Kultural” dikaitka....

Suara Muhammadiyah

1 May 2024

Wawasan

Oleh: Saidun Derani, Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UIN Syahid Jakarta, aktivis PWM Banten Kata ul....

Suara Muhammadiyah

18 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah