Jihad Ekologis dan Isyarat Nabi dalam Memelihara Lingkungan

Publish

2 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
87
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Jihad Ekologis dan Isyarat Nabi dalam Memelihara Lingkungan

Oleh: Khulanah, pendidik pondok pesantren IMBS Miftahul Ulum Pekajangan

Topik mengenai lingkungan merupakan salah satu topik yang penting untuk dibahas dalam setiap diskusi besar maupun kecil. Tujuannya adalah untuk mengajak masyarakat agar peduli dan tidak acuh terhadap lingkungan minimal lingkungan tempat tinggalnya. Perintah menjaga kebersihan lingkungan dan merawat lingkungan barangkali sudah kita dengar sejak kecil namun terkadang belum sempurna kita merealisasikannya. 

Allah Swt berfirman dalam Qs. Rum : 41 sebagai berikut:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar Kembali (ke jalan yang benar).”

Melalui ayat ini Allah secara tegas telah memberi peringatan kepada umat manusia tentang tanda-tanda kerusakan yang terjadi di muka bumi. Imam al-Maraghi dalam kitab tafsirnya yaitu ‘Tafsir al-Maraghi” berpendapat bahwa “Kerusakan di bumi telah tampak disebabkan oleh peperangan dahsyat, tentara-tentara dengan pesawat dan kapal tempurnya. Kerusakan tersebut adalah ulah manusia yang dzalim, dan tamak, suka melanggar larangan dan kurangnya muraqabah kepada Sang Khaliq. Mereka mengabaikan ajaran-ajaran agama, lalai akan adanya hari kebangkitan dan dilumuri oleh hawa nafsu. Sehingga, suka berbuat kerusakan di bumi karena jiwa mereka tidak terkontrol, tidak menghiraukan agama yang dapat mencegah kebiasaan dan penderitaannya. Kemudian, Allah turunkan adzab sebagai balasan atas perbuatan maksiat dan dosa yang mereka lakukan, agar mereka keluar dari kedzaliman dan menuju pada kebenaran.”

Ayat ini secara eksplisit menjelaskan bahwa kerusakan di muka bumi ini bukan hanya disebabkan oleh bencana alam murni, namun juga karena ada campur tangan dari ulah manusia. Maka sebagai umat islam sudah seharusnya mengambil peran dan berjihad untuk menyelematkan lingkungan atau yang disebut dengan istilah jihad ekologis. Jihad di sini bisa dimaknai secara luas. Artinya jihad bukan hanya terjun ke medan perang untuk melawan kedzaliman, namun juga termasuk menjaga lingkungan dari tangan-tangan yang merusaknya. 

Adapun jihad ekologis yang kita lakukan bertujuan untuk terciptanya kemaslahatan bagi umat manusia dan juga makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Syari’at islam juga memiliki tujuan atau yang disebut dengan istilah maqashid al-syari’ah yang meliputi lima aspek (mabadi’ul khamsah) yaitu menjaga agama (hifdzuad- din), menjaga jiwa (hifdzu al-nafs), menjaga akal (hifdzu al-aql), menjaga keturunan (hifdzu al-nasl) dan menjaga harta (hifdz al-mal). Namun seiring berkembangnya zaman, para ulama kontemporer menambahkan beberapa poin penting dalam maqashid syari’ah di antaranya yaitu menjaga keamanan dan kedamaian (hifdzu al-amni wassalam), menjaga tanah air (hifdzu al-wathan) dan menjaga lingkungan (hifdzu al-bi’ah).

Hifdzu al-bi’ah atau menjaga lingkungan merupakan salah satu dari tujuan syari’at islam, maka dalam hal ini rasulullah saw mengajarkan kepada umat manusia beberapa cara menjaga lingkungan sebagai berikut :

1.     Menggunakan sumber daya secara bijaksana dan sesuai kebutuhan, tidak mengeksploitasi atau memonopolinya. Rasulullah melalui hadisnya memberikan peringatan untuk tidak boros seperti dalam penggunaan air. 

أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ مرَّ بسعدٍ وَهوَ يتوضَّأُ ، فقالَ : ما هذا السَّرَفُ ؟ قالَ : أفي الوضوءِ إسرافٌ ؟

 قالَ : نعَم وإن كنت على نَهْرٍ جارٍ

“Saat Saad menggunakan air untuk wudhu, Nabi SAW melihat ada yang janggal. Seketika Rasul SAW menanyainya. “Siapa yang boros air ini, wahai Sa’ad?” kata nabi. Sa’ad yang bingung dengan pertanyaan nabi kemudian bertanya balik, “Apakah dalam wudhu juga ada perilaku boros, wahai Nabi?” Rasul pun menjawab, “Benar, janganlah boros air dalam wudhu, meskipun kalian berada di pinggir sungai.” (HR. Ibnu Majah)

2.     Senantiasa menjaga kebersihan di manapun dan kapanpun. Barangkali kita sering mendengar kalimat الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ  kalimat ini adalah potongan hadis yang diriwayatkan oleh imam muslim yang memiliki makna “kebersihan adalah separuh dari keimanan.”

3.     Senantiasa melakukan penghijauan atau reboisasi. Perilaku ini selaras dengan hadis Rasulullah sebagai berikut :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ   

"Tak satupun seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi pahala sedekah baginya, dan yang dicuri orang lain akan bernilai sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang menguranginya, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim).

4.     Tidak melakukan pencemaran lingkungan baik sengaja maupun tidak sengaja. Rasulullah saw bersabda : 

لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِى الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِى لاَ يَجْرِى ، ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ

“Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yaitu air yang tidak mengalir kemudian ia mandi di dalamnya.” (HR. Bukhori)

5.     Tidak melakukan penggundulan hutan secara liar atau melakukan illegal logging. Sebab di dalam hutan terdapat banyak makhluk ciptaan Allah yang sedang bertahan hidup seperti flora dan fauna.


Tulisan ini mengajak pembaca agar peduli terhadap lingkungan, dengan melakukan beberapa aksi sebagaimana yang telah Rasul jelaskan dalam beberapa hadisnya. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin senantiasa memberi solusi atas berbagai persoalan termasuk soal lingkungan. Maka manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna hendaknya dapat menjadi wakil Tuhan dalam menjaga Alam dan melestarikannya. Semoga kita semua diberi keistiqamahan oleh Allah dalam berjihad ekologis guna memberi warisan lingkungan yang lestari bagi generasi mendatang. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Refleksi Milad ke-60, Menuju IMM Progresif di Masa Depan Oleh: Muhammad Ikhlas Prayogo, Sekertaris ....

Suara Muhammadiyah

17 March 2024

Wawasan

Mengapa Allah Menguji Orang-Orang yang Dicintai-Nya? Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Buday....

Suara Muhammadiyah

12 June 2024

Wawasan

Peran Strategis Dakwah Digital Oleh: Agusliadi Massere Ada banyak fungsi, tujuan, dan manfaat dakw....

Suara Muhammadiyah

18 November 2023

Wawasan

Falsafah ‘Menjadi’ Manusia Oleh: Rahmatullah, M.A, Sekretaris LDK PWM Kaltim, Dosen Ilm....

Suara Muhammadiyah

30 December 2024

Wawasan

Membaca Realitas: Posisi Pemuda sebagai Pelopor Perubahan Oleh: Agusliadi Massere Dalam catatan se....

Suara Muhammadiyah

25 October 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah