Kampus Merdeka, Kuliah Untuk Semua
Oleh: Faozan Amar, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA
Salah tujuan Indonesia merdeka, sebagaimana termaktub adalah pembukaan UUD NRI 1945 yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasar Pancasila.
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah proses terencana dan terpadu dalam berbagai bidang kehidupan untuk membangun dan mengembangkan peri-kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk agar terus bertumbuh sebagai bangsa yang bersatu, yang terdiri atas pribadi dan masyarakat yang mampu berpikir nalar dan berilmu-pengetahuan (Tobing, 2018).
Sejak merdeka 17 Agustus 1945, ikhitar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, terus menerus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan. Pemimpin pemerintahan datang silih berganti, orde boleh datang dan pergi, tapi rakyat yang cerdas untuk Indonesia maju adalah harga mati untuk NKRI.
Mengutip data Kemendagri, jumlah penduduk Indonesia yang masuk perguruan tinggi per 31 Desember 2022 untuk tingkat D1 dan D2 sebesar 1,11 juta orang atau 0,4% dari total penduduk Indonesia. Kemudian tingkat D3 sebanyak 3,56 juta orang atau 1,28% dan S1 sebanyak 12,44 juta orang atau 4,47%. Adapun tingkat S2 sebanyak 882.113 orang atau 0,31% dan S3 hanya 63.315 orang atau 0,02%.
Sementara itu, mayoritas penduduk Indonesia yang tidak atau belum sekolah jumlahnya sebanyak 66,07 juta orang atau sekitar 23,78% dari total penduduk Indonesia. Lalu, belum tamat SD sebanyak 30,89 juta orang atau 11,12%, tamat SD sebanyak 64,3 juta orang atau 23,15%, SMP 40,21juta orang atau 14,47%, dan SMA sebanyak 58,57 juta orang atau 21,08%.
Sebanyak 3,5 juta lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia tidak melanjutkan untuk bersekolah lagi, bekerja atau, mendapat pelatihan. Data tersebut diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan penghitungan yang dilakukan hingga Agustus 2023. BPS menyebut orang yang tidak melanjutkan sekolah, bekerja atau, mendapat pelatihan dengan istilah not in employment, education, and training/NEET. "SMU (SMA), 3.569.904 orang," demikian yang tertulis dalam data tersebut sebagaimana dikutip Kompascom, 26/5/2024.
Nah, apakah lulusan SMA/SMK/MA yang masuk kategori miskin itu bisa melanjutkan kuliah? Pemerintah melalui program Kampus Merdeka/Kedaireka, memberikan kesempatan kepada lulusan SMA/SMK/MA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Nantinya mereka dapat mengikuti program magang yang dilaksanakan oleh kampus.
Melalui program Kampus Merdeka, lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu bekerja sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab kurikulum yang diajarkan relevan dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja dan dunia industri (DUDI). Sehingga, lulusannya dapat terserap sesuai dengan kebutuhan.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah sebuah inovasi yang dibuat oleh Kemendikbudristek dan diluncurkan sebuah kebijakan untuk mentransformasi sistem Pendidikan tinggi di Indonesia untuk menghasilkan lulusan yang lebih relevan. MBKM dijalankan melalui 4 pilar kebijakan: (1) Pembukaan Program Studi baru, (2) Sistem akreditasi Perguruan Tinggi, (3) Perguruan Tinggi Berbadan Hukum, dan (4) Hak belajar di luar Program Studi.
Sejak program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diluncurkan tahun 2020, lebih dari 430 ribu mahasiswa berkesempatan belajar di luar kampus sehingga bisa relevan dengan perubahan dunia. MBKM telah memfasilitasi hampir satu juta mahasiswa untuk mengeksplorasi minat dan aspirasi mereka melalui pembelajaran di luar kampus.
Dampak positif implementasi kebijakan ini telah tampak dalam berbagai aspek. Studi Dampak Kompetensi yang dilakukan terhadap mahasiswa menunjukkan bahwa peserta program-program Kampus Merdeka memiliki waktu tunggu kerja tiga bulan lebih singkat, dengan rata-rata gaji 2,2 kali lebih besar dari rata-rata nasional (kemdikbug.go.id).
Menurut Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, program-program Kampus Merdeka yang menjadi salah satu perwujudan dari pembelajaran yang terintegrasi, telah diikuti lebih dari 900 ribu mahasiswa dan lebih dari 14 ribu praktisi. Platform Kampus Merdeka juga telah menjadi sarana yang mempertemukan perguruan tinggi, mahasiswa, dan industri. Lebih dari seribu perguruan tinggi serta sekitar 1,2 juta mahasiswa dan 5.200 mitra industri telah bergabung ke dalam platform ini.
Dampak positif dari program MBKM, telah terlihat dan diakui dunia. Salah satu buktinya terlihat dari peringkat Indonesia di Global Talent Competitiveness Index yang naik 14 peringkat, dari posisi 89 di tahun 2013-2018, menjadi posisi 75 di tahun 2019-2023.
Disamping itu, program Kampus Mengajar bukan hanya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus tetapi juga meningkatkan literasi dan numerasi siswa di sekolah tempat mereka mengajar dan membantu menjadi asisten guru. Sehingga hal tersebut akan memperkaya ilmu, wawasan, pengalaman dan jaringan.
Begitu juga banyak mahasiswa peserta Magang Merdeka berasal dari keluarga kurang mampu. Di mana 64% orang tua mereka tidak pernah mencicipi bangku kuliah sebelumnya. Hal ini menjadi bukti nyata, bahwa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka adalah untuk semua. Siapapun bisa mengikuti, dan merasakan dampak manfaatnya.
Menariknya, banyak peserta Kampus Merdeka yang menerima tawaran pekerjaan langsung dari mitra (golden ticket). Sehingga masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih singkat. Ini akan memberikan dampak positif dalam mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga yang anaknya telah bekerja.
Tentu dampak positif MBKM tersebut layak untuk dilanjutkan oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Agar dampaknya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat Indonesia. Semoga.