Kemanfaatan Muhammadiyah untuk Semua
Oleh: Iu Rusliana, Dosen Program Magister Manajemen UHAMKA Jakarta, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat
Dampak manfaat Muhammadiyah itu untuk semua, tanpa kecuali. Di banyak daerah, pelosok sekalipun, di kala negara belum hadir, Muhammadiyah menyapa sepenuh hati. Melayani warga bangsa, bahkan non muslim sekalipun. Puluhan ribu sekolah, ratusan perguruan tinggi, ratusan rumah sakit, begitulah dakwah nyata direalisasikan. Sudah ke mancanegara, kebaikan dakwahnya terasa. Etos kerja layanan yang dibangun di atas fondasi ideologi Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku. Teladan dari pendiri yang tak akan lekang, mengalir luas hingga belahan bumi lainnya.
Wajar kiranya, jika aset organisasinya semakin melimpah. Untuk ukuran sebuah organisasi sosial dari Indonesia, masuk jajaran empat besar dunia adalah berkah. Bukti nyata, bahwa umat Islam di Indonesia yang berdakwah melalui Muhammadiyah terus menjadi penebar manfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.
Hidup manusia bermasyarakat, begitulah bunyi Muqaddimah Anggaran Dasar, salah satu ideologi Muhammadiyah. Artinya, menjadi kader, pimpinan, anggota Muhammadiyah harus aktif bersosialisasi. Jangan menutup diri, apalagi menjauhi lingkungan. Bergaul dan berkontribusilah dengan berbagai kebaikan. Salah satu sifat Muhammadiyah adalah memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwwah Islamiyah.
Selain itu, sifat dari Muhammadiyah juga adalah aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai ajaran Islam. Itu pula kenapa tema milad tahun ini, mengangkat tema memajukan kesejahteraan bangsa. Penegasan komitmen dari sifat Muhammadiyah yang mendorong pembangunan demi kesejahteraan umum bersama.
Menjadi kader Muhammadiyah adalah kebanggaan. Etos keikhlasan dan pengabdian menjadi kekuatan. Malu jika tanpa amal adalah prinsipnya. Tak cukup hanya menjadi pribadi beriman, tetapi juga berusaha menjadi penebar amal kebajikan. Begitulah amal usaha Muhammadiyah didirikan. Dari akar rumput, bukan dari atas langsung. Bertumbuh berkembang dari bawah, membesar, dan meluas. Jangan aneh kalau ranting saja, struktur terbawah di Muhammadiyah, ada yang sampai memiliki beberapa rumah sakit dan sekolah elite.
Kenapa Milad?
Milad itu sama dengan maulid, merayakan ulang tahun, kelahiran. Bedanya bagi Muhammadiyah, maulid Nabi Muhammad SAW harus selalu dirayakan dan direnungkan setiap saat. Amal kebajikan apalagi yang harus dibuat, dibesarkan, dan ditebarkan. Bukan sekadar seremoni, kemudian terlupakan implementasi nilai-nilai kenabian. Cinta Nabi dan Rasul harus dibuktikan dengan kemanfaatan.
Kenapa bukan milad KH Ahmad Dahlan? Inilah Muhammadiyah, yang tidak meletakan gerakannya pada kultus individu. Kami meletakan segalanya pada gerakan persyarikatan. Miladnya pun adalah kelahiran persyarikatan. Rasa cinta kepada pendiri dan keluarganya diimplementasikan dalam bentuk rasa gembira dan sekuat tenaga memajukan organisasi.
Warisan organisasi dari KH Ahmad Dahlan harus dimajukan. Begitulah cara kami menyatakan kecintaan pada pendiri. Bisa dilihat, makamnya pun sama dengan makam warga biasa, tanpa ornamen indah atau suasana megah, sederhana tetapi penuh makna dengan aliran kebajikan yang meluas luar biasa. Sementara gedung-gedung dakwah dan amal usahanya berdiri megah. Melayani warga masyarakat sepenuh hati tanpa memilih-milih dan diskriminasi. Islam rahmatan lil’aalamiin, itulah semangatnya. Jika podium ceramah itu sepi, di akar rumput, masjid, sekolah, panti asuhan, rumah sakit, klinik, perguruan tinggi, koperasi syariah tengah terus bergeliat memberikan layanan dakwah. Singa podium itu bernama guru teladan, takmir masjid yang mencerahkan. Ada juga panti asuhan yang berkemajuan, dokter dan perawat serta pegawainya yang memberikan layanan prima. Dosen dan pegawai struktural yang unggul budaya mutunya dan layanan ekonomi yang menyejahterakan.
Tantangan ke Depan
Seratus tiga belas tentu bukan angka kecil. Satu abad lebih bertahan dan terus berkembang menjadi bukti persyarikatan tumbuh dan menebar kemanfaatan pada sesama melalui amal usahanya. Hanya saja tantangan masa depan harus menjadi perhatian. Era di mana dunia berubah dengan cepat penuh tantangan. VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), begitu dunia ini digambarkan. Sejumlah strategi harus dilakukan.
Pertama, menguatkan sumber daya insani melalui semua jalur kaderisasi. Keluarga, organisasi otonom, amal usaha dan pengajian akar rumput dan dakwah khusus. Tidak boleh ada celah, kosong. Semuanya harus diisi sebagai bagian dari penyiapan kader masa depan organisasi. Mereka dipersiapkan untuk masa depan, harus memahami apa yang akan terjadi. Ideologi warga persyarikatan terus dikuatkan. Jangan pernah berhenti mengkaji dan mendalami ilmu agama bersama-sama. Dakwah jamaah dan gerakan jamaah, dakwah kultural dan dakwah komunitas, meluaskan basis agar peran Muhammadiyah semakin kokoh.
Kedua, melakukan transformasi organisasi. Poin Muqaddimah Anggaran Dasar yang lain berbunyi, melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi. Sistem organisasi terus dibenahi. Situasi transisi dari amal usaha sosial menjadi amal usaha yang berorientasi pada keuntungan plus kemanfaatan tidaklah mudah. Perlu sistem tata kelola yang baik. Reformasi organisasi dan digitalisasi sistem menjadi keniscayaan. Ini juga menjadi program prioritas Muhammadiyah tahun 2022-2027. Sehingga ke depannya, tata kelola semakin profesional dan berkemajuan.
Mengevaluasi ke dalam dan menindaklanjutinya akan menjadi pengembangan organisasi yang terus-menerus. Tidak boleh menjadi organisasi yang lapuk, tak berdaya, lalu hilang menjadi catatan sejarah. Beruntunglah Muhammadiyah, akar rumput menjadi pilar intinya. Selama ada denyutan, selama itu pula akan terjaga persyarikatan.
Ketiga, merespons situasi eksternal, internasionalisasi Muhammadiyah menjadi kebutuhan, puluhan Pimpinan Cabang Istimewa adalah bukti. Amal usaha di Australia, Mesir, dan Malaysia juga menjadi bukti nyata. Tentu harus dikembangkan agar semakin terasa manfaatnya oleh warga Muhammadiyah dunia. Dari Yogyakarta, Indonesia untuk dunia, begitulah Muhammadiyah terus mengepakkan sayap dakwahnya.
Keempat, teruslah bersikap proporsional dalam menyikapi politik kebangsaan. Muhammadiyah bukanlah partai politik, jadi tidak perlu terlibat terbuka dalam dukung mendukung. Menjaga kedekatan hubungan yang sama dengan semua kekuatan politik. Bersikap kritis konstruktif, tetapi di sisi lain siap mendukung bilamana program tersebut berdampak manfaat bagi masyarakat. Selaras dengan kepribadian Muhammadiyah, bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Kelima, Muhammadiyah tetap menjadi tenda bangsa yang inklusif. Menjadi penuntun arah sejarah bangsa menuju kemajuan. Sebagaimana kepribadian Muhammadiyah yang lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. Bersedia membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.
Tentu lima langkah strategis ini membutuhkan dukungan kepemimpinan organisasi sebagai unsur utama penggeraknya. Bergerak secara berjamaah yang tersistem jauh lebih baik. Melalui Muhammadiyah kita berdakwah, mengabdi kepada sesama dan meraih bahagia dunia akhirat. Amin. Wallaahu’alam.


