Oleh: Drs HM Jindar Wahyudi, MAg, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Boyolali, Alumni Pondok Shabran UMS
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَلِنَا مَنْ يَهْدِاللهُ فَلاَمُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلى َاَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاءِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن
Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah
Dalam an-Nisa ayat 9 Allah berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir kesejahteraanya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisa’ : 9).
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa asbabul nuzul ayat ini berkaitan dengan kisah Sa’ad bin Abi Waqas yang akan menginfakan hartanya. Maka Rasulullah saw bersabda: lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada miskin yang meminta-minta (HR Bukhari dan Muslim).
Melihat asbabul nuzul ini maka dapat difahami bahwa konteks ayat tersebut berkaitan dengan kesejahteraan ekonomi. Namun menurut Imam an-Nawawi kelemahan dalam ayat tersebut mengandung banyak makna tidak hanya dalam bidang ekonomi tetapi juga yang lain. Seperti:
Pertama, lemah kesejahteraan. Kehawatiran terhadap kelemahan kesejahteraan hidup pada anak turun seharusnya mendorong kita untuk berusaha keras agar mendapatkan kesejahteraan berlebih, yang sekiranya bisa dinikmati pula oleh generasi setelah kita sebagai tinggalan yang bisa kita hibahkan, kita wasiatkan atau kita wariskan sebagai amal saleh yang bernilai jariyah.
Firman Allah
لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَۖ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدٰنِ وَالْاَقْرَبُوْنَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ اَوْ كَثُرَ ۗ نَصِيْبًا مَّفْرُوْضًا
Bagi laki-laki ada hak dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya dan bagi perempuan ada hak (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan. (QS. An-Nisa’ : 7).
Mewariskan harta benda kepada anak turun merupakan bagian dari wujud kepedulian kita terhadap kesejahteraan mereka. Semakin banyak harta yang kita tinggalkan sebagai warisan terhadap anak turun tentu akan semakin besar pula peluang bagi mereka untuk bisa hidup lebih sejahtera, mandiri, dan berkemakmuran.
Kedua, lemah agama. Kelemahan dalam pemahaman dan pengamalan agama juga pantas untuk kita waspadai bagi anak turun kita dalam kehidupannya kelak dikemudian hari. Tentu hal ini sangat ditentukan oleh peran orang tua dalam mengarahkan pemahaman dan pengamalan agama yang diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Karena keluarga merupakan pengalaman pertama dan utama bagi anak yang akan bisa menentukan perkembangan pribadi, pola pikir dan karakter anak dalam kehidupan beragama dikemudian hari.
Hadits dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشَرِّكَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah; kedua orang tuanyalah yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi." (HR. Bukhari dan Muslim).
Faktor keteladanan orang tua dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat akan menjadi panutan anak dikemudian.
Ketiga, lemah fisik dan mental. Sebagai orang tua sudah semestinya selalu menjaga kebugaran dan kesehatan psikologi anak agar kelak menjadi pribadi yang tangguh fisik dan mentalnya.
Rasulullah saw dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, bersabda:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ (رواه مسلم)
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
Karena pribadi yang kuat baik fisik dan mentalnya disamping akan dicintai oleh Allah biasanya juga akan menjadi pertimbangan pilihan seseorang untuk dijadikan sebagai pendamping hidupnya. Bahkan ketika memasuki dunia kerja faktor pribadi yang tangguh ini akan menjadi pilihan utama untuk diterima sebagai tenaga kerjanya.
Keempat, lemah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia. Tidak saja secara makro bisa mengembangkan kebudayaan dan peradaban manusia tetapi secara pribadi seseorang dapat mengembangkan dirinya sebagai orang yang berkualitas, maju, dan trampil.
Oleh karena itu penting untuk kita siapkan anak turun kita agar menjadi generasi yang berkualitas, terdidik, dan terpelajar dengan membekali ilmu pengetahuan yang memadahi melalui pendidikan yang baik dan berkualitas, agar tidak terdesak dan terpinggirkan oleh perkembangan zaman
Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah
Demikian hutbah Jumat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat dan mampu menyadarkan kita akan arti penting dalam kepedulian terhadap anak turun kelak. Semoga kita bisa meninggalkan keturunan yang kuat, memiliki ketangguhan dalam menghadapi dinamika kehidupan dan perkembangan zaman dikemudian hari. Amin.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Sumber: Majalah SM Edisi 09/2025