Oleh: Ziyadul Muttaqin. Alumni PUTM Yogyakarta dan Sekretaris MTT PDM Batang
إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Kata merdeka sering dipersempit hanya kebebasan dari penindasan secara fisik. Agama Islam memberikan wasiat mengenai kemerdekaan dengan membebaskan diri dari belenggu ketakutan, keraguan dan kebiasaan buruk yang sering kali menghambat potensi kita. Menjadi merdeka adalah pilihan secara sadar yang harus dibuat oleh setiap muslim. Di antara wasiat Islam agar menjadi manusia yang merdeka seutuhnya adalah sebagai berikut:
Pertama, wasiat agar merdeka dari syirik. Wasiat ini adalah menjauhkan diri dari syirik, yaitu perbuatan menyekutukan Allah SwT. Syirik adalah dosa yang paling berat dan penghalang terbesar bagi kemerdekaan spiritual kita. Allah SwT berfirman dalam Al-Qur'an:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar. (an-Nisa'/4:48)
Menjauhkan diri dari syirik adalah bentuk kemerdekaan spiritual yang memungkinkan kita beribadah kepada Allah dengan keikhlasan. Dengan melepaskan diri dari segala bentuk ketergantungan pada selain Allah. Kita membebaskan jiwa dari belenggu yang menghalangi hubungan murni dengan Sang Pencipta. Hal ini membawa kedamaian dan ketenangan batin, karena kita menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu. Dengan demikian, menjauhkan diri dari syirik tidak hanya membebaskan kita secara spiritual tetapi juga menguatkan iman dan mendekatkan kita kepada tujuan hidup yang hakiki.
Kedua, wasiat merdeka dari dosa dan kemaksiatan. Sebagai Muslim tentu sebisa mungkin menghindari dari dosa dan kemaksiatan, walaupun tentu tidak ada yang selamat dari dosa dan kemaksiatan. Dosa dan kemaksiatan membelenggu hati dan beban bagi jiwa kita. Ibnu Katsir menjelaskan tentang makna “beban/Wizr” dalam surat al-Insyirah ayat 2 adalah dzanbun (dosa). Artinya dosa dan kemaksiatan akan menjadi beban bagi orang yang melakukannya sehingga dosa menjadikan berat dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَابُونَ
"Setiap anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat." (HR. Tirmidzi)
Dengan bertaubat dan menjauhi kemaksiatan, kita merdeka dari belenggu dosa dan dapat hidup dengan penuh keberkahan. Dengan catatan bahwa taubatnya dengan taubatan nasuha.
Ketiga, wasiat merdeka dari ketergantuan hawa nafsu. Hawa nafsu dapat menjerumuskan kita dalam berbagai dosa. Rasulullah saw mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan tidak membiarkannya menguasai hidup kita. Allah SwT berfirman:
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ٢٣
Tahukah kamu (Nabi Muhammad), orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan dibiarkan sesat oleh Allah dengan pengetahuan-Nya, Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya, siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Apakah kamu (wahai manusia) tidak mengambil pelajaran? (al-Jasiyah/45:23)
Keempat, wasiat agar merdeka dari perpecahan dan perselisihan. Rasulullah saw menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan di antara umat Islam. Allah SwT berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا…
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (QS. Al-Imran: 103)
Menjaga persatuan dan menghindari perselisihan memungkinkan kita merdeka dari konflik dan hidup dalam keharmonisan serta kedamaian. Dengan mengutamakan kebersamaan dan saling pengertian, kita menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai dan didengar.
Persatuan adalah kunci untuk menghadapi tantangan bersama dengan kekuatan yang lebih besar, sementara menghindari perselisihan meminimalkan potensi perpecahan yang dapat melemahkan kita. Ketika kita fokus pada tujuan bersama dan mengesampingkan perbedaan, kita membangun fondasi yang kokoh untuk masyarakat yang damai dan sejahtera. Hidup dalam persatuan tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga memampukan kita untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan berkelanjutan.
قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. [HR. Muslim no. 2564]
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فىِ اْلقُرأنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الاٰيَاتِ وَالذِّكْرَ اْلحَكِيْمِ، وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الَسمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُّبَارَكًا فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اُتَّقُوا اللَّهَ، اُتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Marilah kita berusaha amalkan empat wasiat tentang merdeka ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita berdoa dengan kekhusukan hati dan berharap agar doa kita Allah kabulkan.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ.
رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Sumber: Majalah SM Edisi 17/2024