Oleh : Gita Danu Pranata, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jumat rahimahumullah
Allah SwT berfirman:
إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ
Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Surat at-Taubah ayat 18).
Masjid makmur-memakmurkan mengandung pesan bahwa masjid yang makmur bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat yang memakmurkan umat, baik dalam aspek spiritual maupun duniawi. Masjid yang makmur dapat meningkatkan kualitas hidup umat Islam dan membawa berkah bagi masyarakat secara luas.
Masjid makmur-memakmurkan berarti:
Pertama, layanan ibadah lengkap. Masjid tidak hanya digunakan untuk ibadah shalat, tetapi juga menyediakan fasilitas tambahan seperti pengajaran Al-Qur'an, kursus agama, layanan konseling, atau program sosial lainnya. Umat bisa memenuhi berbagai kebutuhan spiritual mereka di satu tempat.
Kedua, fasilitas sosial dan komunitas. Masjid ini bisa juga menyediakan layanan sosial seperti klinik kesehatan, tempat pendidikan, bantuan sosial, atau program pemberdayaan masyarakat. Hal ini memungkinkan umat untuk memperoleh layanan sosial dan spiritual di satu lokasi.
Ketiga, solusi bagi kebutuhan Islam: Dalam konteks yang lebih luas, masjid ini mungkin mengadakan berbagai program yang membantu umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti seminar, workshop, kegiatan keagamaan, atau bahkan membantu dengan masalah duniawi seperti pengurusan zakat atau pendidikan.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
“Dan tiadalah Kami (Allah) mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Surat al-Anbiya ayat 107)
Jamaah Jumat rahimahumullah
Kata menghadirkan adalah berbuat sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Kata hadir sendiri dari bahasa Arab mengandung arti maujud, yakni ada dan mengada atau mewujud di dunia nyata. Hadir dalam kaitan hadlarah artinya menghadirkan peradaban, yakni membangun kebudayaan berkemajuan.
Kata makmur atau kemakmuran secara leksikal Arab ialah damai, sejahtera, dan berkah. Makmur dalam bahasa Indonesia artinya banyak hasil; banyak penduduk, dan sejahtera; serba kecukupan; tidak kekurangan. Sedangkan memakmurkan ialah membuat dan menyebabkan menjadikan makmur.
Kemakmuran berarti keadaan atau situasi di mana seseorang atau suatu negara mengalami kesejahteraan, kelimpahan, atau kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Secara umum, kemakmuran menggambarkan kondisi yang serba cukup atau bahkan berlebih, baik dalam hal materi maupun kualitas hidup.
Kemakmuran suatu negeri merupakan kondisi kehidupan yang tanahnya subur dan penduduknya berkembang pesat, sejahtera, beruntung, dan sukses dalam diri individu maupun masyarakat. Kemakmuran sering kali menghasilkan kekayaan yang berlebih atau berlimpah, seperti kebahagiaan dan kesehatan.
Pandangan lain merujuk pada konsep yang seimbang, bahwa kemakmuran adalah kesejahteraan lahir dan batin, materiel dan spiritual. Kemakmuran bukan kemajuan fisik, materi, dan ekonomi belaka. Indonesia makmur dalam khazanah sosio-historis sering disebut dan diidentikkan dengan cita-cita “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yakni negeri yang tanahnya subur serta masyarakatnya tentram, damai, aman, adil, dan sejahtera. Indonesia sering disebut negeri yang makmur karena tanah airnya indah dan subur mengandung kekayaan alam yang luar biasa.
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٖ فِي مَسۡكَنِهِمۡ ءَايَةٞۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٖ وَشِمَالٖۖ كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥۚ بَلۡدَةٞ طَيِّبَةٞ وَرَبٌّ غَفُورٞ
“Sungguh bagi Kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Rabb) di kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan:) “Makanlah dari rizki yang dianugerahkan Tuhan kalian dan bersyukurlah kepadaNya!’. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. (QS. Saba’: 15)
Ayat di atas menggambarkan betapa subur dan makmurnya Negeri Saba’. Negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Negeri yang subur dan makmur, tetapi penduduknya tidak lupa untuk bersyukur. Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani penduduknya.
Negeri yang aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar. Negeri yang maju dalam ilmu agama maupun ilmu dunianya. Negeri dengan penguasa yang adil dan shalih serta penduduk yang hormat dan patuh. Negeri yang di dalamnya terjalin hubungan harmonis antara pemimpin dan masyarakatnya.
Jamaah Jumat rahimahumullah
Di masa depan, tantangan akan semakin berat. Perjuangan harus terus ditingkatkan dan perubahan mesti dilakukan. Tidak ada yang bisa melakukan perubahan, tanpa hal itu dilakukan dan diawali dari diri sendiri. Kita sadar, Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡ
KHUTBAH KEDUA
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ ٱلْوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Sumber: Majalah SM Edisi 07/2025