Kinerja Perbankan Syariah Relatif Lebih Menjanjikan Dibandingkan Perbankan Konvensional
Oleh: Yadi Nurhayadi, Dosen FEB UHAMKA
Hal ini setidaknya dilihat dari tiga rasio keuangan yang penting dalam operasional perbankan, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR, Rasio Kecukupan Modal), Financing/Loan to Deposit Ratio (FDR/LDR, Rasio Pembiayaan/Pinjaman terhadap Simpanan), serta rasio Return on Assets (ROA, Tingkat Pengembalian Aset). Tiga rasio keuangan tersebut, yakni CAR, FDR, dan ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dibandingkan dengan CAR, LDR, serta ROA pada Bank Umum Konvensional (BUK) selama tujuh tahun terakhir dari 2017 hingga 2023. Data CAR, FDR, dan ROA pada BUS bersumber dari laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS), serta data CAR, LDR, dan ROA pada BUK bersumber dari laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI). Penilaian tingkat kesehatan BUS dan BUK mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 8/2014 serta nomor 4/2016. Laporan SPS dan SPI serta POJK dapat diunduh dari situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan SPS dan SPI pada Desember 2023, terdapat 13 BUS di Indonesia serta terdapat 105 Bank Umum. Menurut Undang-undang nomor 10/1998 tentang Perbankan, bahwa Bank Umum terdiri dari BUS dan BUK. Dengan demikian jumlah BUK adalah 92. Jumlah BUK jauh lebih banyak dibanding BUS, karena memang BUS baru beroperasi sejak 1992, sedangkan BUK sudah ada bahkan sejak Indonesia dalam penjajahan. Jumlah BUS atau BUK di Indonesia ini masih berkemungkinan bertambah atau berkurang.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio, CAR) adalah rasio yang terbentuk antara Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Rasio ini dapat menunjukkan kesehatan permodalan perbankan. Bank Indonesia menggunakan peringkat kesehatan permodalan perbankan menurut nilai CAR sebagai berikut. Bank Sangat Sehat jika CAR > 12%, Sehat jika 10% ≤ CAR < 12%, Cukup Sehat jika 8% ≤ CAR < 10%, Kurang Sehat jika 6% < CAR < 8%, dan Tidak Sehat jika CAR ≤ 6%.
Berdasarkan data CAR pada BUS di Statistik Perbankan Syariah dari Januari 2017 hingga Desember 2023, nilai terendahnya 16,14%, tertingginya 26,28%, dan rata-ratanya 21,53%. Karena nilai CAR pada BUS ini di atas 12%, maka permodalan pada BUS berada pada peringkat Sangat Sehat. Sementara itu, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia nilai CAR pada BUK dari Januari 2017 hingga Desember 2023, nilai terendahnya 21,67%, tertingginya 27,97%, dan rata-ratanya 24,1%. Karena nilai CAR pada BUK ini di atas 12%, maka permodalan pada BUK juga berada pada peringkat Sangat Sehat.
Nilai CAR pada BUS maupun BUK di atas nilai 12%, yaitu berada pada peringkat Sangat Sehat. Rata-rata nilai CAR BUK lebih tinggi dari rata-rata nilai CAR BUS. Akan tetapi, garis tren grafik nilai CAR pada BUS lebih meningkat perlahan secara vertikal dibanding tren grafik nilai CAR pada BUK. Ini dianalisis bahwa dalam jangka panjang permodalan pada BUS lebih menjanjikan ke arah lebih baik.
Financing To Deposit Ratio (FDR) / Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio Pembiayaan terhadap Simpanan (Financing to Deposit Ratio (FDR)) adalah istilah untuk BUS, sedangkan Rasio Pinjaman terhadap Simpanan (Loan to Deposit Ratio (LDR)) adalah istilah untuk BUK. Ini karena pembiayaan (financing) dari BUS tidak berbasis bunga, sedangkan pinjaman (loan) dari BUK berbasis bunga. Perhitungan FDR atau LDR adalah dalam rangka mengukur kesehatan pembiayaan atau pinjaman. Peringkat kesehatan FDR atau LDR adalah sebagai berikut. Bank Sangat Sehat jika FDR atau LDR ≤ 75%, Sehat jika 75% < FDR atau LDR ≤ 85%, Cukup Sehat jika 85% < FDR atau LDR ≤ 100%, Kurang Sehat jika 100% < FDR atau LDR ≤ 120%, dan Tidak Sehat jika FDR atau LDR > 120%.
Dari data Statistik Perbankan Syariah nilai FDR BUS menunjukkan nilai terendah 68,98%, sedangkan nilai tertinggi 84,74%, serta rata-rata 78,12%. Lalu dari data Statistik Perbankan Indonesia nilai LDR BUK menunjukkan nilai terendah 77,49%, tertinggi 96,19%, serta rata-rata 86,63%. Maka secara rata-rata nilai FDR BUS berada pada peringkat Sehat, sedangkan nilai LDR BUK berada pada peringkat Cukup Sehat.
Peringkat kesehatan nilai rata-rata FDR BUS relatif lebih baik dibandingkan nilai rata-rata LDR BUK. Berdasarkan SPS dan SPI, garis tren kedua grafik, yakni FDR BUS dan LDR BUK sama-sama menuju semakin rendah. Akan tetapi, karena peringkat kesehatan FDR BUS lebih baik dibanding LDR BUK, maka dianalisis dalam jangka panjang FDR BUS lebih menjanjikan ke arah yang lebih baik.
Return on Assets (ROA)
Rasio Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets, (ROA)) adalah salah satu rasio yang dapat menunjukkan level profitabilitas perbankan. Peringkat kesehatan ROA adalah sebagai berikut. Bank Sangat Sehat jika ROA > 1,5%, Sehat jika 1,25% < ROA ≤ 1,5%, Cukup Sehat jika 1,5% < ROA ≤ 0,5%, Kurang Sehat jika 0,5% < ROA ≤ 0%, serta Tidak Sehat jika ROA ≤ 0%.
Berdasarkan SPS nilai terendah ROA pada BUS adalah 0,42%, nilai tertingginya yaitu 2,18%, serta nilai rata-ratanya adalah 1,6%. Berdasarkan nilai rata-rata ROA BUS tersebut peringkat kesehatan profitabilitas pada BUS adalah Sangat Sehat. Sementara itu berdasarkan SPI, nilai ROA terendah pada BUK adalah 1,59%, nilai tertinggi 3,07%, serta nilai rata-ratanya 2,37%. Maka berdasarkan nilai rata-rata ROA pada BUK, peringkat kesehatan profitabilitas BUK juga Sangat Sehat.
Dari SPS dan SPI, garis tren nilai ROA terhadap waktu pada BUS relatif lebih meningkat dibanding pada BUK yang relatif stabil. Maka dianalisis bahwa dalam jangka panjang nilai ROA pada BUS lebih menjanjikan ke arah yang lebih baik dibanding nilai ROA pada BUK.
Pengaruh CAR dan FDR pada ROA BUS serta CAR dan LDR pada ROA BUK
Selanjutnya akan dianalisis pengaruh CAR dan FDR terhadap ROA pada BUS, serta pengaruh CAR dan LDR pada BUK, masing-masing baik secara parsial maupun simultan. Dalam hal ini pada BUS, CAR dan FDR sebagai variabel bebas pertama dan kedua (xBUS1 dan xBUS2), serta ROA sebagai variabel terikatnya (yBUS). Sedangkan pada BUK, CAR dan LDR sebagai variabel bebas pertama dan kedua (xBUK1 dan xBUK2) serta ROA sebagai variabel terikatnya (yBUK). Metode yang digunakan untuk analisis parsial adalah Regresi Linier Sederhana (Simple Linear Regression – Ordinary Least Square (OLS)), serta untuk analisis simultan digunakan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression – OLS).
Hasil olah data Regresi Linier Sederhana dengan CAR sebagai variabel bebas (x) dan ROA sebagai variabel terikat (y), didapat persamaan regresi . Secara parsial pada BUS, rangkaian data CAR dan ROA saling berbanding lurus (berhubungan positif), yaitu jika CAR meningkat ROA juga meningkat, begitu pula sebaliknya. Koefisien Korelasinya (R) mencapai 0,855 yang berarti pada BUS antara CAR dan ROA memiliki korelasi positif yang sangat kuat. Persentase pengaruh (Koefisien Determinasi (R2)) CAR terhadap ROA mencapai 73,04%. Lalu masih pada BUS, secara parsial antara FDR dan ROA berbanding terbalik (berhubungan negatif), yaitu jika FDR meningkat maka ROA justru menurun. Persamaan regresi dengan FDR sebagai variabel bebas (x) dan ROA sebagai variabel terikat (y) yaitu . Antara FDR dan ROA berkorelasi negatif (secara sedang) dengan Koefisien Korelasi -0,441. Persentase pengaruh (Koefisien Determinasi (R2)) FDR terhadap ROA sebesar 19,43%.
Kemudian pada BUS antara CAR dan FDR secara simultan terhadap ROA didapat persamaan regresi , di mana adalah CAR, adalah FDR, dan adalah ROA. Dari hasil perhitungan, Koefisien Korelasi (R) adalah 0,855 yakni variabel bebas berkorelasi sangat kuat terhadap variabel terikat. Sedangkan Koefisien Determinasi (R2) adalah 0,7309 yaitu persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 73,09%. Secara parsial variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, lalu variabel FDR berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan secara simultan CAR dan FDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Sementara itu pada BUK secara parsial dapat dianalisis bahwa CAR dan ROA berhubungan positif. Persamaan regresi dengan CAR sebagai variabel bebas (x) dan ROA sebagai variabel terikat (y) yaitu . Koefisien Korelasinya (R) sebesar 0,211 yang berarti pada BUK antara CAR dan ROA memiliki korelasi positif lemah. Koefisien Determinasi (R2) CAR terhadap ROA hanya mencapai 4,43%. Kemudian masih untuk BUK dapat dianalisis bahwa secara parsial antara LDR dan ROA juga berhubungan positif. Persamaan regresi dengan LDR sebagai x dan ROA sebagai y, yaitu . Antara LDR dan ROA berkorelasi positif lemah dengan Koefisien Korelasi 0,293. Persentase pengaruh (Koefisien Determinasi (R2)) LDR terhadap ROA hanya sebesar 8,6%.
Pada BUK, secara simultan antara CAR dan FDR terhadap ROA didapat persamaan regresi , di mana adalah CAR, adalah LDR, dan adalah ROA. Hasil perhitungan menunjukkan, Koefisien Korelasi (R) adalah 0,65 yakni variabel bebas berkorelasi kuat terhadap variabel terikat. Sedangkan Koefisien Determinasi (R2) adalah 0,4226 yaitu persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 42,26%. Variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, lalu variabel LDR juga berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Lalu secara simultan CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Kesimpulan
Akhirnya perbandingan antara BUS dan BUK dapat dianalisis sebagai berikut. Nilai CAR pada BUS belum sebesar pada BUK, tetapi memiliki pertumbuhan lebih tinggi dan menjanjikan lebih baik dibanding BUK. Ini berarti permodalan pada BUS memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibanding pada BUK. Lalu BUS terlihat lebih hati-hati dalam memberi pembiayaan, sedangkan BUK memberi pinjaman yang lebih ekspansif. Akibatnya, nilai FDR pada BUS lebih sehat dibanding LDR pada BUK. Sementara itu ROA pada BUS terus tumbuh meningkat, sedangkan ROA pada BUK terlihat sudah stabil. Ini menunjukkan, walaupun profitabilitas pada BUK lebih tinggi tetapi sudah stabil. Sedangkan profitabilitas pada BUS masih lebih rendah, tetapi terus meningkat dan telah meraih level sangat sehat.
Demikian perbandingan antara BUS dan BUK berdasarkan fakta data yang ada, setidaknya berdasarkan sampel data dari 7 tahun terakhir. Maka dapat disimpulkan, kinerja pada perbankan syariah dalam jangka panjang relatif lebih menjanjikan ke arah yang lebih baik dibanding pada perbankan konvensional.