GAMPING, Suara Muhammadiyah - Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY mengadakan Dialog dan Silaturahmi Mubaligh Muhammadiyah dengan mengusung tema “Penguatan Kelembagaan Mubaligh Muhammadiyah untuk Tabligh Muhammadiyah yang Berkemajuan,” di Aula Masjid KH Sudja PKU Gamping, Sabtu (21/9).
Kegiatan ini diawali sambutan oleh Ustadz Miftahul Haq, Ketua Majelis Tabligh PWM DIY. Miftah menjelaskan, bahwa ada yang melatarbelakangi Majelis Tabligh PWM DIY untuk bertanggung jawab dengan berpartisipasi aktif dalam penguatan ideologi Kemuhammadiyahan, dan menyampaikan ide-ide pemikiran keagamaan.
“Salah satu upaya yang menjadi tanggung jawab Majelis Tabligh adalah bagaimana melakukan penguatan kelembagaan serta para Mubaligh,” ujarnya.
Sambutan selanjutnya disampaikan Cahyono, Wakil Direktur Al-Islam dan Kemuhammadiyahan RS PKU Gamping. Ia mendukung penuh kegiatan Mubaligh dengan fasilitas yang ada di PKU Gamping, seperti Aula Masjid KH Sudja yang digunakan untuk penguatan Mubaligh Muhammadiyah.
“Kami RS PKU Gamping, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Majelis Tabligh PWM DIY, majelis dan lembaga yang menyertakan kegiatannya berkali-kali di Aula Masjid KH Sudja,” ujarnya.
Sambutan ketiga disampaikan oleh perwakilan Ketua PWM DIY yakni Ustadz Ridwan Furqoni. Ia menyampaikan majelis punya tanggung jawab besar sebagai wajah Persyarikatan Muhammadiyah. ”Kita punya tanggung jawab dan peran yang sangat penting serta strategis. Wajah Keislaman, Persyarikatan, dan dakwah kita (Muhammadiyah) ada di majelis,” pungkasnya.
Ia juga menyoroti terkait jaminan kesehatan para mubaligh. “Ini menjadi penting dan perlu kita bicarakan lebih lanjut sehingga dakwah kita secara kualitas akan meningkat baik manajemennya maupun pribadi mubalighnya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ridwan menjelaskan ada hal yang perlu diseriusi dalam pengelolaan mubaligh. Pertama yaitu kuantitas. Sebagai informasi di DIY, dari 78 kecamatan terdapat 82 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan sekitar 630 ranting secara total.
Kedua adalah kualitas. Kualitas disini mencakup tiga kriteria yakni kualitas kesalehan, keilmuan, dan peran di masyarakat. Dalam halnya peran ini, diperlukan skil komunikasi serta dapat beradaptasi jika dihadapkan dalam kondisi yang berbeda dengan budaya Muhammadiyah.
Ia mengambil contoh di Pantura, walaupun di sana Islam sebagai minoritas, tetapi peran Muhammadiyah mayoritas. “Di sana hanya ada sekitar 10 keluarga, tapi mereka menjadi tokoh masyarakat atau pengambil keputusan. Ini menunjukan Muhammadiyah dapat memegang peranan penting dalam suatu masyarakat,” ujarnya.
Sebagai penutup, Ridwan berharap pembahasan terus berlanjut setelah acara silaturahmi ini selesai. “Setelah ini harus ada tindak lanjutnya. Evaluasi dan peningkatan penting untuk diskusikan bersama. Kegiatan seperti pelatihan-pelatihan perlu kita teruskan secara berkala, bisa bergilir dari cabang ke cabang secara konsisten. Kita juga perlu memitigasi masalah-masalah dakwah kita, sehingga jika ada yang berpotensi menjadi masalah serius dapat diprediksi serta diantisipasi,” tutupnya. (Kiky/Fab)