BANDA ACEH, Suara Muhammadiyah – Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu), secara nasional berupaya agar dalam situasi darurat bencana maupun darurat kemanusiaan lainnya, dapat memberikan dukungan dan bantuan konsumsi yang mempertimbangkan aspek gizi, terutama ketersediaan protein hewani.
Mekanisme yang ditempuh oleh Lazismu adalah dengan mengelola dan mengolah daging kurban menjadi kurban kemasan yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama agar sewaktu-waktu dapat dibagikan kepada korban terdampak darurat.
Hal ini sudah sesuai dengan Fatwa MUI Nomor 37 Tahun 2019 tanggal 7 Agustus 2019, yang membolehkan pengawetan dan pendistribusian daging kurban dalam bentuk kemasan. Demikian disampaikan Ketua Lazismu Aceh, Firdaus Nyak Idin, di Banda Aceh, Senin (14/4/2025).
Firdaus Nyak Idin menjelaskan kembali, “Selain untuk dukungan pada bencana alam dan bencana sosial sebagaimana dimaksud, program ini juga dapat digunakan untuk penanganan bencana lain seperti stunting, gizi buruk, atau bencana kelaparan yang mungkin saja terjadi. Bahkan, juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung program peningkatan status dan kapasitas gizi bagi anak, remaja, ibu hamil, dan lansia yang membutuhkan, baik dalam situasi bencana, darurat, maupun dalam kondisi rentan lainnya.”
Program inovasi pengolahan daging kurban dalam bentuk rendang kemasan untuk Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO) dalam situasi darurat bertujuan memperkuat peran dakwah dan kehadiran langsung Muhammadiyah Aceh sebagai organisasi sosial, serta memenuhi tuntutan kebutuhan kehadiran Lazismu secara lebih efektif dan efisien, kata Firdaus.
Selama tahun 2024, tercatat Aceh mengalami 273 kejadian bencana dengan kerugian material mencapai Rp123 miliar. Bencana tersebut mengakibatkan 12 orang meninggal dunia dan berdampak langsung pada 159.141 jiwa atau sekitar 44.641 kepala keluarga, serta menyebabkan 4.144 orang mengungsi. Sedangkan pada tahun sebelumnya, 2023, Aceh mengalami 418 kejadian bencana dengan kerugian mencapai Rp430 miliar.
Bencana yang terjadi mencakup kebakaran permukiman sebanyak 86 kali, banjir 68 kali, kebakaran hutan dan lahan 63 kali, angin puting beliung 34 kali, longsor 14 kali, dan banjir bandang 4 kali. Aceh juga mengalami bencana kekeringan pada tahun 2024, dengan dampak terbesar berupa kerusakan 787 rumah akibat kebakaran, angin puting beliung, banjir, dan longsor.
“Bahkan tidak sedikit keluarga yang kehilangan mata pencaharian. Salah satu akibat langsung dari situasi bencana adalah terganggunya kondisi sosial dan kesehatan masyarakat, termasuk ketersediaan kebutuhan dasar seperti makanan,” tutup Firdaus Nyak Idin.
(Agusnaidi B/Riz/Ha)