YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ideolopolitor, kajian diskusi Ideologi Politik dan Organisasi diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Aisyiyah Depok, satu bentuk ikhtiar dalam menjaga ideologi anggota dan pimpinan Muhammadiyah. Acara ini mengambil tempat di Aula KH Ahmad Dahlan, SD Muhammadiyah Condongcatur, Sleman pada Ahad (19/1).
Mengusung tema "MeMuhammadiyahkan Warga Muhammadiyah" sebagai bentuk responsi atas berbagai Isu yang kini tengah menyelimuti persyarikatan Muhammadiyah. Dengan harapan para pimpinan Muhammadiyah dapat menyelaraskan pikiran dan gerakan dalam hal ideologi, politik dan organisasi.
Ideopolitor menghadirkan tiga narasumber dari PWM Jateng, MPKSDI PP Muhammadiyah, juga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Berbagai lapisan pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Sleman turut hadir dengan sangat antusias.
Ketua Majelis Tabligh PWM Jateng Ali Trigiyatno menyampaikan, isu melemahnya ideologi warga Muhammadiyah yang terjadi saat ini merupakan persoalan yang harus diperhatikan oleh Persyarikatan. Menurutnya, adanya kempirian dan kesamaan ajaran antara Muhammadiyah dengan organisasi islam yang lain, telah menjadi celah dalam melemahnya ideologi Muhammadiyah.
“Seringkali warga Muhammadiyah lompat pagar” ujarnya membawakan materi Ideologi Muhammadiyah.
Ali menjelaskan bahwa ada banyak hal yang membedakan Muhammadiyah dengan organisasi islam lain. Ciri utama Muhammadiyah adalah organisasi yang kompak tanpa adanya selisih pemahaman antar anggota, karena semua ajaran merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah yang telah dirangkum dalam Tarjih Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Ia mengungkap Muhammadiyah merupakan organisasi yang di rahmati Allah Swt. Karena se-abad lebih Muhammadiyah telah berdiri tanpa adanya perpecahan, salah satu ciri kelompok yang di rahmati Allah yakni terhindar dari perpecahan.
“Alhamdulillah selama 112 tahun belum pernah ada Muktamar tandingan,” tegasnya.
Senada, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah Bachtiar Dwi Kurniawan menyatakan, Muhammadiyah lahir dengan gerakan tajdid yang mengamalkan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Ini merupakan ciri utama yang membedakan Muhammadiyah dengan organisasi Islam lain.
“Organisasi Islam semua mengajarkan ajaran yang sama, tetapi Muhammadiyah hadir dengan Gerakan Tajdid Islam Berkemajuan,” ujarnya.
Ia menambahkan pentingnya komitmen dalam bermuhammadiyah, dalam hal ini dibagi menjadi lima tingkatan yakni, komitmen pimpinan, komitmen aktivis, komitmen kader, komitmen pegawai dan komitmen warga-jama’ah.
Sementara itu, pemateri ketiga Ridho Al-Hamdi membawakan materi diaspora kader Muhammadiyah. Ia menyatakan politik dalam Muhammadiyah merupakan hal yang menarik tetapi dapat menimbulkan sentimen antar kelompok.
“Orang Muhammadiyah itu selalu sami’na wa atho’na kecuali dalam hal politik,” ungkapnya.
Ridho menyatakan meskipun Muhammadiyah tidak berpolitik praktis, tetapi penting untuk menempatkan kader Muhammadiyah di kursi politik.
Ketua PCM Depok Muhammad Ichsan menyampaikan, Ideopolitor merupakan suatu tanggung jawab PCM Depok sebagai responsi atas isu ideologi Muhammadiyah. Ia berharap dengan acara ini dapat menjaga dan menguatkan kembali ideologi warga Muhammadiyah.
“Jangan sampai kita lupa bahwasanya kita punya Ideologi Muhammadiyah sendiri,” tegasnya. (Pand)