Lulusan Fikes UMM Dilirik Jerman, Dekan Optimis sebagai Rekognisi Internasional

Publish

12 October 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
513
Foto Istimewa

Foto Istimewa

MALANG, Suara Muhammadiyah - Peluang kerja alumni Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kini semakin luas. Setelah sebelumnya bisa diterima di Jepang dan Kuwait, kini lulusannya bisa bekerja di Jerman. Dekan Fikes UMM, Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M. Kep., Sp. Kom, yakin ke depan profesi kesehatan makin dibutuhkan di negara-negara maju.

Hal itu disampaikan Yoyok usai acara International Talk bertajuk Career Opportunities as a Professional Health Worker in Germany, di aula kampus II UMM, Senin (9/10/2023). Talkshow mengungkap testimoni seorang perawat di Jerman, Zarawanda Eldzikri didampingi suaminya Jann Meinhard Schröder. Diikuti lebih dari 200 mahasiswa secara luring dan ratusan alumni di layar daring, acara berlangsung menarik.

Zara yang asli Gresik dan merupakan lulusan MI Muhammadiyah Campurejo dan SMP Muhammadiyah 12 Ponpes al-Islah Paciran itu memaparkan bagaimana perjalanan sampai menjadi perawat psikiatri di Oldenburg Jerman. Penguasaan bahasa Jerman menjadi hal mutlak harus dikuasai sampai pada level sertifikat B2. Itulah sebabnya, sebelum ke Jerman ia menyiapkan diri sebaik mungkin untuk belajar bahasa.

“Saya ikut SBMPTN dan diterima di Teknik Sipil ITS, tidak saya masuki. Saya juga ikut tes STAN ambil jurusan Pajak mengikuti saran orangtua, juga lulus. Juga tidak saya jalani. Saya terobsesi ingin ke luar negeri dan Jerman menjadi pilihan sejak dulu,” kisah Zara yang menguasai Bahasa Arab dan Inggris selain Jerman itu.

Selain ingin membantu pemerintah mengurangi pengangguran, Zara juga terobsesi dengan gaji yang fantastis ketika kerja di Jerman. “Di sana profesi sangat dihargai, diberi cukup waktu untuk cuti, fasilitas asuransi, bahkan cuti hamil dan melahirkan selama dua tahun tetap dibayar,” ungkap putri dari perawat senior Dzikrullah ini.

Menurut Jann, Jerman kini sangat tergantung tenaga kerja asing karena secara demografis usia non-produktif mendominasi. Untuk itu pemerintahnya memberikan kesempatan lebih luas kepada tenaga-tenaga terampil dari negara lain. “Pemerintah memberikan kemudahan agar skilled worker dari luar negeri bisa bekerja di Jerman,” ujarnya.

Lulusan Fikes UMM hanya perlu belajar bahasa dan budaya kerja Jerman, kata Jann. Perbedaan cara pandang terhadap waktu, kedisplinan, pemisahan permasalahan publik dan privat, serta bagaimana bersikap formal di ruang kerja, harus menjadi perhatian. “Tidak boleh bercanda ketika bekerja, apalagi sampai pacaran,” katanya. Tapi di luar jam kerja, semua itu tidak dilarang.

Fikes UMM telah memperoleh tawaran kerjasama dari Michels Kliniken, sebuah konsorsium Rumah Sakit swasta besar di Jerman. Setelah melakukan pertemuan secara online dengan Fikes UMM beberapa waktu lalu, pihak Michels kini menunggu kesiapan lulusan UMM mempersiapkan bahasa Jerman.

Jann mengatakan jika kerjasama dengan Michels ini sukses, maka peluang rumah sakit lainnya yang juga akan ikut merekrut lulusan UMM makin terbuka. Hal ini diketahuinya setelah ia melaporkan hasil kunjungan ke Fikes UMM dan menjadi pembicara.

“Orang Jerman terkesan dengan tenaga kerja Indonesia yang dikenal ulet dan pekerja keras,” kata Jann. Pengalaman merekrut perawat dari Filipina yang kurang bagus, membuat Michels Kliniken melirik Indonesia. Saat ini Michels sedang bekerjasama dengan Albania.

Dengan Albania dan Filipina, klinik di Jerman bekerjasama secara business to business. Dengan UMM ini merupakan pengalaman pertama bekerjasama dengan universitas secara langsung. “Oleh karena ini pengalaman pertama maka perlu pembicaraan lebih lanjut terkait prosedur pengiriman tenaga kerja dari Indonesia ke Jerman,” lanjut Jann.  

Sejauh ini pembicaraan Michels Kliniken melalui Zara yang ditunjuk sebagai penghubung menyatakan siap membantu Fikes UMM menyelenggarakan persiapan bahasa Jerman. Demikian pula visa dan persiapan predeparture lainnya.

Talkshow ini membuat ratusan mahasiswa Fikes yang mau lulus dari berbagai program studi antusias. Mereka berasal dari S1 Keperawatan, S1 Farmasi, S1 Fisioterapi, Profesi Ners, Profesi Apoteker dan Profesi Fisioterapis.

Zidan, salah seorang mahasiswa menyatakan tertarik dan ingin kerja sambil studi. Ditanya kemungkinan tersbut, Zara menjawab pengalaman dirinya kuliah sambal kerja justru dibayar lebih. Sebab bagi Jerman bekerja adalah satu hal, sedangkan belajar adalah hal lain untuk meningkatkan pengetahuan dan skill yang akan memberi keuntungan bagi employee.

“Kerjasama dengan Jerman ini merupakan manifestasi rekognisi internasional kepada Fikes UMM,” pungkas Yoyok. (nsr)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Bengkulu studi tiru di SD....

Suara Muhammadiyah

14 November 2024

Berita

GRESIK, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan....

Suara Muhammadiyah

7 September 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Bertempat di Masjid Dakwah Padokan Tirtonirmolo, Korps Mubalighat 'Aisy....

Suara Muhammadiyah

24 September 2023

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada Jumat, 19 Januari 2024, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiy....

Suara Muhammadiyah

25 January 2024

Berita

MAGELANG, Suara Muhammadiyah – Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PWM DIY mengadaka....

Suara Muhammadiyah

29 July 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah