Madrid: Satu Ibu Kota Eropa Dibangun oleh Muslim

Publish

10 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1516
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Madrid: Satu Ibu Kota Eropa Dibangun oleh Muslim

Oleh: Prof Syamsul Anwar MA, Ketua PP Muhammadiyah

Semua pembaca tentu mengenal Madrid. Ibu kota España (Spanyol) ini merupakan salah satu kota yang memiliki kedudukan penting di Eropa, baik secara historis, politik, ekonomi maupun kultural. Secara geografis kota ini terletak hampir di jantung semenanjung Iberia dan berada pada ketinggian 647 m di atas permukaan laut (diukur dengan google earth pada titik nol kilometer [pusat kota Madrid]). Dengan ketinggian seperti itu, ibu kota negeri matador ini merupakan kota tertinggi kedua di Eropa setelah Andorra la Villa (ibu kota negara kecil Andorra, antara Perancis dan Spanyol) yang terletak di atas ketinggian kurang-lebih 1000 m.

Meskipun dari segi usia tidak setua beberapa kota Eropa yang dibangun sebelum Masehi, seperti Paris atau Roma, Madrid telah berusia lebih dari satu milenium. Didirikan di pertengahan abad ke-9 Masehi, kota ini terus mengembangkan diri hingga menjadi salah satu kota Eropa terkemuka. 2ThinkNow yang membuat pemeringkatan kota-kota dunia paling inovatif untuk tahun 2022-2023 menempatkan Madrid pada urutan ke-7 kota terinovatif di Eropa dan urutan ke-19 di tingkat dunia. Dengan urutan ini, Madrid mengalahkan Amsterdam yang menduduki urutan ke-20 dan Washington DC yang berada pada ranking ke-32.

Jumlah penduduk kawasan metropolitan Madrid menembus angka 7.000.621 orang, dengan kepadatan rata-rata 872 jiwa per km2. Jumlah ini membuat Madrid berada pada posisi ke-2 terbesar, dari segi populasi, di Uni Eropa setelah Paris. Kekuatan sumber daya yang besar ini berdampak positif bagi perekonomian kota ini yang menghantarkannya menjadi sentra perekonomian dunia yang kuat dan berdaya saing tinggi. Pada tahun 1992 Madrid ditetapkan sebagai ibu kota kebudayaan Eropa.

Satu hal penting yang mungkin sebagian pembaca belum mengetahuinya adalah bahwa sejarah Madrid berawal dari sebuah kota benteng yang dibangun oleh penguasa Muslim. Asy-Syarīf al-Idrīsī (w. 560/1164) menyatakan, “Di antara benteng-benteng pelindung kota Toledo adalah Majrīt (Madrid) yang terletak di kaki gunung [Sierra de Guadarrama). Madrid adalah sebuah kota kecil, tapi kokoh dengan penduduk yang ramai. Di zaman Islam kota ini (Madrid) mempunyai masjid jamik di mana dilakukan khutbah secara berkesinambungan (al-Idrīsī, Nuzhat al-Musytāq, II: 552).

Madrid pada awalnya dibangun untuk menjalankan fungsi ganda: (1) sebagai salah satu benteng di antara serangkaian kota benteng yang berfungsi melindungi batas utara Andalusia dari serangan penguasa Kristen dari utara; dan (2) untuk menjadi benteng pemutus hubungan Toledo dari pengaruh kerajaan-kerajaan non Islam di utara, di mana kota ini selalu menjadi sumber pemberontakan terhadap penguasa Muslim di Cordova dan sering terhasut oleh pihak-pihak sebelah utara.

Bermula dari sebuah benteng konsentrasi militer, Madrid berkembang menjadi sebuah kota di sekitar benteng yang dibangun di pinggir sungai Manzanares. Nama Madrid menurut sejumlah penulis berasal dari kata Arab majrā dengan jamaknya majrayāt. Namun kata majrā dibaca dengan imalah (bunyi a yang kedengaranya seperti bunyi é atau i sesuai dengan logat Arab di Spanyol yang dipengaruhi oleh logat Arab Syam (Suriah dan Libanon). Jamaknya dibaca majriét. Arti majrī adalah tempat air mengalir. Semua penulis sejarah Arab kuna menyebut kota itu Majrīt. Dalam perkembangan kemudian ucapannya berubah menjadi Madrid. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa nama Madrid itu asalnya bahasa Latin “Margerite.”

Orang pertama yang memerintahkan mendirikan benteng yang kemudian berkembang menjadi kota Marid itu adalah Muhammad (al-Awwal / I) Ibn ‘Abd ar-Rahmān (w. 273/886) di sekitar tahun 245/860. Muhammad I ini adalah Amir (Raja) Bani Umayyah yang berkedudukan di Cordova, Spanyol. Ia merupakan Amir Dinasti Umaiyah yang kelima dan memerintah selama 34 tahun 10 bulan 20 hari, sejak tahun 238/852 hingga wafatnya.

Para biografer yang mencatat biografinya mengatakan bahwa ia adalah seorang amir yang berprestasi, pencinta ilmu, mempunyai minat tentang studi hadis, cerdas dan berpandangan terbuka. Terjadi suatu peristiwa di mana ahli hadis Baqī Ibn Makhlad (w. 276/889) diprotes oleh sejumlah fukaha karena mengajarkan kitab hadis al-Musannaf, karya Abū Bakr Ibn Abī Syaibah (w. 235/849). Mereka mengadukannya kepada Amir Muhammad I dengan tuduhan mengajarkan sesuatu yang asing dan tidak sesuai dengan Muwattya’ Malik yang merupakan satu-satunya sumber hadis yang diakui di Spanyol. Beliau (Amir Muhammad) memanggil mereka semua termasuk Baqī Ibn Makhlad untuk memeriksa dan membahas kitab tersebut. Amir Muhammad membolak balik dan mencermati isi kitab al-Musannaf dengan teliti. Kemudian beliau menyatakan bahwa perpustakaan keamiran (kerajaan) memerlukan kitab tersebut. Lalu beliau memerintahkan kepada petugas perpustakaan untuk menyalin (mengkopi) kitab dimaksud dan memperkenankan Baqī untuk mengajarkannya.

Ia juga adalah salah seorang yang memiliki keterampilan militer dan kadang kala ia langsung memimpin tentaranya dalam perang bila mana dilihatnya perlu. Ia juga ahli strategi yang tampak dalam upayanya membangun benteng-benteng pertahanan di kawasan tertentu seperti San Esteban dan Talamanca. Termasuk dalam hal ini pembangunan Madrid.

Untuk mendukung keperluan militer yang tentu besar, dikembangkan kegiatan ekonomi berupa pertanian dan pasar, serta pengisian penduduk. Dengan begitu Madrid tidak hanya sekedar garnisun militer ansich, melainkan berkembang menjadi sebuah kota yang, sebagaimana lazimnya, dikelilingi oleh tembok benteng. Luas temboknya diperkirakan oleh para ahli sekitar 8 hektar. Di dalamnya terdapat sebuah masjid jamik untuk keperluan ibadah, yang lokasinya berada pada Catedral de la Almudena sekarang. Kawasan inilah asal mula kota Madrid yang terletak tidak terlalu jauh dari sungai Manzanares. Di sebelah selatan masjid (sekarang Catedral de la Almudena (berasal dari kata Arab al-mudainah / kota kecil) terdapat Parque del Amir Mohamed I (Taman Amir Muhammad I).

Setelah berada 200 tahun lebih di bawah kekuasaan Muslim, Madrid jatuh ke dalam kekuasaan raja Kastilia dan Leon, Alfonso VI, pada tahun 476/1083. Pada tahun 1561 M, Raja Spanyol Philip II (1527–1598), memindahkan ibu kota kerajaannya ke Madrid pada tahun 1561. Sejak itu hingga sekarang Madrid menjadi ibu kota.

Berdasarkan prinsip Konstitusi Spanyol tahun 1978 bahwa negeri ini merupakan negara non denominasional dan sealur dengan tuntutan demokrasi dan semangat multikulturalisme yang kian berkembang, kini Madrid semakin terbuka untuk mengapresiasi dua abad pertama warisan Islam dari sejarahnya. Pada website El Ayuntamiento de Madrid (Dewan Kota Madrid) dinyatakan, “Madrid es una única capital europea de origen islámico,” (Madrid adalah ibu kota Eropa satu-satunya yang berasal-usul Islam). Dewan Kota ini juga kemudian menerbitkan buku panduan wisata yang menjelaskan asal usul Islam kota matador ini dengan judul Madrid Islámico. La historia recuperada (Madrid Islam: sejarah yang dipulihkan).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

 Tafsir Maududi: Jembatan Kitab Suci Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

4 November 2024

Khazanah

Singa di Atas Meja: Sosok Kasman Singodimedjo di Mata Sahabat  Oleh: Mu’arif Mr. Kasman....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-3) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

6 March 2024

Khazanah

Imam Abu Hanifah: Peneroka Ahlul Ra’yi Oleh: Donny Syofyan: Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univer....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Khazanah

Al-Ghazali dan Filsafat Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Al-Ghaz....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah