Madrid: Satu Ibu Kota Eropa Dibangun oleh Muslim

Publish

10 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
6811
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Madrid: Satu Ibu Kota Eropa Dibangun oleh Muslim

Oleh: Prof Syamsul Anwar MA, Ketua PP Muhammadiyah

Semua pembaca tentu mengenal Madrid. Ibu kota España (Spanyol) ini merupakan salah satu kota yang memiliki kedudukan penting di Eropa, baik secara historis, politik, ekonomi maupun kultural. Secara geografis kota ini terletak hampir di jantung semenanjung Iberia dan berada pada ketinggian 647 m di atas permukaan laut (diukur dengan google earth pada titik nol kilometer [pusat kota Madrid]). Dengan ketinggian seperti itu, ibu kota negeri matador ini merupakan kota tertinggi kedua di Eropa setelah Andorra la Villa (ibu kota negara kecil Andorra, antara Perancis dan Spanyol) yang terletak di atas ketinggian kurang-lebih 1000 m.

Meskipun dari segi usia tidak setua beberapa kota Eropa yang dibangun sebelum Masehi, seperti Paris atau Roma, Madrid telah berusia lebih dari satu milenium. Didirikan di pertengahan abad ke-9 Masehi, kota ini terus mengembangkan diri hingga menjadi salah satu kota Eropa terkemuka. 2ThinkNow yang membuat pemeringkatan kota-kota dunia paling inovatif untuk tahun 2022-2023 menempatkan Madrid pada urutan ke-7 kota terinovatif di Eropa dan urutan ke-19 di tingkat dunia. Dengan urutan ini, Madrid mengalahkan Amsterdam yang menduduki urutan ke-20 dan Washington DC yang berada pada ranking ke-32.

Jumlah penduduk kawasan metropolitan Madrid menembus angka 7.000.621 orang, dengan kepadatan rata-rata 872 jiwa per km2. Jumlah ini membuat Madrid berada pada posisi ke-2 terbesar, dari segi populasi, di Uni Eropa setelah Paris. Kekuatan sumber daya yang besar ini berdampak positif bagi perekonomian kota ini yang menghantarkannya menjadi sentra perekonomian dunia yang kuat dan berdaya saing tinggi. Pada tahun 1992 Madrid ditetapkan sebagai ibu kota kebudayaan Eropa.

Satu hal penting yang mungkin sebagian pembaca belum mengetahuinya adalah bahwa sejarah Madrid berawal dari sebuah kota benteng yang dibangun oleh penguasa Muslim. Asy-Syarīf al-Idrīsī (w. 560/1164) menyatakan, “Di antara benteng-benteng pelindung kota Toledo adalah Majrīt (Madrid) yang terletak di kaki gunung [Sierra de Guadarrama). Madrid adalah sebuah kota kecil, tapi kokoh dengan penduduk yang ramai. Di zaman Islam kota ini (Madrid) mempunyai masjid jamik di mana dilakukan khutbah secara berkesinambungan (al-Idrīsī, Nuzhat al-Musytāq, II: 552).

Madrid pada awalnya dibangun untuk menjalankan fungsi ganda: (1) sebagai salah satu benteng di antara serangkaian kota benteng yang berfungsi melindungi batas utara Andalusia dari serangan penguasa Kristen dari utara; dan (2) untuk menjadi benteng pemutus hubungan Toledo dari pengaruh kerajaan-kerajaan non Islam di utara, di mana kota ini selalu menjadi sumber pemberontakan terhadap penguasa Muslim di Cordova dan sering terhasut oleh pihak-pihak sebelah utara.

Bermula dari sebuah benteng konsentrasi militer, Madrid berkembang menjadi sebuah kota di sekitar benteng yang dibangun di pinggir sungai Manzanares. Nama Madrid menurut sejumlah penulis berasal dari kata Arab majrā dengan jamaknya majrayāt. Namun kata majrā dibaca dengan imalah (bunyi a yang kedengaranya seperti bunyi é atau i sesuai dengan logat Arab di Spanyol yang dipengaruhi oleh logat Arab Syam (Suriah dan Libanon). Jamaknya dibaca majriét. Arti majrī adalah tempat air mengalir. Semua penulis sejarah Arab kuna menyebut kota itu Majrīt. Dalam perkembangan kemudian ucapannya berubah menjadi Madrid. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa nama Madrid itu asalnya bahasa Latin “Margerite.”

Orang pertama yang memerintahkan mendirikan benteng yang kemudian berkembang menjadi kota Marid itu adalah Muhammad (al-Awwal / I) Ibn ‘Abd ar-Rahmān (w. 273/886) di sekitar tahun 245/860. Muhammad I ini adalah Amir (Raja) Bani Umayyah yang berkedudukan di Cordova, Spanyol. Ia merupakan Amir Dinasti Umaiyah yang kelima dan memerintah selama 34 tahun 10 bulan 20 hari, sejak tahun 238/852 hingga wafatnya.

Para biografer yang mencatat biografinya mengatakan bahwa ia adalah seorang amir yang berprestasi, pencinta ilmu, mempunyai minat tentang studi hadis, cerdas dan berpandangan terbuka. Terjadi suatu peristiwa di mana ahli hadis Baqī Ibn Makhlad (w. 276/889) diprotes oleh sejumlah fukaha karena mengajarkan kitab hadis al-Musannaf, karya Abū Bakr Ibn Abī Syaibah (w. 235/849). Mereka mengadukannya kepada Amir Muhammad I dengan tuduhan mengajarkan sesuatu yang asing dan tidak sesuai dengan Muwattya’ Malik yang merupakan satu-satunya sumber hadis yang diakui di Spanyol. Beliau (Amir Muhammad) memanggil mereka semua termasuk Baqī Ibn Makhlad untuk memeriksa dan membahas kitab tersebut. Amir Muhammad membolak balik dan mencermati isi kitab al-Musannaf dengan teliti. Kemudian beliau menyatakan bahwa perpustakaan keamiran (kerajaan) memerlukan kitab tersebut. Lalu beliau memerintahkan kepada petugas perpustakaan untuk menyalin (mengkopi) kitab dimaksud dan memperkenankan Baqī untuk mengajarkannya.

Ia juga adalah salah seorang yang memiliki keterampilan militer dan kadang kala ia langsung memimpin tentaranya dalam perang bila mana dilihatnya perlu. Ia juga ahli strategi yang tampak dalam upayanya membangun benteng-benteng pertahanan di kawasan tertentu seperti San Esteban dan Talamanca. Termasuk dalam hal ini pembangunan Madrid.

Untuk mendukung keperluan militer yang tentu besar, dikembangkan kegiatan ekonomi berupa pertanian dan pasar, serta pengisian penduduk. Dengan begitu Madrid tidak hanya sekedar garnisun militer ansich, melainkan berkembang menjadi sebuah kota yang, sebagaimana lazimnya, dikelilingi oleh tembok benteng. Luas temboknya diperkirakan oleh para ahli sekitar 8 hektar. Di dalamnya terdapat sebuah masjid jamik untuk keperluan ibadah, yang lokasinya berada pada Catedral de la Almudena sekarang. Kawasan inilah asal mula kota Madrid yang terletak tidak terlalu jauh dari sungai Manzanares. Di sebelah selatan masjid (sekarang Catedral de la Almudena (berasal dari kata Arab al-mudainah / kota kecil) terdapat Parque del Amir Mohamed I (Taman Amir Muhammad I).

Setelah berada 200 tahun lebih di bawah kekuasaan Muslim, Madrid jatuh ke dalam kekuasaan raja Kastilia dan Leon, Alfonso VI, pada tahun 476/1083. Pada tahun 1561 M, Raja Spanyol Philip II (1527–1598), memindahkan ibu kota kerajaannya ke Madrid pada tahun 1561. Sejak itu hingga sekarang Madrid menjadi ibu kota.

Berdasarkan prinsip Konstitusi Spanyol tahun 1978 bahwa negeri ini merupakan negara non denominasional dan sealur dengan tuntutan demokrasi dan semangat multikulturalisme yang kian berkembang, kini Madrid semakin terbuka untuk mengapresiasi dua abad pertama warisan Islam dari sejarahnya. Pada website El Ayuntamiento de Madrid (Dewan Kota Madrid) dinyatakan, “Madrid es una única capital europea de origen islámico,” (Madrid adalah ibu kota Eropa satu-satunya yang berasal-usul Islam). Dewan Kota ini juga kemudian menerbitkan buku panduan wisata yang menjelaskan asal usul Islam kota matador ini dengan judul Madrid Islámico. La historia recuperada (Madrid Islam: sejarah yang dipulihkan).


Komentar

Jamaludin Kamal

Kalian bilang Madrid punya akar Islam karena didirikan sebagai benteng Muslim oleh Muhammad I sekitar tahun 860 M? Mari saya bedah dengan akal sehat dan fakta sejarah. Pertama, klaim bahwa Madrid “berasal-usul Islam” dan menjadi “satu-satunya ibu kota Eropa dengan asal Islam” adalah simplifikasi berlebihan yang mengabaikan konteks sejarah yang lebih luas. Sebelum Islam masuk Iberia pada 711 M, wilayah yang kini jadi Madrid sudah dihuni sejak zaman prasejarah, dengan bukti arkeologi dari periode Neolitik dan Zaman Perunggu (lihat studi arkeologi oleh Querol & Martínez, 1996). Bangsa Romawi juga sudah membangun pemukiman di sana, dengan jejak infrastruktur seperti jalan dan vila (Calle de la Almudena, bukti situs Romawi). Jadi, mengatakan Madrid “berasal dari Islam” adalah pengabaian terhadap lapisan sejarah yang jauh lebih tua. Kedua, soal nama “Majrīt” dari kata Arab majrā (tempat air mengalir). Ini memang teori populer, tapi tidak tunggal. Sejarawan seperti Jaime Oliver Asín (1971) menyebutkan kemungkinan nama Madrid berasal dari akar Latin Matrice atau Margerite, merujuk pada sungai Manzanares, yang sudah digunakan sebelum Islam masuk. Bukti toponimi ini diperkuat oleh dokumen pra-Islam di wilayah tersebut. Jadi, klaim bahwa nama Madrid murni dari Arab terlalu dipaksakan dan mengesampingkan asal-usul Latin yang lebih kuat. Ketiga, fungsi Madrid sebagai benteng Muslim memang benar, tapi hanya salah satu fase dalam sejarah panjangnya. Benteng Majrīt dibangun untuk kepentingan militer Umayyah, tapi setelah direbut Alfonso VI pada 1083, Madrid berkembang pesat di bawah kekuasaan Kristen, jauh melampaui statusnya sebagai benteng kecil Muslim. Catedral de la Almudena, yang kalian sebut sebagai bekas masjid, tidak punya bukti arkeologi kuat sebagai masjid jami’ (lihat laporan arkeologi Dewan Kota Madrid, 2009). Klaim ini lebih banyak bersumber dari spekulasi al-Idrīsī, yang ditulis jauh setelah era Muslim di Madrid. Keempat, soal “warisan Islam” yang kini diakui Madrid. Ini lebih tentang politik multikulturalisme modern ketimbang fakta sejarah dominan. Buku Madrid Islámico oleh Dewan Kota memang ada, tapi itu bagian dari narasi pariwisata untuk menarik pengunjung, bukan pengakuan bahwa Islam adalah akar utama kota. Data dari Instituto Nacional de Estadística (2023) menunjukkan bahwa identitas budaya Madrid saat ini jauh lebih dipengaruhi tradisi Kristen dan sekuler Eropa ketimbang warisan Islam yang hanya berlangsung 200 tahun dari total 1200 tahun sejarah kota. Jadi, menyebut Madrid sebagai “ibu kota Eropa berdasar Islam” adalah klaim yang bombastis dan menyesatkan. Sejarah Madrid adalah mozaik dari berbagai budaya, seperti pra-Romawi, Romawi, Visigoth, dan Kristen. Mengglorifikasi satu fase pendek sambil mengabaikan yang lain adalah distorsi sejarah. Coba pikir: Jika Islam adalah akar utama, mengapa simbol budaya Madrid seperti Plaza Mayor, Istana Kerajaan, atau festival San Isidro semuanya berakar pada tradisi Kristen dan sekuler? Kalian yang ngotot soal “Madrid Islam” ini, baca lagi sumber asli dan cek faktanya, jangan cuma ikut narasi romantis tanpa dasar!

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Hadits Kesadaran Mencintai dan Merawat Bumi Oleh: Niki Alma Febriana Fauzi, Dosen Prodi Ilmu H....

Suara Muhammadiyah

14 October 2025

Khazanah

Menafsirkan Al-Qur`an dengan Sunnah  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

2 May 2024

Khazanah

PKO dan Ordonansi Influenza 1920 Oleh: Mu’arif Fase perintisan awal gerakan PKO adalah masa-....

Suara Muhammadiyah

7 October 2023

Khazanah

Bukan Ayat Teror: Menelaah Kembali Makna Sejati Surah Al-Anfal Ayat 60 Oleh: Donny Syofyan, Dosen F....

Suara Muhammadiyah

18 July 2025

Khazanah

Hadits: Etos Kerja Profetik Pribadi Muslim  Ziyadul Muttaqin, Alumni PUTM Yogyakarta, Pemuda M....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024