SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo menggelar workshop kurikulum Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab) pada Kamis (16/5) di Aula Balai Dakwah Muhammadiyah, Keprabon, Solo. Acara tersebut menghadirkan Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. Iwan Junaedi, S.Si., M.Pd.
Acara workshop diikuti oleh 180 orang yang terdiri atas kepala sekolah, wakasek kurikulum, wakasek ismuba dari SD, SMP/Mts, SMA/SMK Muhammadiyah, pengurus FGM Solo, dan tamu undangan.
Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah (PWM) Jawa Tengah, Dr. Iwan Junaedi, S. Si., M. Pd. mengatakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan mengeluarkan kurikulum baru Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyah, dan Bahasa Arab). Salah satu perbedaan kurikulum baru dan lama adalah kurikulum ini berbasis aktivitas dan program pembiasaan.
“Kurikulum baru ini, selain intrakurikuler, kokulikuler, dan ekstrakurikuler, juga ada program pembiasaan. Program pembiasaan inilah yang nanti pada praktiknya guru-guru akan terlibat. Semua guru akan menghandel kegiatan hizbul wathan, tapak suci, kegiatan harian, doa harian, tahfiz, tahsin, dan sebagainya,” jelasnya.
Dr. Iwan Junaedi menambahkan kegiatan-kegiatan akan dikelola semua guru yang memiliki kompetensi. Selain itu, terkait dengan jumlah jam belajar adalah tatap muka kira-kira 30 persen, 70 persen adalah implementasi di lapangan. Implementasi tersebut terkontrol dan terkendali dalam program pembiasaan. Itu yang membedakan kurikulum sekarang dengan sebelumnya. “Ismuba lebih implementatif dan tidak terlalu teoritis. Karena itu muatan materi Ismuba akan lebih kepada praktik-praktik harian dibanding tataran teoritis yang dihafal,” jelasnya.
Dr. Iwan Junaedi berharap Ismuba akan menjadi pembelajaran yang bermakna. Artinya Ismuba akan menjadi praktik kehidupan tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Ke depannya akan terbangun generasi yang berbeda dengan sebelumnya karena mereka terbangun dari kebiasaan dari dalam sekolah dan juga luar sekolah. Ini adalah praktik keagamaan yang dijalankan, dilaksanakan, dan diamalkan.
Ismuba sebagai core value dan living value
Sementara itu, menanggapi perubahan kurikulum Ismuba, Ketua Majelis Pendidikan Solo, Dr. Mohammad Ali, S.Ag., M.Pd. berharap melalui workshop kurikulum Ismuba ini mampu memahamkan guru-guru sekolah Muhammadiyah terhadap perubahan kurikulum Ismuba. “Bagaimana hari ini itu guru-guru sekolah Muhammadiyah itu paham tentang adanya perubahan kurikulum Ismuba,” jelasnya.
Dr. Mohammad Ali menambahkan perubahan kurikulum Ismuba ini benar-benar sangat meringankan bagi sekolah. Pola kurikulum Ismuba akan lebih hidup, lebih mudah dipahami, lebih terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan di sekolah.
“Ismuba menjadi core value, menjadi nilai inti dalam pengembangan sekolah, bukan lagi menjadi mata pelajaran yang ditempelkan begitu saja. Inti pendidikan Muhammadiyah adalah Ismuba. Hal ini bisa dijalankan jika semua guru dan karyawan menjadikan Ismuba sebagai living value, sebagai nilai-nilai yang hidup,” jelasnya.
Nilai-nilai yang hidup yang dimaksud Dr. Mohamad Ali adalah bagaimana nilai-nilai itu tercermin dalam cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak guru-guru di sekolah Muhammadiyah. Itu yang disebut Ismuba sebagai living value.
Dr. Mohammad Ali menegaskan mata pelajaran Ismuba menjadi pembeda sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lain. Pasalnya sekarang keunggulan sekolah tidak ditentukan oleh guru-guru yang sudah sarjana strata satu atau belum. Hal itu karena hampir semua guru sudah sarjana. Kurikulum nasional, semua sekolah menjalankan itu. Maka di sekolah Muhammadiyah seharusnya kurikulum Muhammadiyah yang menjadi pembeda.
“Titik perbedaan terletak apakah Ismuba itu hanya di teks, buku, hanya disampaikan di kelas atau Ismuba menjadi living value seluruh guru-guru di sekolah Muhammadiyah. Kalau sudah hal tersebut otomatis akan menjadi faktor determinan bagi sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk bisa berkiprah. Hal itu sehingga pelayanan kepada siswa dan masyarakat betul-betul prima,” pungkasnya.
Wakasek Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Solo sekaligus guru Ismuba, Suratman, S.Pd.I, mendukung penerapan kurikulum baru Ismuba. Menurutnya penerapan lebih bagus karena melibatkan semua guru dan terintegrasi dengan mata pelajaran umum.
“Kurikulum Ismuba lebih mengedepankan orientasi dan implementasi di lapangan. Artinya tidak banyak teori, tetapi banyak praktik sehingga tertanam karakter-karakter Ismuba di siswa dan menjadi pembiasan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya. (aryanto/diko)