Masjid Kita Masjid Inklusif
Oleh: Dr Muhammad Julijanto, Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta dan Sekretaris PDM Wonogiri
Ramadhan adalah milik kita semua. Salah satu kenikmatan yang luar biasa dirasakan kaum muslimin adalah bertemu dan bertadabur bersama Ramadhan bulan suci. Kenikmatan spiritual tak terbeli indahnya, sehingga segenap kaum muslimin berburu dengan sekuat tenaga untuk tetap tegar dan gagah menghadapi Ramadhan. Segala perencanaan dan pengelolaan waktu selama Ramadhan sangat digunakan dengan cermat agar produk akhir agar kelak alumni Ramadhan menjadi pribadi muttaqien, gelar yang sangat bergengsi di hadapan Allah Swt.
Profil insan muttaqien adalah sosok orang yang mampu mendayagunakan segala potensi dan kemampuannya untuk memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang lebih luas. Nabi Muhammad Saw. bersabda khairun naasi anfa'uhum lin naas-sebaik-baik manusia yang memberi manfaat kepada yang lain.
Untuk bisa mengakomodasi kebutuhan jamaah yang luar biasa, sudah saatnya masjid di segala penjuru negeri berpikir dan bertindak strategis memberikan akses kepada jamaah semua kalangan.
Sudah saatnya pembangunan tempat ibadah seperti masjid yang lebih ramah terhadap difabel dengan berbagai kebutuhan khususnya, karena jamaah tidak hanya dari kalangan tertentu, tetapi jamaah adalah plural dengan berbagai kebutuhan khususnya, bila takmir masjid bisa menyediakan layanan yang inklusif akan semakin baik syiar Islam dalam mengakomodasi jamaahnya sendiri.
Masjid ramah difabel
Sebuah renungan Ramadhan di masjid kita. Seiring dengan ghiroh umat meningkatkan kapasitas dan kualitas ibadah, semakin beragam jamaah masjid dari level nol tahun hingga sepuh, senior, renta, berkebutuhan khusus, semua membutuhkan aksesibel untuk bisa sampai di jantungnya shaf pertama jamaah salat perlu dipikirkan oleh takmir masing-masing masjid mendesain tangga yang mudah diakses difabel maupun jamaah yang sudah sepuh, senior, mengingat kebutuhan spiritual semakin tinggi seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kenyamanan sekaligus akses jalan maupun posisi ruang utama salat ditempatkan di lantai satu atau kalau keterbatasan lokasi, di lantai 2 dan seterusnya asal akses difabel dan kesepuhan bisa diakomodasi.
Demikian juga akses tempat wudu dan toilet yang mudah dan aman bagi semua usia dan jamaah berkebutuhan khusus. Selain itu tersedia pula Al Qur'an Braile buat saudara kita jamaah difabel netra. Inilah masjid yang ramah difabel sebagaimana amanah kitab suci dan regulasi perundang-undangan tentang disabilitas.
Semoga masjid kita semakin ramah semua jamaah tanpa diskriminasi.
Beberapa referensi masjid ramah difabel seperti Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta bisa diakses difabel dan segala usia. Bahkan khutbah jumat selain khotib disediakan takmir penerjemah dengan Bahasa Isyarat - Sign Language bagi jamaah tuna rungu. Di Jawa Tengah Masjid Sukoharjo sudah akses bagi difabel daksa, Masjid Syeikh Zayyed Kota Surakarta.
Langkah yang perlu dilakukan oleh takmir adalah menyusun kembali rencana pengembangan dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan jamaah, masjid inklusif adalah solusi atasi masalah kebutuhan jamaah. Selain itu dikembangkan teknologi dan segala pengembangan yang lain dari masjid, sehingga bisa meningkatkan segala kebutuhan jamaah dalam segala aspek kehidupan.
Masjid menjadi pusat segala kegiatan kaum muslimin, dan tidak hanya dibatasi dengan aktivitas ibadah ritual saja, ibadah sosial dan muamalah bisa dikembangkan melalui masjid, seperti bidang pengembangan ekonomi umat...dan lain-lain.