Memaafkan

Publish

26 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
112
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Memaafkan

Oleh; Dr. Amalia Irfani, M.Si/Dosen IAIN Pontianak dan LPPA PWA Kalbar

Waktu berjalan begitu cepat, baru rasanya bersuka cita menyambut datangnya ramadan kini, bulan mulia yang lebih baik dari seribu bulan hampir berakhir. Sisa beberapa hari saja syawal akan menggantikan posisi teratas tangga bulan hijriyah. Jika ramadhan disapa sebagai bulan penuh rahmat dan ampunan, syawal disebut bulan kemenangan, bulan kembalinya umat Islam pada fitrah, serta bulan
permulaan untuk meningkatkan ibadah di bulan-bulan berikutnya. Semoga harapan untuk menjadikan hidup bermanfaat sehingga mendatangkan pundi-pundi pahala dapat terus dilakonkan hingga akhir nyawa.

Pada bulan syawal, umat Islam saling bersilahturahim, memaafkan kesalahan, khilaf dan dosa yang telah terlanjur dilakukan. Kebencian, marah, bahkan dendam dilebur dalam rasa damai dengan saling memaafkan lahir batin. Tidak ada lagi prasangka, sebab ikhlash melingkupi hati di hari kemenangan, lenyap pula kecewa tak berkesudahan. Menyimpan rasa negatif akan merugikan jiwa dan raga karena memicu datangnya banyak penyakit.

Dalam tulisan singkat ini, penulis mencoba merefleksikan urgensi dari memaafkan yang terkesan sederhana, tetapi sangat sulit untuk dilakonkan jika tidak ada motivasi karena Allah SWT.

Urgensi Memaafkan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maaf bermakna pembebasan seseorang dari hukuman, denda, atau tuntutan karena suatu kesalahan. Memaafkan, dimaafkan, bermaafan adalah aktifitas yang tidak akan lepas dari kehidupan hamba Allah. Ada kalanya kitalah yang meminta maaf, namun suatu waktu kita mengikhlaskan hati untuk memaafkan kesalahan orang lain. Lalu di lain waktu kita juga
bermaafan saat terjadi miskomunikasi dengan teman, saudara, tetangga atau rekan kerja. Kadang kita lupa bahwa, merasa selalu benar, tidak ingin dikecewakan merupakan ego diri yang perlahan akan memberikan efek buruk.

Allah SWT berfirman; "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan". (QS. Ali Imran ayat 133-134).

Juga Surat Asy-Syura [42]: ayat 43. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia”.

Kedua ayat diatas menegaskan bahwa Allah menyukai hamba-Nya yang berusaha untuk selalu sabar dan memaafkan sebagai aktifitas hidup. Jika kita sukses menjadikanya sebagai rutinitas dan akhirnya menjadi identitas diri, maka Allah menggolongkan kita sebagai hamba yang akan dilingkupi kebaikan lagi mulia. Rasulullah SAW pun menjelaskan, "Orang yang kuat bukan orang yang menang saat berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah", (Muttafaqun alaih).

Memaafkan Agar Sehat

Melakukan kesalahan adalah kodrat manusia, disisi lain sebagai makhluk Allah yang sempurna, Allah menitipkan kekuatan akal dan hati, juga hawa nafsu yang mendorong manusia untuk melakukan kesalahan serta kecenderungan untuk menyesali perbuatan yang dilakukan dengan perasaan menyesal dan akhirnya bertaubat lalu meminta maaf.

Meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain bukanlah hal sederhana saat ia diucapkan. Kadang kita mudah berucap "maafkan saja atau ikhlaskan saja", ketika ada teman bercerita ia telah kecewa. Saat itu, sebagai teman kita hanya dapat memposisikan diri sekedar memberikan sugesti kebaikan. Tetapi kita tidak dapat merasakan kekecewaan yang ia rasakan jika kita belum berada di posisi yang sama.

Memaafkan dilandasi keikhlasan akan memberi ruang damai, bahagia serta menjadikan hidup jauh lebih berkualitas. Secara fisik ketika ikhlash memaafkan, kita telah menjaga seluruh anggota tubuh dari penyakit kronis yang perlahan menggerogoti tubuh. Misalnya, Jantung, tekanan dan gula darah tinggi, kekebalan tubuh menjadi terjaga, dan membantu tidur menjadi berkualitas.

Untuk itu sebagai hamba Allah yang bertakwa, kita harus berusaha sepanjang hayat untuk memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan akhlak terpuji yang Allah cintai, dan sifat para ahli surga dengan pahala yang tidak terbatas. Selamat kembali fitrah saudaraku, semoga segala kebaikan yang kita lakukan pada ramadan 1446 hijriyah diterima Allah SWT.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Berprasangka Baik di Bulan Mulia Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, LPPA PWA Kalbar & Dosen  F....

Suara Muhammadiyah

19 March 2025

Wawasan

Oleh Bahrus Surur-IyunkKetua Pimda 225 Tapak Suci Sumenep Madura  Hari itu, datang surat berbe....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Wawasan

Peran Ibu dalam Menjaga Kesehatan Keluarga Oleh: Ns. Tri Wahyuni, M.Kep., Sp.Mat., Ph.D, Ketua Maje....

Suara Muhammadiyah

13 January 2025

Wawasan

Pendekatan Integratif Pemberantasan Judi Online Oleh: Dr. Edi Sugianto, M.Pd, Dosen AIK  UMJ d....

Suara Muhammadiyah

28 June 2024

Wawasan

Oleh : Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Hari ini, saya akan mengulas s....

Suara Muhammadiyah

4 December 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah