Memahami Konteks Sejarah Al-Qur'an

Publish

1 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
826
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Memahami Konteks Sejarah Al-Qur'an

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Bagaimana atau apakah ada kunci-kunci untuk membuka makna Al-Qur`an? Mari kita lihat. Kunci pertama untuk membuka makna Al-Qur`an adalah mengetahui latar belakang di mana Al-Qur`an diturunkan. Ada latar belakang agama, keadaan sejarah, kebiasaan dan adat sosial, gaya hidup masyarakat, dan sebagainya.

Setiap faktor ini membantu kita memahami apa yang dibicarakan Al-Qur`an dan cara Al-Qur`an berbicara tentang berbagai hal, bagaimana Al-Qur`an berbicara kepada orang-orang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka dan sebagainya. Kita di zaman modern perlu melihat kembali keadaan awal itu untuk melihat bagaimana manusia disapa, apa dan siapa mereka, kapan mereka hidup, dan sebagainya. 

Untuk memahami setiap tulisan, tentu saja kita perlu tahu siapa penulisnya, seperti siapa yang menulis apa, kapan, mengapa, dan sebagainya. Begitu pula dengan Al-Qur`an. Untuk memahami Al-Qur`an, kita perlu memahami semua latar belakang ini. Mari kita mulai dengan keadaan sejarah. Al-Qur`an diturunkan kepada Nabi Muhammad sekitar tahun 610 M, yaitu sekitar 1.400 tahun yang lalu. Bahkan, menurut penanggalan Islam, kita sekarang berada di tahun 1.435. Ini memberi kita gambaran tentang berapa lama Al-Qur`an hadir. Tahun 610 M ini kira-kira 600 tahun setelah Nabi Isa lahir. 

Hal itu memberi kita gambaran bahwa ada agama sebelumnya yang dikenal sebagai Kristen yang muncul berdasarkan ajaran Isa, dan tokoh-tokoh lain dalam agama Kristen. Dan tentu saja, sebelum Kristen, ada Yahudi, Zoroastrianisme, dan banyak agama lain di dunia yang lebih luas. Di Arab, tempat Al-Quran pertama kali diturunkan, ada penyembahan berhala yang sangat marak di daerah itu. Orang-orang menyembah berbagai dewa, banyak dewa, dan mereka menganggap dewa-dewa ini sebagai perantara antara mereka dan Tuhan Yang Esa.

Orang-orang Arab memiliki gagasan tentang Tuhan yang tinggi, dan dewa-dewa lainnya adalah perantara dengan Tuhan yang tinggi itu. Mereka tidak akan memohon langsung kepada Tuhan yang tinggi kecuali mereka berada dalam masalah. Ini seperti kita yang mengatakan hari ini, "Ya Tuhan," bahkan orang yang tidak percaya kepada Tuhan terkadang berseru seperti itu. Jadi dalam keadaan itu, orang terkadang langsung memohon kepada Tuhan yang Esa, yang kita tahu sebagai Tuhan Yang Esa dalam tradisi Abrahamik. Tetapi mereka mengira bahwa yang lainnya adalah perantara dengan Tuhan yang Esa.

Dengan latar belakang paganisme itulah kita dapat memahami mengapa sebagian besar Al-Qur`an berbicara tentang dan menekankan bahwa hanya ada satu Tuhan. Berhala tidak boleh disembah. Tidak ada yang disembah, kecuali Allah, Pencipta langit dan bumi yang tidak terlihat. Yang adalah Tuhannya Abraham, Musa, Isa (Jesus), dan seterusnya.

Ada agama yang lebih dekat dengan Al-Qur`an, yaitu Yahudi. Kitab suci Yahudi sudah ada sebelumnya. Banyak persamaan antara Islam dan Yudaisme. Memahami kesamaan ini berarti membuka kunci makna Al-Qur`an. Al-Qur`an tidak perlu menjelaskannya secara terperinci. Al-Qur`an hanya berasumsi bahwa orang sudah mengetahui hal ini.

Kemudian ada agama Kristen yang muncul. Sekarang, sebagian besar fokus Al-Qur`an adalah pada penekanan bahwa hanya ada satu Tuhan. Bahwa Tuhan yang Esa adalah Pencipta langit dan bumi yang tidak terlihat itu. Untuk melakukan ini, Al-Qur`an sering berbicara tentang Isa. Kita menemukan banyak referensi tentang Isa dalam Al-Qur`an. Namanya disebutkan 25 kali. Dua surah dalam Al-Qur`an menyebutkan Isa dengan sangat menonjol. Salah satunya disebut Surah Maryam, yang merupakan ibu dari Nabi isa. Ia adalah surah ke-19 dalam Al-Quran.

Surah lainnya disebut Al Imran, yang artinya keluarga Imran dan keluarga Imran ternyata adalah keluarga Isa. Kita akan menemukan cerita rinci tentang malaikat yang datang kepada Maryam, memberitahukan kelahiran Isa, dan Maryam berkata, “Bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak, padahal tidak ada manusia yang menyentuhku?” Kita bisa memahami semua narasi ini, dan alasan mengapa mereka ada di dalam Al-Qur`an dengan memahami latar belakang, keadaan sejarah di mana Al-Qur`an pertama kali diturunkan.

Kita menemukan bahwa pada tahun 325 M setelah Isa telah diangkat ke surga diadakan sebuah konsili di tempat bernama Nicea, di mana dinyatakan bahwa Isa adalah Tuhan. Perkembangan lebih lanjut diuraikan dalam konsili-konsili berikutnya, yaitu Konsili Efesus, dan akhirnya Konsili Kalsedon pada tahun 451, di mana perincian lebih lanjut tentang doktrin kepercayaan kepada Isa sebagai Tuhan sekaligus manusia dijelaskan.

Lalu kredo Athanasius dari abad kelima menyatakannya dengan bahasa yang sangat ringkas bahwa tidak ada tiga Tuhan melainkan satu Tuhan; Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, Roh Kudus adalah Tuhan. Begitu juga tidak ada tiga Pencipta, melainkan satu Pencipta; Bapa adalah Pencipta, Anak adalah Pencipta, Roh Kudus adalah Pencipta. Begitu seterusnya. Lalu dikatakan bahwa Anda harus menganut kepercayaan tersebut agar bisa diselamatkan.

Tentu saja mudah bagi seseorang untuk mengucapkan poin-poin kepercayaan ini, tetapi lebih sulit untuk memahami konsep kepercayaan ini dalam pikiran sendiri. Dari sudut pandang Muslim, sudah saatnya Al-Qur`an diturunkan agar Allah melalui Al-Qur`an membimbing manusia, Muslim dan umat manusia tentang bagaimana memahami Tuhan, bagaimana berbicara tentang Tuhan tanpa kontradiksi, bagaimana menyederhanakan doktrin keesaan Tuhan, dan membuatnya dapat diakses oleh semua orang.

Jadi dengan latar belakang agama dan sejarah tersebut, kita dapat memahami dan membuka makna Al-Qur`an. Setelah memahami latar belakang ini, kita dapat memahami sifat orang-orang pada waktu itu, gaya hidup mereka, harapan, impian, dan aspirasi mereka. Saat itu iklim di Arab sangat panas, dan tentu saja orang-orang menghargai dan merindukan lingkungan yang sejuk, sama seperti kita menyukai AC di hari musim panas atau kemarau yang terik. Mereka mendambakan lingkungan yang sejuk. Maka Al-Qur`an menggambarkan surga sebagai tempat yang teduh, tempat di mana orang-orang akan mendapatkan air dingin untuk diminum dan sebagainya. Itulah cara untuk menarik perhatian orang-orang pada waktu itu.

Al-Qur`an menggambarkan beberapa kemewahan di surga menurut bahasa orang-orang yang ada pada waktu itu. Para pria pada saat itu menginginkan memiliki banyak istri. Maka Al-Quran berbicara tentang bidadari surga, para wanita bermata besar, dengan lingkaran mata yang gelap kontras dengan putih mata. Jadi semua ini dimaksudkan untuk menarik cara berpikir orang pada waktu itu.

Oleh karena itu di zaman modern ini, kita semua harus menerjemahkan semua hal ini ke dalam fenomena budaya kita. Apa yang dijanjikan kepada orang-orang adalah apa yang mereka inginkan. Tetapi Al-Qur`an memberi kita gambaran yang lebih luas tentang surga dengan mengatakan bahwa kita akan mendapatkan di sana apa pun yang kita inginkan. Jadi itu harus diterjemahkan ke dalam apa yang diinginkan orang di masa sekarang.

Sekali lagi, untuk memahami atau membuka makna Al-Qur`an, kita perlu memahami latar belakang sejarah, situasi sosial ekonomi pada saat Al-Qur`an diturunkan untuk pertama kalinya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Benarkah Orang yang Tidak Religius Lebih Sukses? Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Un....

Suara Muhammadiyah

5 July 2024

Wawasan

Refleksi 112 Tahun Muhammadiyah Oleh: Rumini Zul Fikar, PRM Troketon, Klaten "Dalam rentang waktu ....

Suara Muhammadiyah

16 November 2024

Wawasan

Melangkah di Jalur Keadilan: Ekonomi Syariah, SGIE, dan Harapan Umat Oleh: Bagus Ardeni, Sekretaris....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Wawasan

Bukan 'Othak-Athik-Gathuk' Oleh: Wahyudi Nasution Orang yang tidak mengenal bahasa dan budaya Jawa....

Suara Muhammadiyah

5 November 2024

Wawasan

Muhammadiyahku Berikhtiar Selamatkan Semesta Oleh: Amalia Irfani 18 November 2023 menjadi momen is....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah