YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khoiruddin Bashori mengatakan, ghirah dalam ber-Aisyiyah sangat penting. Menurutnya, kata ghirah berasal dari bahasa Arab ghairah yang berarti cemburu. Adapun secara terminologis, dimaknai semangat yang menggelora dalam setiap manusia.
"Yang kemudian dalam perkembangannya menjadi semangat. Terma ghirah hampir mirip dengan ejaannya dengan kata gairah dalam bahasa Indonesia, "keinginan (hasrat, keberanian) yang kuat." Dan oleh Buya Hamka, Ghirah diterjemahkan dengan semangat," terangnya saat Pengajian Ramadhan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Yogyakarta, Sabtu (8/3) di Grha Ibnu Sina SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Dalam konteks Islam, ghirah merujuk pada perasaan kuat dalam menjaga kehormatan, nilai-nilai agama, dan identitas umat. “Yang menunjukkan bahwa ghirah merupakan bentuk kecintaan yang mendalam terhadap kebenaran dan kebaikan,” paparnya.
Sementara, jika ditinjau dari psikologi, kata Irud, ada bab khusus yang disebut ketertarikan dan cinta. Menurutnya, hal yang membuat manusia tertarik karena adanya cinta. Yang ini kemudian dikonstruksi lewat membentuk hubungan dan mempertahankan ikatan emosional.
"Jadi cinta itu dibangun dan diciptakan. Nah bagaimana orang cinta dengan Aisyiyah yang bukan sekadar harapan. Tapi bagaimana kita membuat ibu-ibu cinta mati dengan Aisyiyah," katanya.
Dalam kaitan itu, Irud memberikan motivasi kepada Aisyiyah agar menjalankan keorganisasiannya menggunakan teori kedekatan (proximity theory). Bahwa orang cenderung tertarik kepada individu atau institusi yang sering ditemui dalam jarak yang dekat.
“Ketika Aisyiyah sering hadir di situ (masyarakat), ada banyak kegiatan, maka tidak menutup kemungkinan orang untuk kemudian bergabung lebih gampang. Hal ini dikenal sebagai efek paparan semata (mere exposure effect), di mana semakin sering seseorang melihat seseorang lainnya, semakin besar kemungkinan mereka menyukainya,” ujarnya.
Di samping itu, Aisyiyah perlu menyatukan kesamaan dalam nilai, kepercayaan, dan minat. Menurut Irud, hal demikian dikenal dengan Similarity Theory (teori kesamaan). Yang menjadikan Aisyiyah makin dicintai oleh jamaah dan jangkauan lebih luas yaitu masyarakatnya.
“Orang cenderung senang dengan yang sama. Maka cari sisi-sisi kesamaan. Kalau kita sudah masuk di situ, maka ketertarikannya akan muncul. Karena kesamaan menciptakan perasaan validasi dan mengurangi potensi konflik dalam hubungan,” tegasnya.
Kuncinya Aisyiyah harus menunjukkan ketertarikan kepada jamaah. Bila sudah menunjukkan hal itu, maka orang baru tertarik untuk mendekat dan ikut serta dalam gerakan. Irud menkorelasikan dengan Teori Timbal Balik (reciprocity theory), jika individu lebih cenderung tertarik kepada orang yang juga menunjukkan ketertarikan terhadap mereka.
“Itu berarti Aisyiyah harus menunjukkan ketertarikan pada orang-orang, pada komunitas. Baru kemudian orang itu akan membalas dengan tertarik dengan Aisyiyah. Semakin kita menunjukkan perhatian, kasih sayang, cinta kepada jamaah, nanti jamaah akan balik dengan membalas cintanya kepada Aisyiyah,” pungkasnya. (Cris)