Memberi Delegasi dan Berkontribusi

Publish

19 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
63
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Memberi Delegasi dan Berkontribusi

Oleh: Iu Rusliana, Penulis adalah Dosen Program MM Uhamka dan Sekretaris PWM Jawa Barat

Organisasi itu terdiri atas sistem, budaya, struktur, dan kepemimpinan. Sistem dibangun dengan komitmen pemimpin tertinggi untuk mendukung prosedur pengambilan keputusan dan segala jenis layanan kepada semua pemangku kepentingan. Bukannya apa, sistem akan membatasi dirinya dan pimpinan di bawahnya. Namun, akan membuatnya tidur nyenyak karena semuanya sesuai dengan aturan. Bentuk riilnya seperti pedoman, panduan, kaidah, peraturan, petunjuk teknis, standar operasional prosedur, dan berbagai dokumen yang menjadi rujukan, dasar pengambilan keputusan. 

Tentu saja, tanpa komitmen kepemimpinan, sistem tidak akan berjalan dengan baik. Jika sistem terbangun baik, budaya organisasi yang memberikan layanan prima akan terbangun dengan baik. Sistem ibarat lokomotif, siapa pun pemimpinnya, ketika sistem sudah berjalan, akan memberikan layanan terbaik. Berbeda dengan organisasi yang segalanya terpusat kepada pemimpin, ketika meninggal atau tidak lagi menjabat, akan ada situasi tidak siap menghadapi perubahan. Banyak yang pada akhirnya menghadapi keterpurukan.

Sebuah rangkai proses, sistem ke budaya. Walau sebenarnya, keduanya bisa bergerak beriringan. Karena budaya juga digerakkan oleh teladan pendiri dan pemimpin. Budaya menjadi identitas, penguat soliditas, karena daya rekatnya sebagai sesama anggota organisasi. 

Budaya organisasi terdiri atas hal yang bersifat fisik (artefak), visi, dan kesadaran terdalam anggotanya. Bentuk bangunan, logo, seragam, sejarah, dan simbol-simbol yang terkait organisasi merupakan contohnya. Visi yang dideklarasikan, nilai-nilai yang menjadi tagline, serta kesadaran terdalam semua pimpinan dan anggota organisasi yang menjadi pijakan tindakan.

Struktur organisasi tentu menyesuaikan. Mau dari pusat hingga ranting, pusat hingga desa, silakan. Presiden, ketua umum, presiden direktur, dan seterusnya ke bawah, boleh-boleh saja. Intinya harus kaya fungsi, optimalisasi. Jangan banyak orang tanpa kejelasan tugas dan tak tercapai tujuan tertinggi. Maka biasanya, struktur erat kaitannya dengan visi, misi, tujuan, target capaian, dan program kerja yang akan dilaksanakan.

Mesti diingat, organisasi akan besar dan kuat ketika semuanya solid, berkomitmen, dan berkinerja tinggi. Visi besar pemimpin, dipahami semua pimpinan dan staf di bawahnya. Semuanya bergerak seirama dan saling dukung serta besarkan. Hindari perpecahan, permusuhan, dan saling menjatuhkan. ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan…”(QS. Ali Imran: 103).

Tentu saja, bagaimana organisasi bisa besar, saat banyak orang di dalamnya yang mengerdilkannya. Bergerak sendiri-sendiri, tanpa koordinasi. Mengklaim sebagai utusan resmi, padahal mereka tak pernah sekalipun berbicara dengan internal organisasi. Tak ada pembicaraan di atas meja, sebagaimana artikel pekan lalu disampaikan. Merasa besar sendiri, padahal sedang mengecilkan organisasi. 

Mari buang jauh tradisi kasak-kusuk di belakang. Bangun transparansi dan duduk bersama. Putuskan melalui kesepakatan dalam organisasi. Lalu bergerak kolektif, solid, dan taktis. Bangun komunikasi dengan pemangku kepentingan secara proaktif. Jangan sombong, apalagi merasa besar. Harus sadar kapan duduk, berdiri, dan mundur duduknya ke belakang. Beri kesempatan kader untuk tampil. Jangan terus duduk, sampai lupa untuk berdiri dan pergi. Karena pada akhirnya sejarah akan memaksa kita untuk diubah, dijatuhkan. Sangat elegan menempatkan diri sebagai mentor sejati. Tetap dihormati karena Anda tahu diri. Beda kalau Anda dipaksa sadar diri, banyak yang mempermalukan, mengabaikan. Maka, bijaklah dan harus bisa menempatkan diri. 

Sebuah tim besar diisi para bintang belum tentu menjadi hebat karena egoisme pemainnya. Sementara itu, tim solid tanpa pemain bintang bisa menjadi hebat karena kebersamaan dan saling mengisi semua sisi. Tidak ada bolong dalam irama gerakan menyerang ataupun bertahan. Hal ini diingatkan oleh Michael Beer dalam buku High Commitment High Performance.

Oleh karena itu, pemimpin tertinggi kadang-kadang harus berperan ibarat pelatih sepak bola. Menugaskan dan memberi peran permainan. Dalam pola organisasi, diaspora, mendistribusikannya. Semuanya harus berasal dari organisasi. Disepakati bersama dan harus tahu asal-muasalnya. Jangan tinggikan yang baru, mengecilkan asal organisasi.

Tentu saja tim kita beragam, banyak memiliki agenda dan kepentingan. Pandailah mengelolanya. Ada saat membuka, menutup, dan tarik ulur. Pastikan semuanya terkanalisasi, tersalurkan aspirasinya. Sejauh tidak berbenturan dengan kepentingan yang lebih besar dalam organisasi. 

Jika ini dapat dilakukan akan menjadi orkestra indah, sangat membahagiakan semua. Tentu saja, ada pengorbanan pemimpin tertinggi untuk mendelegasikan banyak keistimewaan pada dirinya, tidak lagi terpusat. Para diaspora harus sadar diri, siapa yang mendelegasikannya, maka bekerjalah dengan baik, berprestasi, dan berkontribusi. Budaya berdiskusi-memberi-menerima-berkontribusi yang bijaksana, patut kita kembangkan untuk kemajuan organisasi yang berkelanjutan. Wallaahua’alam.  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Lailatul Qadar Untuk Semua Oleh: Kumara Adji Kusuma, Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Wa....

Suara Muhammadiyah

30 March 2025

Wawasan

Resistensi Faham Salafi Pada Amal Usaha Pendidikan Muhammadiyah Oleh: Ginanjar Wiro Sasmito, Ketua ....

Suara Muhammadiyah

3 February 2025

Wawasan

Kita harus bersyukur sampai sekarang, masih bisa menjalani hidup di muka bumi dengan keadaan sehat. ....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Wawasan

Kebahagiaan: Sebuah Pilihan dan Perspektif Oleh: Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

3 March 2025

Wawasan

Generasi Nokturnal  Oleh: Bobi Hidayat, Dosen FKIP UM Metro Fenomena game online sudah meramb....

Suara Muhammadiyah

7 February 2025