BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Kajian Rutin Gerakan Subuh Mengaji (GSM) menghadirkan seorang narasumber dari Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Ir Gatot Supangkat, MP, IPM, ASEAN Eng dengan membawa tema “Green Leadership”. Kajian ini dilaksanakan melalui daring, pada Sabtu (8/11).
Dalam paparannya, Gatot menekankan terlebih dahulu tentang urgensi memahami kondisi lingkungan secara menyeluruh, bahwa di atas 80% bencana alam yang ada di Indonesia disebabkan karena perilaku manusia. Ia mencontohkan praktik pertanian dan eksploitasi alam yang membuat manusia tidak mencermati daya dukung lingkungan.
"Penyebab lingkungan rusak terjadi karena krisis manusia dan sudah diingatkan Allah di dalam surat Ar-Rum ayat 41, tampak fenomenanya sekarang memang banyak manusia yang tidak manusiawi," jelasnya.
Lebih jauh, Gatot menjelaskan bahwa krisis ekologi berasal dari krisis manusia, sehingga manusia harus menerapkan peran kekhalifahan dalam menjaga lingkungan alam. Hasil riset menunjukkan bahwa 91% percaya bahwa lingkungan alam adalah ciptaan Allah yang harus dirawat, 86% meyakini bahwa lingkungan adalah amanah Allah, 75% memandang bahwa bencana alam merupakan hukuman dari Allah.
Temuan riset tersebut melahirkan kolaborasi antar umat Islam yang dideklarasikan di Masjid Istiqlal pada Sabtu 30 Juli 2022. "Hasil penelitian dari Purpose Life yang mensupport itu maka kemudian lahirlah kolaborasi umat Islam pada tanggal 30 Juli tahun 2022 di Masjid Istiqlal," ungkapnya.
Selain itu, Gatot juga mengaitkan tentang konsep kepemimpinan Islam yang telah diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara dan falsafah Jawa Memayu Hayuning Bawono (memperindah/memelihara keindahan dunia (alam semesta). Hal tersebut mengarah pada keselarasan hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), manusia dengan sesama manusia (hablum minannas), dan manusia dengan alam (hablumminal 'alam).
Dalam konteks gerakan sosial, Ia mengajak untuk lebih aktif dalam memperjuangkan lingkungan alam, kerja sama lintas pihak, serta memberikan solusi atas persoalan ekologi.
"Seorang pemimpin Muhammadiyah harus kritis, korektif, kemudian faktual, solutif, objektif dan mampu berkolaboratif," tegasnya.
Mengakhiri kajian, Gatot mengimbau para peserta untuk meneguhkan komitmen dalam menjaga bumi sebagai amanah Ilahi. "Sejuk bumiku, nyaman hidupku aman dan tentram masa depan anak cucuku," pungkasnya. (Anggi)


