Menafsir Ulang Kecantikan dalam Jejak Ketauladanan Kartini dan Pejuang Perempuan Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
186
UMMI

UMMI

Menafsir Ulang Kecantikan dalam Jejak Ketauladanan Kartini dan Pejuang Perempuan Muhammadiyah

Oleh: Ika Sofia Rizqiani

Tanggal 21 April, kita fahami sebagai Hari Kartini. Beliau seorang tokoh perempuan yang keberaniannya menembus sekat-sekat budaya dan adat. hari ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi menjadi ruang reflektif untuk melihat kembali bagaimana perempuan Indonesia mengukir peran penting dalam sejarah kemerdekaan berpikir, berpendidikan, dan menentukan jalan hidupnya. Kartini bukan hanya simbol emansipasi, melainkan juga lambang kecantikan hakiki yang bersumber dari kecerdasan, keberanian, dan keteguhan prinsip. 

Di tengah sistem patriarki yang dominan pada masa kolonial Hindia Belanda, Kartini hadir sebagai suara yang menggugah kesadaran perempuan akan hak-haknya. Kecantikan perempuan dalam pandangan Kartini tidak berhenti pada fisik, melainkan melekat pada nilai-nilai keberanian, ketekunan, dan semangat belajar yang ia buktikan melalui tulisan dan gagasannya.

Jejak Keteladanan Kartini dalam Dunia Literasi dan Pendidikan

Sebagai seorang perempuan berdarah ningrat, Kartini memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki kebanyakan perempuan pada zamannya. Namun, hal itu tidak serta merta membuatnya bebas dari belenggu adat yang membatasi ruang gerak perempuan, seperti tradisi pingitan dan penentuan jodoh oleh orang tua. Kartini mengalami langsung bagaimana kehidupan perempuan diatur oleh norma-norma sosial yang memposisikan mereka hanya sebagai pelengkap laki-laki, bukan individu merdeka.

Alih-alih tunduk sepenuhnya pada sistem yang mengekang, Kartini menemukan jalan untuk menyuarakan pikirannya melalui surat-surat yang ia kirim kepada sahabatnya di Belanda. Surat-surat itu berisi keluh kesah, pandangan kritis, serta harapan tentang masa depan perempuan pribumi. Melalui tulisan, Kartini berhasil memindahkan keresahan pribadi menjadi diskursus publik, hingga akhirnya diterbitkan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang—sebuah karya monumental yang menginspirasi perempuan hingga kini.

Buku tersebut membuktikan bahwa Kartini telah melampaui zamannya. Ia memperjuangkan akses pendidikan yang layak bagi perempuan dan meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah jalan menuju kebebasan. Dalam pandangannya, perempuan yang terdidik akan mampu mendidik generasi baru yang cerdas dan beradab.

Perempuan Sebagai Madrasah Pertama: Perspektif Islam atas Kecantikan

Dalam tradisi keilmuan Islam, perempuan digambarkan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Peran ini menunjukkan betapa pentingnya perempuan memiliki bekal intelektual dan spiritual. Perempuan tidak hanya bertugas sebagai pengasuh, tetapi juga sebagai pendidik awal yang akan menanamkan nilai, akhlak, dan keimanan dalam diri anak-anak. Oleh karena itu, kecantikan perempuan tidak dapat dilepaskan dari keutamaan akal dan hati yang terasah.

Islam sendiri memberikan perhatian yang besar terhadap hak-hak perempuan. Surah An-Nisa, misalnya, secara tegas membahas hukum warisan, pernikahan, serta hak dan kewajiban perempuan dalam kehidupan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa Islam telah memberikan pengakuan yang jelas terhadap eksistensi dan peran penting perempuan.

Dengan demikian, memperjuangkan pendidikan dan hak perempuan sebagaimana dilakukan oleh Kartini, sejatinya selaras dengan nilai-nilai Islam. Perempuan tidak hanya berhak untuk cerdas, tetapi memang dituntut untuk menjadi cerdas agar dapat menjalankan perannya dengan sebaik-baiknya di tengah masyarakat.

Menolak Standar Kecantikan yang Menindas: Gagasan Najwa Shihab

Perempuan masa kini dihadapkan pada tantangan baru, salah satunya adalah standar kecantikan yang ditentukan oleh media dan industri. Ukuran fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dan berbagai atribut lainnya kerap menjadi tolok ukur yang menyesatkan, sehingga banyak perempuan merasa tidak cukup layak hanya karena tidak sesuai dengan ‘template’ kecantikan yang dibentuk oleh budaya populer.

Dalam salah satu narasinya di program Mata Najwa, Najwa Shihab dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang salah dengan keinginan untuk tampil cantik. Namun, perempuan harus mendefinisikan sendiri makna kecantikannya, bukan tunduk pada narasi yang dibentuk oleh pihak lain. Kecantikan, menurut Najwa, harus dilihat sebagai sebuah kata kerja, bukan semata-mata kata benda. Artinya, kecantikan sejati lahir dari tindakan, kebaikan, dan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar.

Pendapat ini memperluas makna kecantikan perempuan yang selama ini terlalu sering dibatasi oleh tampilan fisik. Dalam praktiknya, perempuan yang mampu mendidik, menginspirasi, serta menggerakkan komunitas untuk melakukan perubahan—itulah wujud kecantikan paling hakiki.

Jejak Kartini dalam Gerakan Perempuan Muhammadiyah

Semangat dan pemikiran Kartini ternyata turut menginspirasi gerakan perempuan dalam organisasi Islam, seperti Muhammadiyah. Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan), istri dari pendiri Muhammadiyah, merupakan tokoh penting dalam mendidik perempuan melalui organisasi Aisyiyah. Ia menyadari bahwa perempuan harus diberdayakan melalui pendidikan agar mampu menjadi penopang kemajuan umat.

Siti Munjiyah adalah contoh lain dari perempuan Muhammadiyah yang berkiprah dalam ranah publik. Ia menjadi salah satu tokoh dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama tahun 1928. Kiprah ini menunjukkan bahwa perempuan Muhammadiyah telah aktif dalam memperjuangkan hak dan peran perempuan sejak awal abad ke-20.

Siti Umniyah, tokoh pendidik dari Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah, juga mencatatkan diri sebagai penggagas pendidikan anak usia dini melalui TK Aisyiyah Bustanul Athfal. Upaya ini sejalan dengan gagasan Kartini tentang pentingnya pendidikan sejak usia dini sebagai fondasi bagi kemajuan bangsa.

Selain mereka, masih banyak tokoh perempuan Muhammadiyah lainnya yang mengabdikan diri dalam bidang pendidikan dan sosial. Mereka semua adalah representasi dari perempuan yang “cantik karena menggebrak”—yakni membawa perubahan, memperluas akses ilmu, dan menyalakan semangat pemberdayaan perempuan.

Merawat Warisan Kartini dalam Kehidupan Modern

Kartini telah memulai langkah besar dalam memperjuangkan kesetaraan dan pendidikan perempuan. Kini, tugas generasi penerus adalah merawat dan melanjutkan warisan tersebut dengan cara yang relevan terhadap tantangan zaman. Perempuan hari ini diharapkan tidak hanya mampu bersuara, tetapi juga mampu bertindak dan mengambil posisi strategis dalam berbagai aspek kehidupan: keluarga, pendidikan, sosial, bahkan politik.

Menghidupkan semangat Kartini berarti membebaskan perempuan dari belenggu yang masih membatasi: baik itu stigma sosial, standar kecantikan yang menindas, maupun ketidaksetaraan akses pendidikan dan ekonomi. Perempuan harus terus didorong untuk mengukir prestasi, memperjuangkan hak, serta membentuk lingkungan yang adil dan inklusif.

Kartini dan tokoh-tokoh perempuan inspiratif lainnya telah membuktikan bahwa kecantikan bukan soal tampilan luar, melainkan pancaran dari pikiran yang tercerahkan, hati yang penuh kasih, serta tindakan nyata yang memberi dampak. Inilah makna sejati dari kecantikan perempuan yang tak hanya memesona, tetapi juga menggerakkan. 

 

Ika Sofia Rizqiani, S.Pd.I., M.S.I. Dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Sukabumi

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Tafsir Kontemporer: Ekoteologis dalam QS. Al Baqarah Ayat 30 Oleh: Amtsal Ajhar/Mahasiswa Universit....

Suara Muhammadiyah

15 April 2025

Wawasan

Oleh: Damayanti, SSi. Ketua PDA Sumenep, Kepala SMA Muhammadiyah I Sumenep 2020-2024 Di era yang te....

Suara Muhammadiyah

25 September 2024

Wawasan

‘Ratu Adil’ di Zaman ‘Megatruh Kambuh’ Oleh Mu’arif  Megatruh a....

Suara Muhammadiyah

26 October 2023

Wawasan

Pengajian yang Menyenangkan dan Mengenyangkan Oleh: Rahmat Siswoko, Aktifis Muhammadiyah Mayong Jep....

Suara Muhammadiyah

30 July 2024

Wawasan

Fiqhus Sunnah: Memahami Keragaman Fikih Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas....

Suara Muhammadiyah

22 November 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah