PKO dan Ordonansi Influenza 1920

Publish

7 October 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1811
Sumber Foto Healthline

Sumber Foto Healthline

PKO dan Ordonansi Influenza 1920

Oleh: Mu’arif

Fase perintisan awal gerakan PKO adalah masa-masa ketika muncul banyak wabah penyakit yang pada masanya belum banyak diketahui oleh publik. Bahkan, Dinas Kesehatan pemerintah Kolonial Belanda sendiri sampai mengabaikan fakta dan gejala munculnya pandemi Flu Spanyol (banyak istilah untuk menyebut wabah pandemi ini yang digunakan di media-media massa pada zaman Kolonial Belanda). Sampai akhirnya dikeluarkan Ordonansi Influenza (Staatsblad tahun 1920 no. 723) yang menjadi pertanda bahwa pandemi Flu Spanyol ada dan telah menyadi fakta sejarah.

Selain keluarnya Staatsblad tahun 1920 no. 723, hasil dari beberapa penyelidikan dan kajian (Sekar Ayu Asmara, 2022) menunjukkan bahwa wabah ini telah melanda beberapa kota penting di tanah air, di pulau Jawa seperti di Batavia, Surabaya, Magelang, bahkan Yogyakarta. Pemerintah menggalakkan program vaksinasi dan karantina wilayah dalam rangka meredam penyebaran virus mematikan ini. Respon pihak Kraton Yogyakarta terhadap munculnya wabah mematikan ini, berdasarkan kajian M.C. Ricklefs (2013), ditandai dengan gelaran upacara mengarak Pusaka Kiai Tunggul Wulung.

Respon pihak Kraton Yogyakarta atas pandemi Flu Spanyol dimaknai berdasarkan pendekatan kearifan lokal sebagai manifestasi dari pagebluk. Dengan mengarak Kiai Tunggul Wulung, masyarakat Yogyakarta yakin dapat menolak bala dalam bentuk penyakit Flu Spanyol waktu itu. 

Sedangkan bagaimana sikap dan respon organisasi Muhammadiyah, khususnya lewat gerakan PKO pada masa awal, belum banyak diketahui. Namun demikian, dengan membaca dua fakta historis di atas (kebijakan Ordonansi Influenza dan respon Kraton Yogyakarta), sudah dapat dipastikan terdapat langkah-langkah ataupun gerakan terstruktur lewat unsur pembantu pimpinan Hoofdbestuur Muhammadiyah, khususnya Bagian PKO, dalam rangka merespon pandemi Flu Spanyol waktu itu.

Pagebluk yang melanda kota Yogyakarta pada masa-masa awal gerakan PKO diindikasikan sebagai penyakit flu yang diakibatkan oleh virus tertentu yang penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini mudah menyebar manakala pola hidup tidak higienis. Oleh karena itu, lewat Dinas Kesehatan Rakyat, pemerintah kolonial Belanda melakukan sosialisasi secara massif agar masyarakat dapat mentaati protokol kesehatan. Selain melakukan sosialisasi massif terhadap pola hidup higienis, Dinas Kesehatan Rakyat juga menyelenggarakan vaksinasi massal dan karantina wilayah dalam rangka menghambat laju penyebaran virus Flu Spanyol. Dengan melibatkan organisasi massa pribumi, khususnya gerakan Boedi Oetomo, kampanye kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan semakin ditingkatkan. Dan dalam konteks inilah kemungkinan keterlibatan Bagian PKO, khususnya subbagian Klinik dan Poliklinik, terlibat aktif melakukan kampanye hidup higienis.

Beberapa indikasi fakta menunjukkan bahwa memang Muhammadiyah turut aktif merespon pandemi Flu Spanyol dan terlibat secara teknis dalam pelaksanaan Ordonansi Influenza. Beberapa indikasi tersebut, antara lain: pertama, pidato dokter Somowidagdo dalam congres Muhammadiyah 1923 (Soewara Moehammadijah, no. 5 & 6 Th. 1923) tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan serta peringatan supaya berhati-hati terhadap ancaman penyakit malaria yang mematikan (banyak wabah penyakit pada masa kolonial Belanda, termasuk wabah Flu Spanyol yang oleh beberapa kalangan sering dianggap sebagai gejala penyakit malaria—pen).  

Kedua, usulan nomor 37 dari utusan Cabang Pekalongan dalam congres Muhammadiyah 1923 bahwa setiap calon jama’ah haji harus disuntik vaksin terlebih dahulu sebelum berangkat ke Tanah Suci (Soewara Moehammadijah no. 5 & 6 Th. 1923). Salah satu program Dinas Kesehatan Rakyat dalam rangka menerapkan kebijakan Ordonansi Influenza adalah program vaksinasi, terutama di pusatkan di kota-kota pelabuhan yang ramai.

Hanya inilah indikasi fakta-fakta historis yang berkaitan dengan respon Muhammadiyah, terutama lewat Bagian PKO, dalam menghadapi pandemi Flu Spanyol. Meskipun tidak banyak informasi detail berkaitan dengan hal ini, namun dengan melihat situasi nasional dan kebijakan Ordonasi Influenza serta langkah-langkah yang diambil Dinas Kesehatan Rakyat pada waktu itu jelas sangat tidak mungkin jika Muhammadiyah tidak turut terlibat dalam mengatasi pandemi Flu Spanyol.

Ketika membaca detail laporan notulensi congres Muhammadiyah tahun 1923, terdapat sebuah informasi menarik dalam konteks laporan administrasi keuangan Klinik dan Poliklinik PKO bahwa mitra penyuplai obat-obatan disebut secara eksplisit namanya: Toko Obat J. Van Gorkom atau Ratkamp. Toko obat milik pedagang Belanda ini ternyata menjadi mitra kerja Muhammadiyah pada waktu itu.  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Wabah Penyakit, Siksa dan Hukuman dari Tuhan?  Oleh: Mukhlis Rahmanto, Dosen Fakultas Agama Is....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Khazanah

Pemikiran Hasan Al-Banna (Bagian ke-1) Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

4 March 2024

Khazanah

 Serangan Mongol (Bagian ke-1)  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Univ....

Suara Muhammadiyah

18 December 2023

Khazanah

Peta dan Kartografi di Dunia Islam Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Dosen FAI UMSU dan Kepala....

Suara Muhammadiyah

28 March 2024

Khazanah

Aisyah binti Abu Bakar: Wanita Kritis dan Pemberani Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya ....

Suara Muhammadiyah

19 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah