JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw. Ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi akhir zaman itu berupa Qs al-Alaq [96]: 1-5. Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Dadang Kahmad, MSi, surat tersebut jarang dibaca dan dipraktikkan oleh umat Islam. Padahal sebetulnya, justru menjadi tonggak bagi kehidupan umat Islam masa kini.
“Padahal, itu sangat kunci dalam kehidupan ini. Disuruh Allah membaca, tidak hanya Kanjeng Nabi, kita disuruh membaca. Kalau ada di dalam Al-Qur’an bukan untuk Nabi, semua yang ada di dalam Al-Qur’an untuk kita semua (Kaum Muslimin),” ujarnya saat Peringatan Nuzulul Qur’an Masjid At-Tanwir Pimpinan Pusat Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/3).
Guru Besar Sosiologi Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat ini menyitir masyarakat Indonesia, terlebih lagi umat Islam yang mayoritas sangat rendah minat untuk membaca. Dari 1000 penduduk hanya 1 orang yang mau membaca. Sehingga tidak dapat dinafikan manakala kualitas ilmu pengetahuan bangsa Indonesia sangat rendah.
“Karena tidak menjalankan perintah Allah (Iqra’). Padahal Iqra’ bukan hanya diturunkan tanpa sengaja oleh Allah, betul-betul diturunkan untuk generasi modern sekarang,” sebutnya.
Maka, pada momen peringatan Nuzulul Qur’an, Dadang mengajak untuk kembali membaca Al-Qur’an. Menurutnya bulan Puasa Ramadhan sebagai bulannya Al-Qur’an (syahrur qur’an). Bahkan dalam sejarahnya, Malaikat Jibril selalu mendatangi Nabi Muhammad Saw setiap malam untuk mengontrol bacaan Nabi dan memberikan petunjuk.
“Kita di bulan Ramadhan harus lebih dekat pada Al-Qur’an. Kalau kita dekat dengan seseorang, mencintai orang itu, rahasia-rahasia akan terbuka. Maka kalau kita dekat dengan Al-Qur’an, rahasia Al-Qur’an akan terbuka oleh kita. Karena kita jauh dengan Al-Qur’an, maka tidak akan mendapatkan petunjuk apa-apa. Karena kita tidak dekat, tidak kenal, dan tidak cinta dengan Al-Qur’an,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Dadang juga berpesan agar menjadikan bulan Ramadhan, lebih-lebih momen Nuzulul Qur’an untuk mendekati kembali kepada Al-Qur’an. Dan juga, menjadikan Al-Qur’an sebagai kebutuhan pokok dalam kehidupan agar tidak tersesat di dunia maupun di akhirat.
“Marilah kita sama-sama mendekati kepada Al-Qur’an. Jadikanlah Al-Qur’an itu sesuatu yang diperlukan bagi diri kita. Al-Qur’an sebagai bacaan sempurna dan dibacanya dengan penuh hormat. Tidak ada kitab suci diperlakukan penuh hormat seperti Al-Qur’an,” pungkasnya. (Cris)