Meneladan Semangat Jihad Para Syuhada

Publish

7 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
54
Sumber foto. freepik

Sumber foto. freepik

Meneladan Semangat Jihad Para Syuhada

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Bagi bangsa Indonesia bulan November mempunyai nilai sejarah kebangsaan yang sangat penting. Di dalam bulan ini, tepatnya 10 November 1945, bangsa Indonesia yang baru memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, kembali harus bertempur melawan pasukan sekutu (terutama Inggris) yang mendarat di Surabaya, yang diboncengi oleh tentara Belanda (NICA). Bangsa Indonesia berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia tidak mudah ditaklukkan. Dengan kata lain, bangsa Indonesia, terutama arek-arek Surabaya, bermental tangguh.

Setiap 10  November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan Hari Pahlawan semestinya tidak sekadar digunakan untuk mengenal nama, mengenang jasa pahlawan, tetapi juga meneladan semangat jihadnya. Meneladan dari kata teladan, yang artinya contoh. Meneladan berarti mencontoh.

Jihad berarti usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan atau usaha sungguh-sungguh membela Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga. Syuhada berarti muslim mukmin yang wafat syahid, yakni wafat karena membela Islam. Jadi, meneladan semangat jihad para syuhada berarti mencontoh semangat yang sungguh-sunggguh muslim mukmin yang wafat karena membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga.

Tokoh Pertempuran 10 November 1945

Sekurang-kurangnya ada tujuh tokoh pertempuran 10 November 1945 yang perlu kita kenal namanya, kita ketahui jasanya, dan kita lanjutkan semangat jihadnya. Mereka adalah (1) Bung Tomo, (2) K.H. Hasyim Asy'ari, (3) Sungkono, (4) Ario Soerjo, (5) Moestopo, (6) Abdul Wahab Saleh, dan (7) H.R. Mohammad Mangoendiprojo.

Di antara ketujuh tokoh tersebut, ada dua tokoh yang sangat popular bagi bangsa Indonesia, yakni Bung Tomo (yang nama aslinya Sutomo) dan K.H. Hasyim Asy'ari. Bung Tomo dikenal dengan pidatonya yang berapi-api, dengan takbir Allahu Akbar, mampu mengobarkan semangat juang arek-arek Surabaya.

K.H. Hasyim Asy’ari adalah tokoh yang mengeluarkan fatwa jihad pada 17 September 1945 di kalangan kiai dan santri pesantren, untuk melawan para penjajah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Fatwa itu kemudian melahirkan “Resolusi Jihad” yang disepakati dalam rapat pada 22 Oktober 1945. Di dalam fatwanya tersebut beliau menyatakan dengan tegas bahwa  barang siapa yang gugur dalam melawan penjajah adalah mati syahid. Fatwa tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap muslim mukmin untuk berjihad berperang mengusir penjajah. Dari umat Islam tidak sedikit yang gugur sebagai syuhada.

Pada masa sekarang kita tidak sedang menghadapi musuh dari negara lain yang memerangi kita dengan senjata. Kita sedang menghadapi musuh, antara lain,  kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan,  dan kerusakan akhlak. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Berjuang Melawan Kebodohan

Untuk memerangi kebodohan, kita harus berjihad mencerdaskan diri sendiri dan keluarga agar tidak gagal paham dalam arti seluas-luasnya. Sering terjadi saling menghujat, saling meremehkan, saling merendahkan sesama muslim mukmin. Penyebabnya adalah kebodohan.

Agar hal itu tidak terjadi, muslim mukmin harus rajin belajar dan mengaji kepada ulama yang berwawasan luas. Ulama yang demikianlah yang mau menghormati perbedaan paham. Ulama yang demikianlah yang tidak merasa paling pintar dan tidak merasa paling benar. Bangsa Indonesia harus meningkatkan literasi di dalam berbagai bidang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat Fatir (35):28

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya, yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Berjuang Melawan Ketidakadilan

Dalam hal menegakkan keadilan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an, antara lain, surat an-Nahl (16):90

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Sesungguhnya, Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Sudahkah perintah tersebut dilaksanakan? Kiranya masih jauh dari harapan! Terbongkarnya kasus vonis bebas oleh Pengadilan Negeri Surabaya terhadap Ronald Tannur, pelaku penyiksaan kekasihnya yang mengakibatkan kematian, menjadi salah satu contoh bahwa kita sedang berperang melawan ketidakadilan. Meskipun di tingkat kasasi dia dihukum 5 tahun, masyarakat lebih-lebih lagi para penegak hukum yang amanah, menilai putusan kasasi itu tidak mencerminkan rasa keadilan.

Vonis hakim 6 tahun 5 bulan bagi Harvey Moeis yang korupsi 300T pun tidak mencerminkan rasa keadilan. Walaupun akhirnya dia dihukum oleh Mahkamah Agung 20 tahun, keadilan di Indonesia sampai saat ini masih harus diperjuangkan. Masih banyak kasus penegakan keadilan dikalahkan oleh kepentingan politik.

Berjuang Melawan Kemiskinan

 Memberantas kemiskinan dapat kita lakukan dengan meningkatkan zakat, sedekah, dan infak dengan niat untuk memperoleh rida Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat al-Insaan (79): 9.

اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا

“Sesungguhnya, kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu.”

Jika niat kita demikian, keberkahanlah yang kita rasakan. Namun, jika dengan niat yang lain, yang datang adalah fitnah. Yang miskin tetap miskin. Yang kaya makin kaya.

Berjuang Melawan Kerusakan Akhlak

Musuh yang sangat berbahaya juga adalah kerusakan akhlak. Akhir-akhir ini telah terjadi bencana akhlak yang luar biasa.

Sejak era reformasi, berbicara kasar (dan kadang-kadang juga kotor) tidak hanya dilakukan oleh orang awam yang berpendidikan rendah, tetapi juga tokoh masyarakat. Bahkan, di antara orang yang dihormati sebagai ulama pun ada yang berbicara demikian, padahal mereka mengetahui bagaimana seharusnya berbicara menurut akhlak Islam.

Di dalam surat al-Baqarah (2):83 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا

"… serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,”

Sementara itu, di dalam surat al-Ahzab (33):70 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,”

Untuk membantah pun, muslim mukmin diberi tuntunan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur‘an surat al-Nahl (16): 125.

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya, Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”

(Baca juga: “Bencana Akhlak” Suara Muhammadiyah online. 6 Juni 2024)

Menghormati Pahlawan

Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Mencontoh semangat juang dengan ikhlas mengorbankan jiwa, harta, dan nyawa merupakan bagian dari cara menghormati jasa pahlawan. Mereka telah berjuang demi kejayaan bangsa dan negara!

Mereka sudah mengamalkan “Apa yang telah kuberikan untuk negara, bukan apa yang akan kuterima dari negara.” Dengan kata lain, jauh sebelum John F. Kennedy mengatakan “Jangan tanyakan apa yang diberikan oleh negara kepadamu, tetapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu.” Ungkapan itu ducapkan oleh beliau pada 20 Januari 1961.

Sebagai orang tua, sudahkah kita menjadi teladan dalam mencontoh semangat jihad para syuhada? Kaum muda, sudahkah belajar mencontoh semangat jihad para syuhada?

Bismillah!


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Apakah Islam mendorong manusia untuk berpikir, berinovasi, mengeksplorasi dan m....

Suara Muhammadiyah

3 November 2023

Wawasan

Selamat Hari Ayah Nasional: Kehadiranmu Dirindukan Oleh: Nur Ngazizah Dosen UM Purworejo Fatherles....

Suara Muhammadiyah

12 November 2024

Wawasan

𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗮 𝗧𝗮𝗻𝗮𝗵 𝗦𝘂𝗰𝗶 𝗗𝗮𝗻 𝗧𝗮𝗻𝗮𝗵 �....

Suara Muhammadiyah

5 July 2025

Wawasan

Memegang Mushaf Al-Qur'an saat Shalat Tarawih Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unive....

Suara Muhammadiyah

29 March 2024

Wawasan

Dikala Kader Ikatan Bertemu Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "Siap Menjadi Kader Muha....

Suara Muhammadiyah

9 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah