Meneladani Kepedulian Sosial Rasulullah saw

Publish

27 September 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1057
LPSI UAD

LPSI UAD

Pengajian Semarak Maulid Nabi Muhammad SAW LPSI UAD

Suara Muhammadiyah, YOGYAKARTA- Rab’ul Awwal merupakan bulan untuk mengingat nabi Muhammad SAW. nabi yang lahir dan wafat pada bulan tersebut. Perayaan maulid pertama dilakukan pada dinasti Fathimiyyah yang diprakarsai oleh Ubaid al-Mahdi. Sampai saat ini, masih dirayakan oleh kaum Muslimin di seluruh dunia. Salah satunya pada Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD mengadakan pengajian dalam rangka semarak Maulid Nabi Muhammad SAW pada hari Rabu (27/09).

Pemateri pada pengajian kali ini, yaitu M. Khaeruddin Hamsin, Lc., LLM., Ph.D. dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Dengan tema “Meneladani Kepedulian Sosial nabi Muhammad SAW”. Pengajian ini diselenggarakan secara langsung di Masjid Islamic Center UAD dan live streaming Youtube LPSI UAD.

Memperingati Maulid nabi Muhammad SAW  dalam rangka mengenang teladan nabi terkhsus dalam kepedulian sosial yang telah dicontohkan. Sebagaimana sambutan dari Wakil Rektor bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yaitu Drs. Parjiman, M.Ag.  bahwa banyak dari diri nabi SAW sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) pada segala aspek, namun yang perlu diperhatikan yaitu pada aspek sosial.

Pengajian ini dihadiri oleh para dosen dan tendik (tenaga pendidik) UAD untuk menyatukan hati untuk syiar Islam yaitu memakmurkan masjid. Dan Parjiman sampaikan terkait program Lazismu UAD yang memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah dengan berbagai macam keadaannya, sehingga dia berharap dari pengajian kali ini, dapat menambah spirit dalam peduli terhadap sosial (anak yatim, miskin, lemah dan yang lainnya).

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)

Dari ayat tersebut, Khaeruddin sampaikan keteladanan itu tidak ada di pikiran tapi adanya dalam diri orang. Sehingga orang dapat memahaminya bahwa keteladanan harus tertancap dalam dirinya.

“Keteladan itu uswah amaliyah, keteladanan yang harus terimplementasi dalam kehidupan kita. Yang harus digarisbawahi bahwa rasulullah itu harus menyatu dengan kita. Kalau sudah menyatu, berarti ada 2 hal persoalan dalam diri kita. Di Muhammadiyah sering terjadi pada ittiba’u sunnah, meneladani ketika lahir atau di saat diangkat menjadi nabi?”terangnya.

Dia menegaskan bahwa sebagai umat harus mengikuti apa yang telah menjadi doktrin sejak menjadi nabi sampai meninggal dunia. Dalam memahami ittiba’u Sunnah, ada tiga hal menurutnya. Pertama, Jibiliyah basyariyah (hasrat biologis). Ini menunjukkan bahwa rasulullah sebagai manusia biasa. Tetapi hal itu, tentu berbeda dengan perbuatan rasulullah sebagai tasyri’. Kedua, tasyri’(menjadi syariat) rasulullah sampaikan sesuatu karena itu doktrin agama. Ketiga, perbuatan rasulullah SAW yang khusus untuknya dan tidak perlu diikuti.

Ada perbedaan antara jibiliyah basyarariyah dan tasyri’ dalam keteladanan. Contoh jibiliyyah basyariah seperti makan sebelum kenyang, berhenti sebelum kenyang dan lan-lain. Kemudian proses tasyri’ itu adalah tuntutan dari wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.

Dia menjelaskan juga tentang uswah karena itu penting yang mengutip kehidupan umat Islam. Sebagaimana uswah kaum muslim yaitu rasulullah SAW, di mana rasulullah masa hidupnya penuh dengan perjuangan. Dalam hal ini. teologi al-Ma’un rasulullah telah menerapkan terkait kepedulian sosial. Tetapi di masa saat ini  permasalahan zakat masih belum signifikan dalam penyalurannya dan pengendalian sosial.

Aspek zakat menjadi pengendali sosial, dia sarankan untuk tidak langsung dihabiskan sekaligus. Tetapi peru dibagi porsinya. Seperti pada Putusan tarjih Muhammadiyah di Gresik zakat fitrah tidak dibagi habis karena manfaatnya sangat terbatas. Maka, hal itu agar menjadi pengendali sosial.

“Zakat bukan hanya aspek sosial lagi tapi juga pengendali sosial. Ini yang menjadi capaian Majelis Tarjih agar menjadi zakat kontemporer yang dapat mengendalikan sosial.” Terangnya. (Badru Tamam)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Majelis Kesejahteraan Sosial Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sumatera Utara (M....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - LazisMu Kota Medan  melalui Kantor Layanan Lazismu Aisyiyah Medan m....

Suara Muhammadiyah

21 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fachrodin terlampau komplit jika hanya diposisikan sebagai tokoh pe....

Suara Muhammadiyah

12 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah  – Muhamamadiyah Sumatera Utara berkomitmen jadikan perhel....

Suara Muhammadiyah

17 March 2024

Berita

KUDUS, Suara Muhammadiyah - Pada bulan Ramadhan 1445H/2024 M, Lembaga Zakat Infak dan Shodaqoh Muham....

Suara Muhammadiyah

2 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah