Menentang Penindasan
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Apakah Al-Qur'an memberikan petunjuk tentang bagaimana melawan penindasan? Banyak sekali. Ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa generasi Muslim awal ditindas, bahkan Nabi Muhammad SAW juga dianiaya. Maka Al-Qur`an memberikan banyak petunjuk dalam situasi itu kepada Nabi SAW secara pribadi dan umat Islam pada umumnya.
Salah satu arahan dari Al-Qur`an adalah adalah menjauhi orang-orang yang bodoh, “…jangan pedulikan orang-orang yang bodoh” (QS 7: 199). Bila mereka menyapa Anda dengan sinis dan menghina Anda, maka berpalinglah dari mereka. Sadarilah bahwa setan ada di sana untuk menghasut orang-orang untuk memanggil Anda dengan nama-nama jelek. Karenanya hindari saja hal-hal tersebut dan beralihlah ke hal-hal yang baik.
Nasihat lainnya adalah menolak kejahatan dengan kebaikan. Allah mengingatkan, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia” (QS 41: 34). Di sini, kita membalas kejahatan dengan kebaikan. Namun tentu saja semua itu ada batasnya karena kita tidak ingin mendorong kejahatan berlanjut, seperti seseorang melakukan kejahatan dan kita berbuat baik padanya. Beberapa orang akan berubah dan menjadi teman kita. Namun sebagian orang akan lebih sombong dan menganggap itu sebagai legitimasi atas perbuatan jahat mereka. Kita mesti ikut menghentikan kejahatan.
Al-Qur`an membolehkan umat Islam untuk membela diri terhadap pihak-pihak yang menyerang dan menindas mereka. Al-Qur'an mengatakan, “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizhalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu” (QS 22: 39). Dan kemudian Al-Qur`an menjelaskan lebih detail, “(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (QS 22: 40).
Di surah lain, Al-Qur`an mengatakan jika kita tidak mengusir kejahatan, maka fasad atau kerusakan akan menyebar ke bumi, “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar” (QS 8: 73).
Di tempat lain juga, Al-Qur`an memberikan pembenaran bahwa jika umat Islam pada khususnya tidak mengumpulkan kekuatan mereka dan membela diri, maka mereka akan dihancurkan oleh pasukan musuh satu per satu dan dibunuh. Jadi, Al-Qur`an mengatakan bahwa kita harus berjuang melawan musuh sebagai satu kelompok, karena mereka semua berjuang melawan kita juga sebagai satu kelompok, “…dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya” (QS 9: 36).
Selama ini ada pendekatan berbasiskan ‘mata dibalas dengan mata,’ tapi di sisi lain juga ada pendekatan ‘berikan pipi kananmu bila pipi kirimu ditampar.’ Tapi Al-Qur'an mengambil pendekatan yang seimbang dalam hal ini. Al-Qur`an mengatakan bahwa kita bisa memberikan pipi yang lain jika itu akan membantu. Kita bisa membalas kejahatan dengan kebaikan. Kita bisa berpaling, menghindari musuh dan tidak mempedulikan hinaan dan caci maki. Tapi ada saatnya kita perlu membela diri. Jadi, ini adalah pendekatan yang seimbang, mendapatkan maslahat dari kedua sisi ekstrim.
Sekarang kita menyaksikan penindasan berupa genosida yang dilakukan oleh zionis Israel terhadap Palestina. Lalu, apa yang ditawarkan Al-Qur`an dalam hal ini? Terus terang umat Islam sangat terpengaruh meskipun tidak secara langsung. Kita tidak hanya menonton tapi juga terkena dampaknya. Hal ini mengubah siapa kita sebagai warga dunia. Seperti saat kita bercermin, apa yang kita katakan tentang diri kita sendiri? Apakah kita hanya menjadi penonton yang diam? Apakah kita adalah bagian masyarakat dunia yang membiarkan kekejaman terus berlanjut?
Apa yang akan kita katakan kepada cucu kita bahwa kita hidup dalam situasi seperti ini dan tidak melakukan apa pun? Jadi ya, sesuatu harus dilakukan, tapi apa? Dan sekarang kita perlu memastikannya agar kita tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Sesuatu yang akan semakin meningkatkan konflik dan menyebabkan lebih banyak kerugian bagi lebih banyak orang, termasuk diri kita sendiri.
Yang diperlukan adalah kita bergabung dalam aksi protes untuk mendorong kekuatan dunia melakukan apa yang bisa dilakukan sesuai dengan kekuasaan kita. Sebuah hadits mengatakan, “Barangsiapa melihat keburukan, maka dia harus mengubahnya dengan kekuasaanya (paksaan). Jika dia tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan hal itu, maka ubahlah dengan lisannya (dengan menentangnya). Dan jika dia masih tidak mempunyai kemampuan, maka setidaknya dia mengubahnya dengan hatinya (bersikap menolak).”
Salah seorang ulama besar menjelaskan hal ini bahwa para penguasa memiliki kekuatan atau otoritas untuk mencegah kejahatan dengan kekerasan atau paksaan. Jadi, kita harus berseru dengan lidah atau ucapan kita kepada negara-negara besar di dunia untuk campur tangan dan menghentikan penindas untuk tidak melakukan penindasan. Ini untuk memastikan perang ini berakhir, bahwa ada gencatan senjata permanen. Setidaknya anak-anak Gaza merasa aman untuk hidup, bernapas dan bernyanyi.