Belanja Kita, Wakaf Kita: Revolusi Senyap yang Dimulai dari Meja Makan
Oleh: Firdaus, SE, MSi Direktur BUMK UMRI
Indonesia tak kekurangan ide besar. Kita rajin membuat seminar, pidato, deklarasi, dan program dengan nama yang panjang, sering lebih panjang dari usia pelaksanaannya. Namun, ketika tiba saatnya bergerak, kita sibuk menunggu anggaran, menunggu rapat, menunggu instruksi.
Sampai akhirnya ada yang bosan menunggu.
Pada Puncak Milad Muhammadiyah ke-113, tanggal 22 November 2025, Muhammadiyah Riau memperkenalkan sebuah inovasi yang tidak lahir dari ruang konferensi, tetapi dari tempat yang jauh lebih sederhana: dapur Pondok Makan UMRI.
Nama programnya: “Belanja Kita – Wakaf Kita.”
Sebuah gagasan yang terbukti, bahwa tidak semua pembaruan harus datang dari panggung besar. Kadang, perubahan justru muncul dari aktivitas sehari-hari yang tidak kita perhatikan.
Wakaf dari Aktivitas Paling Sederhana: Makan dan Belanja
Wakaf selama ini sering dikaitkan dengan donatur besar, tokoh masyarakat, atau mereka yang tampak serius dan mapan. Padahal, kontribusi umat tidak selalu harus lahir dari kemampuan luar biasa.
Program ini membuktikan bahwa wakaf tidak selalu lahir dari ruang-ruang megah atau para dermawan besar. Ia justru mengalir dari langkah-langkah sederhana: dari mahasiswa yang sekadar menambah sambal, pegawai yang makan tergesa di sela pekerjaan, hingga dosen yang baru selesai rapat panjang.
Dari mereka yang hanya ingin memenuhi kebutuhan hariannya lahir kontribusi yang diam-diam memperkuat peradaban.
Cukup makan. Cukup belanja.
Sisanya diurus oleh PT Surya Abadi Madani (PT SAM)—badan usaha milik Muhammadiyah Riau yang mengelola sistem konversi sebagian laba menjadi wakaf.
Hasilnya langsung terasa.
Dari pengunjung Pondok Makan UMRI, terkumpul Rp 15.000.000 wakaf konsumen.
Angka yang sederhana namun sangat berarti, karena berasal bukan dari satu donatur besar, melainkan dari ribuan kebaikan kecil yang dikumpulkan dengan cara yang mudah.
Penyerahan wakaf dilakukan oleh Komisaris PT SAM, Dr. H. Saidul Amin, MA, kepada Majelis Wakaf PWM Riau. Tetapi sesungguhnya, para “donatur” utamanya adalah mereka yang setiap hari datang makan tanpa niat apa pun selain mengisi energi.
Inilah keindahan wakaf produktif:
melahirkan pahala bahkan dari orang-orang yang tidak sempat berniat.
Mengelola Laba, Mengalirkan Manfaat
PT Surya Abadi Madani kini tidak hanya menjadi perusahaan bisnis. Ia berubah menjadi model baru badan usaha Persyarikatan, perusahaan yang menggabungkan profesionalitas usaha dengan semangat keberkahan. Direkturnya, Firdaus, SE, M.Si, menegaskan bahwa setiap unit usaha Muhammadiyah harus menjadi mesin kebaikan yang bekerja setiap hari.
Di dunia bisnis, perusahaan biasanya membicarakan target, omset, dan pertumbuhan.
PT SAM berbicara tentang satu hal tambahan yang jarang dipikirkan perusahaan lain: pahala.
Sebuah paradigma baru.
Sebuah model bisnis yang bukan hanya profit oriented, tetapi impact oriented.
Dan dampaknya langsung bisa dirasakan oleh umat.
Gerakan Kecil yang Menggerakkan Banyak Hal
Ketua PWM Riau, Dr. Hendri Sayuti, MA, menyebut program ini sebagai “revolusi kecil”.
Sebuah revolusi yang tidak gaduh, tidak riuh, tetapi bekerja secara konsisten.
Hari ini berjalan di Pondok Makan UMRI.
Besok diterapkan di Minimarket UMRI.
Setelah itu direkomendasikan untuk seluruh Amal Usaha Muhammadiyah di Riau.
Bila gerakan ini terus diperluas, kelak bisa menjadi contoh nasional bahwa wakaf tidak harus kompleks dan menakutkan.
Wakaf bisa sesederhana membayar makan. Atau membeli kebutuhan sehari-hari.
Pertanyaannya bukan lagi “siapa yang mampu berwakaf”, tetapi siapa yang tidak mampu berwakaf, jika caranya semudah ini?
Kebaikan Tidak Pernah Rumit
Inti dari program “Belanja Kita – Wakaf Kita” sangat sederhana:
Orang makan, umat diberdayakan.
Orang belanja, fasilitas publik tumbuh.
Orang tanpa niat pun, tetap tercatat sebagai wakif.
Gerakan ini mengingatkan kita bahwa kebaikan tidak perlu dibuat rumit.
Terkadang yang kita butuhkan hanyalah mekanisme yang memudahkan, bukan yang memperbanyak syarat.
Dari Riau, Muhammadiyah memberi pesan yang kuat:
Umat tidak kekurangan potensi.
Kita hanya perlu cara untuk membuat potensi itu bekerja setiap hari.
Dan cara itu ternyata bisa dimulai dari meja makan dan rak belanja.


