Oleh: Dr. Nasrullah, M.Pd
Tanggal 27 Rajab diperingati umat Islam sebagai hari Isra Miraj. Hari di mana Nabi Muhammad SAW diperjalankan Allah SWT dari Masjidilharam di Makkah ke Masjidilaqsha di Palestina, kemudian mikraj ke langit. Berbagai hikmah dan manfaat peristiwa itu telah diulas dan dibahas. Meskipun demikian, telaah mendalam tersebut tetap menyisakan peluang yang masih terbuka untuk digali dan dielaborasi, sehingga menjadi sumber motivasi yang tak pernah kering. Diantaranya dalam upaya meningkatkan skor PISA (Programme for International Student Assessment), di mana hasil yang diperoleh siswa Indonesia untuk literasi matematika, masih bertengger pada peringkat ke sebelas dari bawah. Ini dilihat dari perolehan skor 81 negara yang ikut PISA pada tahun 2022.
Bagaimanakah keterkaitan antara hikmah Isra Mikraj dengan upaya meningkatkan literasi matematika dalam kerangka peningkatan hasil PISA? Hal ini dapat dilihat dari penerimaan banyaknya perintah shalat. Sebagaimana terdapat dalam hadist shahih Buchari no. 3598. Paling tidak terdapat dua hal yang menceminkan aspek matematis yang terdapat dalam hadits tersebut, yakni dari penerapan deret aritmatika dan deret tak hingga.
Dalam hadits sahih Buchari di atas, diriwayatkan bahwa awalnya Nabi menerima perintah shalat sebanyak lima puluh kali. Kemudian Nabi bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Muhammad tidak akan mampu melaksanakan shalat sebanyak itu. Nabi disarankan untuk memohon keringanan kepada-Nya. Nabi “menghadap” lagi kepada-Nya. Permohonan dikabulkan, sehingga diberi keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat. Saat melewati Nabi Musa lagi, Nabi disarankan untuk bermohon memperoleh keringanan. Permohonan dikabulkan, sehingga dikurangi lagi sepuluh. Demikian beberapa kali, sehingga tinggal sepuluh kali shalat. Ketika mendapat perintah melaksanakan sepuluh shalat ini, Nabi Musa masih menyarankan supaya memohon pengurangan, dengan berat hati Nabi masih memohon pengurangan sehingga tinggal lagi lima shalat. Ini permohonan terakhir, sehingga di tetapkan-Nya shalat untuk umat Muhammad 5 kali sehari semalam.
Dari kejadian berulangnya Nabi memohon keringanan atas anjuran Nabi Musa itu dapat dilihat bilangan : 50, 40, 30, 20, 10. Lima bilangan pertama menunjukkan deret aritmatika dengan selisih sepuluh. Deret aritmatika ini mengikuti rumus : Un = a + (n-1)b. Jadi suku pertama (a) atau suku awal (U1) adalah : 50, selisih atau beda (b) adalah -10, yakni dari suku kedua dikurangi suku pertama, atau dari suku ke tiga dikurangi suku kedua. Dalam hal ini dari : 40 – 50 atau 30 - 40 dan seterusnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan Nabi menjemput shalat kehadirat Allah SWT, mengikuti deret aritmetika, khususnya dalam pengurangan jumlah ibadah shalat, sesuai saran Nabi Musa, sampai pada permohonan pengurangan ke lima kali. Untuk permohonan pengurangan ke enam, tidak termasuk lagi dalam deret yang dibahas di atas.
Perjalanan Nabi dalam Isra Mikraj sangat jauh, mendekati tak hingga. Sehingga tidak bisa digambarkan atau dilukiskan dalam pikiran manusia. Meskipun banyak perkiraan pakar yang menyebut kecepatan perjalanan lebih dari kecepatan cahaya dan pemisalan lain. Namun, tetap saja kepastian tentang kecepatan perjalanan yang ditempuh dan jarak yang dilalui tak mampu akal ataupun ilmu pengetahuan manusia menjawabnya. Hal yang tak terbatas ini dalam matematika diistilahkan dengan tak hingga, tak terkira atau tak terhitung.
Hal ini menyiratkan bahwa betapapun hebat dan canggihnya pengetahuan manusia, tetap saja ada keterbatasan. Peristiwa Isra Mikraj menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia. Sekaligus juga menunjukkan bahwa Allah SWT mengatur segala sesuatu dengan perhitungan matematis yang sangat teliti. Penegasan itu diantaranya dinyatakan dalam firman-Nya pada surat Al Qamar ayat 49 yang artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran. Juga ditegaskan lagi dalam surat Al Furqan, ayat 2 yang artinya : dan Dia telah menciptakan segala sesuatu , lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.
Dengan mengambil hikmah dari peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad, khususnya dari tinjauan pada aspek matematis tersebut, maka akan dapat menjadi sumber motivasi anak bangsa dalam meningkatkan literasi matematika umumnya dan khususnya dalam meningkatkan perolehan skor PISA pada masa yang akan datang. Hal ini juga meneguhkan komitmen untuk mengakselerasi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Profil pelajar yang menomor satukan keimanan kepada-Nya. Sekaligus juga akan dapat menjadi spirit bagi seluruh komponen bangsa untuk mengejar ketertinggalan dalam berbagai bidang, Insya Allah.
Nasrullah, Alumni Program (S3) Doktor Pendidikan Islam UIN Imam Bonjol Padang