Menjaga Kesadaran dalam Berkomunikasi

Publish

29 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
505
Sumber Foto Freepik

Sumber Foto Freepik

Menjaga Kesadaran dalam Berkomunikasi

Oleh: Afita Nur Hayati, Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kalimantan Timur Periode 2022-227

Sebagai makhluk yang diciptakan untuk hidup berjejaring, manusia tidak bisa tidak melakukan interaksi dengan orang lain dan membangun hubungan. Meminjam istilah Herbert Blumer bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan manusia agar tetap terhubung satu sama lain adalah dengan berbicara satu sama lain (Griffin et al., 2019).  

Bahasa menjadi sarana untuk terjadinya interaksi manusia. Alquran menyebutnya secara jelas dalam QS. Ar Rahman ayat 4 bahwa Allah lah yang mengajarkan manusia pandai berbicara. Berinteraksi artinya akan melakukan proses kesalingan menciptakan pesan kemudian membaginya sehingga menjadi makna bersama agar hubungan yang dibangun dapat selalu terjaga.  Apa yang diperlukan agar proses interaksi dalam kehidupan kita awet, langgeng, dan dapat dipertanggungjawabkan?

Pertama, adanya kesadaran diri. Seberapa jauh kita memahami diri, mengetahui diri dengan bisa menyebut apa kekuatan kita, apa kelemahan kita, apa hal yang bisa kita informasikan tentang diri kita, apa yang kita abaikan, apa yang tidak perlu orang lain tahu tentang kita adalah hal-hal yang bisa kita lakukan dalam menilai diri. Oleh karena itu setiap individu sangat penting memiliki pemahaman tentang dirinya.  Karena hal ini akan mempengaruhi cara setiap diri berkomunikasi dengan orang lain. Siapa the real me? Adalah diri yang akan berbeda-beda tingkat keterbukaanya dalam menerima ide, saran, pendapat.  

Adalah diri yang akan berbeda dalam kelugasan menyampaikan pesan. Adalah diri yang akan berbeda dalam perspektif memaknai sesuatu.  Adalah diri yang akan berbeda dalam cara menyelesaikan masalah, dan adalah diri yang akan berbeda dalam cara pengambilan keputusannya. Maka mempertimbangkan dampak dari setiap kata dan pesan non verbal selama berada dalam hubungan di berbagai konteks komunikasi adalah kunci terawatnya interaksi. 

Kedua, memiliki empati. Interaksi dikatakan berhasil jika proses kesalingan penciptaan sebuah pesan dari seseorang mendapatkan respon dari siapapun yang menerima pesan itu. Dengan siapa kita sedang berinteraksi akan menentukan seberapa utuh dan lebih perhatian akan kita berikan. Alquran menyebut empati dalam komunikasi terutama untuk anak yatim, perempuan, mereka yang berkekurangan harta benda, dan di depan publik yang heterogen (Sulkifli & Muhtar, 2021). Ikut tersenyum ketika teman mendapatkan kebahagiaan, memberikan pelukan sebagai bentuk dukungan dan kekuatan bagi yang sedang kehilangan menjadi bentuk-bentuk ekspresi dalam memahami dan merasakan apa yang orang lain sedang alami.  

Ketiga, pesan yang disampaikan jelas dan tepat.  Untuk tetap terhubung satu sama lain, bahasa yang digunakan penting bisa untuk dimengerti dan tidak ambigu.  Tujuannya selain untuk mengurangi kesalahpahaman yang bisa memicu timbulnya konflik, juga akan ada pemborosan energi dan waktu jika pesan dan feedbacknya tidak pas, tidak klik dan tidak satu server. Kesalahpahaman bisa saja terjadi karena setiap orang yang melakukan interaksi berasal dari hereditas yang berbeda dengan corak kebiasaan pembangun pengalaman yang tidak sama.  

Keempat, ketrampilan mendengarkan.  Sama halnya dengan bunga, agar tetap indah harus dirawat. Sebuah hubungan dalam berbagai latar belakang pun demikian.  Jika bunga bisa layu sebuah hubungan juga bisa mengalami hal yang sama.  Agar hubungan menjadi lebih kuat, lebih harmonis, dan berjangka panjang maka perlu disiram dan dipupuk.  Jika bunga disiram menggunakan air maka sebuah hubungan disiram dengan adanya proses penyesuaian dan adaptasi secara terus menerus. 

Dalam dunia sosial dengan ruang-ruang sosial didalamnya, sebuah hubungan yang didefinisikan dengan adanya kenyamanan dan memiliki kejelasan akan menghadirkan dan mengikutkan partisipasi dari emosi positif.  Bahasa tubuh yang dihadirkanpun akan selaras dengan emosi yang sedang dirasakan. Jika suatu saat muncul ketidaknyamanan, ketidakjelasan dan ketidaksesuaian bahasa tubuh yang dihadirkan, maka kita bisa memilih untuk menjaga jarak dalam satu hubungan yang kita simpulkan harus berjarak.   Semoga kita tetap bisa berperilaku wajar secara sosial, agar energi yang kita miliki tidak tergerus dan habis.  


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Jangan Sekadar Ber-IMM, Jadikan Tulisan Sebagai Karya Utama Oleh: Fathan Faris Saputro Dalam dunia....

Suara Muhammadiyah

28 November 2023

Wawasan

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M.Pd, Kapala SMP AT-TIN UMP Kab. Tegal Etos Kerja Kader, secara sederha....

Suara Muhammadiyah

22 March 2024

Wawasan

Milad 66 Uhamka: Merenda Peradaban Berkemajuan Oleh: Prof. Dr. Abdul Rahman A. Ghani Momen Ulang t....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Wawasan

Hijrah Kontemporer, Hijrah Transformatif (2): Meneladani Jejak Informatika Muhammad saw Oleh: Sonny....

Suara Muhammadiyah

17 September 2024

Wawasan

Trilogi Bagian Kedua: Suami istri Saling Menutupi Ketidaksempurnaan Pasangannya Oleh: M. Rifqi Ros....

Suara Muhammadiyah

24 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah