Menjaga NKRI Melalui Pendidikan yang Mencerahkan
Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/Sekretaris LPP PWM Kalbar
Mengulas bagaimana suatu bangsa bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain salah satunya melalui pendidikan yang baik. Bangsa terdidik tidak akan mudah untuk diakali, tidak akan mau selalu menjadi follower.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentu dibutuhkan pendidik yang memiliki integritas optimal, dimana nilai kejujuran, tanggungjawab, disiplin menyatu dan menjadi identitas. Guru yang tidak hanya sekedar menjadikan transfer ilmu dikelas sebagai aktifitas dan tanggungjawab, tetapi wadah atau media memberikan motivasi serta hikmah termasuk didalamnya pengajaran tentang ibadah, adab terhadap orang tua dan sesama. Terlebih di new media, dengan murah dan mudahnya mengakses informasi, peserta didik harus terus diingatkan untuk cerdas dan bijak berselancar didunia maya. Dunia yang dulu abstrak tanpa penghuni, kini menjadi padat dengan banyak pilihan.
Fakta tersebut secara langsung mengharuskan guru mampu mengendalikan kelas, tanpa menghilangkan esensi belajar sesuai zaman. Kita bisa lihat pasca covid 19 beberapa tahun silam, aktifitas apapun termasuk dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari penggunaan gawai dari tingkat sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Semakin banyak pula fitur atau platform pilihan untuk mengasah kemampuan berpikir, yang lebih "wah" lagi pilihan membantu mengerjakan tugas sekolah/kuliah bergeser menjadi alat untuk menyelesaikan tugas. Ketergantungan berlebihan pada AI, tidak hanya sekedar mengurangi kemampuan belajar yang secara perlahan menurunkan kecerdasan berpikir melalui logika. AI juga membuat hilangnya kreatifitas bahkan penghargaan terhadap nilai kejujuran yang seharusnya lekat, dekat didunia pendidikan.
Kemuliaan Guru
Guru adalah pahlawan bangsa, pejuang kemanusiaan lintas zaman yang tidak berdarah-darah namun berjuang menjadikan calon penerus bangsa dengan keringat, air mata bahkan kucuran doa dalam tiap sujud kepada TuhanNya.
Fakta tersebut dapat kita lihat salah satunya di banyak daerah terpencil, dengan jarak tempuh relatif jauh dan sangat melelahkan serta keterbatasan sarana prasarana, para pendekar bangsa ini, tiada jemu mengabdikan diri walaupun dengan gaji yang jauh dari nilai pantas. Ada kebahagiaan, kepuasan batin tak terukur berubah menjadi tanggungjawab sosial (dakwah). Rasa lelah berubah kebahagiaan saat menyaksikan anak didik sukses dan memiliki tekad merubah nasib untuk terus maju.
Begitu tinggi peringkat guru, dijelaskan dalam surat Al-Mujadalah ayat 11: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Rasulullah SAW pun pernah bersabda oleh pesan Rasulullah SAW, kepada Abu Darda, “Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka,” (HR Al-Baihaqi).
Dari ayat dan hadist diatas tergambar bagaimana peran pendidik dan pendidikan yang akan membawa manusia pada kebaikan dan kemuliaan. Guru adalah komunikator yang digugu dan ditiru oleh muridnya. Maka wajib hukumnya terus update perkembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru pun harus terus melakukan banyak treatment inovasi, kreatifitas agar pembelajaran tersampaikan dan tidak monoton. Hal yang mudah didengungkan tetapi terlampau sulit dilakukan jika tidak ada support sistem dari berbagai pihak.
Guru Cemerlang
Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang juga baik. Kita bisa merasakan hal tersebut saat telah melewati fase sekolah mulai tingkat dasar, menengah hingga (mungkin) perguruan tinggi. Para guru yang memberikan kita ilmu dan kasih sayangnya secara tidak langsung mengajarkan makna hidup untuk terus mengembangkan diri.
Kiai Ahmad Dahlan sang Pencerah, pendiri organisasi dengan mainstream Berkemajuan pernah bertutur "Setiap manusia rusak, kecuali mereka yang berilmu. Setiap yang berilmu akan mengalami kebingungan, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Setiap yang beramal akan mengalami kebimbangan, kecuali yang ikhlash”.
Ini semuanya bermuara, hanya lewat pendidikan, generasi bangsa tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga emosional, sehingga nantinya dapat melanjutkan estafet kepemimpinan menuju Indonesia emas 2045 nan gemilang.