Mengenal Ayat-Ayat Mutasyabihat dalam Al-Qur`an

Publish

22 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
131
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Bagaimana cara memahami ayat-ayat yang ambigu atau setidaknya mengetahui bagaimana membedakan antara ayat-ayat yang ambigu dan yang tidak ambigu. Tidak ada yang mengatakan bahwa perbedaan itu perlu. Al-Qur`an sendiri menyatakan bahwa beberapa ayatnya ambigu. Menurut definisi, ayat-ayat ambigu berarti bahwa ayat-ayat ini tidak akan dimengerti oleh manusia tetapi pemahamannya diserahkan sepenuhnya kepada Allah.

Tulisan ini mencoba melihat ayat-ayat tersebut dan mengupas maknanya secara rinci. Pertama bisa kita baca surah Ali Imran ayat 7. Dalam ayat ini, ada yang disebut ayat muhkamat, yang berarti tegas atau jelas da juga ada ayat-ayat lainnya yang bernama mutasyabihat. Istilah mutasyabihat itu sendiri bisa memiliki makna ganda.

Ia bisa bemakna tasyabuh yang berarti bahwa sesuatu mirip dengan yang lain. Ketika dua hal begitu mirip satu sama lain, ia memberikan kekurangpastian terhadap apa yang sebenarnya. Jadi ayat mutasyabihat berarti "ayat-ayat dengan makna ambigu." Mutasyabihat bisa berarti cara ini atau cara lain. Ini merujuk kepada jenis makna yang samar.

Karenanya kita menemukan dua jenis ayat; satu yang pasti dan terang dan jenis lainnya tidak jelas atau ambigu. Meskipun demikian, ayat di atas menyatakan  bahwa orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit akan berusaha menjelaskan ayat-ayat yang ambigu dan mereka akan berusaha menyebabkan kerusakan, kekacauan, atau perselisihan. 

Adapun orang-orang yang memiliki pengetahuan yang mantap atau mendalam ilmunya berkata “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” Tentang ayat-ayat yang ambigu ini, bagian tengah ayat ini mengatakan “padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.” Jadi ini menegaskan bahwa ada beberapa ayat yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. 

Lalu apa yang harus kita lakukan dengan itu? Ketika kita membaca Al-Qur`an, kita mencoba memahami semua itu. Kita mencoba menggunakan semua keterampilan yang telah kita pelajari. Kita mencoba memecahkan maknanya. Tetapi mungkin ada saatnya ketika kita menyadari “Tunggu sebentar, kita telah mencapai jalan buntu. Ada seperti langit-langit kaca yang tidak bisa kita tembus. Maknanya tak terjangkau.”

Saat itu kita menyadari bahwa kita harus menyerah karena ada beberapa ayat yang maknanya hanya diketahui oleh Allah. Bukankah lebih baik jika kita memiliki dua kelompok ayat yang jelas? Boleh jadi yang mengingkan Al-Qur`an dibagi menjadi dua bagian saja, ada ayat-ayat yang dapat dimengerti dan ayat-ayat yang hanya dapat dimengerti oleh Allah. Tetapi nyatanya tidak seperti itu. Semuanya saling terkait dan orang harus menggunakan penilaian terbaiknya untuk mengetahui mana yang merupakan ayat-ayat yang terang dan mana yang merupakan ayat-ayat yang ambigu.

Tidak semua pembatasan akan sama. Ada orang yang saat membaca sebuah ayat mengatakan, “Oh, makna ayat itu bisa dimengerti oleh otakku.” Tapi juga yang mengatakan, “Tidak, makna ayat itu tersembunyi, lebih baik saya biarkan saja dan serahkan kepada Allah.” Kita perlu ingat bahwa menafsirkan sesuatu sesuai dengan pendapat kita sendiri dan memberikan pandangan sembarangan tentang apa itu Al-Qur`an amat terlarang karena Al-Qur`an bukanlah kitab untuk mainan.

Para sarjana Muslim telah mengidentifikasi ayat-ayat yang ambigu sehingga memberikan kejelasan kepada umat. Salah satu jenis ayat yang ambigu adalah ayat-ayat yang menggambarkan sifat Allah. Ada dua hal berbeda terkait dengan Allah. Ada ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah, seperti Dia pengampun, Dia penyayang, Dia baik, Dia pencipta, Dia yang memberi kita rezeki dan sebagainya. Ini semua menunjukkan atribut-atribut atau sifat-sifat Allah.

Tetapi jika kita berbicara dan menggunakan antropomorfisme untuk menggambarkan Allah—berbicara tentang mata Allah, tangan Allah, Allah duduk di atas takhta dan sebagainya—para ulama mengatakan semua ini ambigu karena kita tidak tahu secara tepat apa yang dimaksud Al-Qur`an dengan semua ini. Kita hanya bisa mengatakan bahwa kata-kata itu mirip dengan kata-kata yang kita gunakan untuk menggambarkan tindakan kita. Ayat-ayat itu menggambarkan hal-hal yang kita lihat dan makhluk lain di sekitar kita. Tetapi kita tidak bisa mengatribusikan hal-hal yang sama dengan tepat kepada Allah.

Kita bisa mengatakan bahwa Allah melihat, Dia memiliki mata, tapi mata seperti apa? Apa artinya itu? Kita tidak benar-benar tahu. Allah memiliki tangan tetapi apa artinya itu? Tidak seperti tangan kita, tangan bisa berarti banyak hal. Ada tangan di perekam gramofon tua yang digunakan bersama jarum yang membaca rekaman gramofon. Allah memiliki tangan, tapi kita tidak tahu jenis lengan itu apa. Kita tidak akan mencoba mengetahui lebih dalam karena hal-hal seperti ini ambigu.

Banyak gambaran tentang kehidupan akhirat, bagaimana surga dan neraka. Kita bisa mengatakan bahwa semua ini ambigu. Kita paham beberapa hal ambigu dan kita tak perlu repot-repot mengulitinya. Tetapi ayat-ayat yang jelas, yang disebut muhkamat, adalah ayat-ayat yang berurusan dengan rincian shalat, melakukan ibadah haji, peraturan-peraturan tentang puasa dan sebagainya. Seseorang tidak perlu memiliki gelar PhD untuk memahaminya dalam Al-Qur`an.

Ibnu 'Abbas, sepupu Nabi Muhammad, sahabat Nabi yang muda, yang dikenal sebagai penafsir utama Al-Qur`an mengatakan ada berbagai jenis pengetahuan tentang Al-Quran. Pertama adalah dipahami oleh setiap orang. Orang awam akan tahu maknanya dan memahaminya dengan cepat. Kedua, jenis pengetahuan yang hanya dapat dipahami oleh para ulama. Dibutuhkan banyak wawasan dan studi mendalam untuk dapat sampai di tahap ini. Ini bukan karena ulama adalah kelas orang yang berbeda, tetapi karena mereka telah menginvestasikan waktu dan usaha untuk mengumpulkan ilmu sehingga mereka punya bekal untuk mengetahui maknanya. Ketiga adalah jenis makna yang hanya diketahui oleh Allah dan kita menyerahkannya kepada-Nya.

Menafsirkan Al-Qur`an adalah satu kunci yang sangat penting untuk menyibak makna Al-Qur`an. Kita sadar bahwa ada beberapa ayat yang maknanya hanya diserahkan kepada Allah. Salah satu aspek dari ayat-ayat yang ambigu ini adalah apa yang disebut sebagai Huruf Muqatta'at ( الحروف المقطعات, 'huruf yang terpotong-potong' ), atau Fawatihus Suwar (فواتح السور), ayat-ayat mutasyabih pada pembukaan beberapa surat Al-Qur`an yang tersusun dari satu sampai lima huruf hijaiyah yang tidak membentuk kata. Huruf Muqatta'at (الحروف المقطعات, 'huruf yang terpotong-potong' ), atau Fawatihus Suwar (فواتح السور), ayat-ayat mutasyabihat pada pembukaan beberapa surat Al-Qur`an yang tersusun dari satu sampai lima huruf hijaiyah yang tidak membentuk kata.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Saidun Derani Dosen pascasarjana UM Surabaya dan UIN Syahid Jakarta serta aktivis PWM Banten ....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Wawasan

Melestarikan Alam untuk Kemakmuran Bersama Oleh: Suko Wahyudi Tingginya tingkat kerusakan lingkun....

Suara Muhammadiyah

27 September 2023

Wawasan

Muhammadiyah dan Politik; Sebuah Ketuntasan Sejarah! Oleh: Adrian Al-Fatih Membicarakan politik di....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Wawasan

Pemilu 2024: Menghidupkan Kembali Spirit Jipolmu Oleh: Yandi Pada bulan maret 2018, PP.Muhammadiya....

Suara Muhammadiyah

14 November 2023

Wawasan

Ramadhan dan Normalisasi Polarisasi Politik Akhmad Khairudin, M.B.A., Majelis Ekonomi PCM Turi Pem....

Suara Muhammadiyah

19 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah