Menyikapi Fenomena #KaburAjaDulu: Antara Harapan dan Realita
Oleh: Candra Kusuma Wardana, S.E., MBA, Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fenomena #kaburajadulu sedang banyak diperbincangkan di media sosial mulai dari anak muda hingga politisi. Tren Kabur Aja Dulu merujuk pada sebuah kegiatan yang dilakukan di luar negeri seperti sekolah, bekerja, atau mengerjakan suatu proyek. Hashtag #kaburajadulu juga dapat diartikan sebagai bentuk keresahan masyarakat, khususnya anak muda, terhadap situasi dalam negeri seperti sulit mencari pekerjaan yang layak, politik yang tidak stabil, hukum yang lemah, dan berbagai masalah sosial politik lainnya.
Salah satu dampak yang berpotensi mucul apabila tren Kabur Aja Dulu tidak segera disigapi dengan baik adalah terjadinya brain drain. Istilah brain drain sendiri merupakan suatu kondisi ketika banyak talenta unggul dalam negeri yang hengkang atau pergi ke luar negeri. Sebagaimana dipahami bahwa majunya suatu negara tidak dapat dicapai tanpa sumberdaya yang berkualitas, maraknya aliran sumberdaya manusia ke luar negeri dikhawatirkan memberikan pengaruh buruk pada perekonomian negara Indonesia. Disisi lain Indonesia sedang kekurangan sumberdaya berkualitas meski sedang dalam fase bonus demografi. Lantas, apa sebenarnya harapan anak muda dengan pergi keluar negeri?
Harapan Anak Muda Ketika Pergi ke Luar Negeri
Harapan anak muda dengan memutuskan untuk pegi ke luar negeri dapat sangat beragam, namun secara umum ada beberapa alasan utama yang mendasari keputusan mereka.
Salah satu alasan yang cukup rasional adalah untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan karir yang lebih layak. Tidak dapat dipungkiri bahwa peluang untuk pergi keluar negeri menjadi lebih besar dengan cara mendapatkan beasiswa untuk studi, mulai dari jenjang sarjana, master, bahkan doktoral. Beberapa negara yang menawarkan banyak beasiswa yaitu seperi Turki, Hungaria, Amerika Serikat, Australia, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan banyak lainnya. Dengan menempuh studi di luar negeri membuat anak muda dapat menjalin relasi internasional serta mendapatkan kualitas pendidikan yang bagus dan inovatif. Mereka berharap pengalaman internasional tersebut akan memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan, dan memberikan keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan secara global.
Disamping itu, anak muda juga berharap dapat meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi keluarganya. Terdapat dua pilihan pekerjaan ketika sudah sampai di luar negeri seperti kerja paruh waktu yang masih berkaitan dengan kegiatan akademik atau kerja penuh waktu yang menawarkan penghasilan lebih besar dibanding dengan negara asal. Banyaknya peluang pekerjaan di luar negeri dengan gaji yang besar membuat anak muda bisa menyisihkan Sebagian gajinya untuk diberikan kepada orangtua. Hanya saja, transparansi dan kontrol berkala menjadi penting agar dana yang diberikan dialokasikan dengan benar.
Adapun alasan lain yang cukup rasional untuk pergi keluar negeri adalah membangun jaringan internasional. Pada era globalisasi saat ini, memiliki jaringan internasional sangat membantu untuk menunjang karir dan masa depan anak-anak muda. Dengan pergi ke luar negeri, anak muda percaya bahwa keadaan tersebut dapat memberikan mereka akses yang lebih terbuka terhadap peluang baik dalam dunia bisnis, teknologi, seni bahkan kehidupan social.
Realita yang Harus Dihadapi Ketika Tinggal di Luar Negeri
Sayangnya, tidak semua anak muda yang memutuskan untuk Kabur Aja Dulu ke luar negeri sudah mempertimbangkan tantangan yang seringkali lebih kompleks dan berbeda dengan harapan mereka.
Tantangan yang akan ditemui salah satunya adalah kesulitan untuk beradaptasi dengan budaya baru. Perbedaan bahasa, norma sosial, kebiasaan, dan bahkan cuaca bisa menjadi hambatan yang signifikan bagi kehidupan anak muda. Pada kondisi tertentu para pelancong diharuskan menyesuaikan dengan budaya yang berkembang di Masyarakat. Bagi umat Islam, menemukan tempat ibadah dan mencari makanan halal merupakan tantangan yang harus dihadapi setiap hari.
Disamping itu, perasaan kesepian karena jauh dari orangtua dan teman juga mungkin akan dirasakan ketika sudah menjalani kehidupan di luar negeri. Meskipun anak-anak muda mungkin datang dengan semangat tinggi untuk mengeksplorasi dunia, kenyataan bahwa mereka terpisah dari orang-orang yang mereka cintai dapat mengarah pada perasaan homesick dan stres secara emosional.
Selanjutnya adalah tantangan menghadapi tekanan akademik yang tinggi bagi yang menempuh studi. sistem pendidikan di luar negeri bisa jauh lebih kompetitif, sehingga anak muda harus siap untuk memanajemen waktu dan tugas sebaik mungkin. Ketika sudah di luar negeri, anak muda harus belajar mengatur waktu untuk bekerja, belajar, bersosial, dan lain-lain. Selain itu, pencarian pekerjaan yang layak setelah lulus juga bisa sangat menantang, terutama jika mereka tidak memiliki keterampilan dan jaringan yang cukup. Menjadi anak muda yang pergi keluar negeri berarti harus siap mengasah kemampuan dan keluar dari zona nyaman.
Tidak kalah penting adalah realita untuk menghadapi masalah keuangan. Situasi di luar negeri bisa sangat beragam dan berbeda dari negara asal. Untuk pelajar, walaupun mendapat beasiswa, biasanya beberapa mahasiswa memilih untuk mencari pekerjaan paruh waktu karena keterbatasan jumlah dana yang diterima. Kemudian untuk pekerja, biaya hidup yang tinggi juga bisa menjadi masalah. Beberapa dari mereka mungkin merasa terjebak dalam pekerjaan dengan gaji rendah.
Untuk mencapai impian dan harapan dengan cara pergi ke luar negeri, anak muda harus betul-betul mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin akan membantu mereka dalam mencapai impian tersebut, seperti mengembangkan kemampuan beradaptasi, mencari dukungan social, menjaga kesehatan mental, dan realistis serta fleksibel dalam harapan dan karir. Anak muda juga harus belajar untuk mengelola stres untuk menghadapi tekanan yang bisa datang kapan saja. Melalui pengetahuan yang cukup dan relasi yang luas, harapannya dapat membantu anak muda ketika sudah berada di luar negeri.