Penciptaan Langit dan Bumi
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Saya ingin melanjutkan tentang ayat-ayat Al-Qur`an yang disalahpahami atau disalahartikan. Salah satu ayatnya adalah surah Al-Baqarah ayat 29, “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Ayat ini sekilas tampak bertentangan dengan sains, dan saya yakin mungkin telah ditafsirkan seperti itu. Kata penting di sini yang menjadi kajian diskusi adalah "tsumma" yang dalam bahasa Arab bisa berarti "kemudian," tetapi bisa juga berarti "selain itu." Jika kita menerjemahkannya secara berbeda, kita akan berkata, "Selain itu, Tuhan berpaling ke langit dan membentuknya menjadi tujuh langit." Artinya, seusai Tuhan menciptakan bumi, Dia juga berpaling ke langit dan menciptakannya menjadi tujuh langit, atau membentuknya menjadi tujuh langit.
Dr. Maurice Bucaille dalam bukunya The Bible, the Quran and Sciences sebenarnya telah membahas ini secara mendetail. Terjemahan yang sering kita baca dan cara penafsirannya dalam tafsir klasik Al-Qur`an akan bertentangan dengan sains, karena itu berarti bumi diciptakan pertama kali, dan kemudian Tuhan menciptakan langit setelah bumi.
Namun, seperti yang ditunjukkan Bucaille, di tempat lain dalam Al-Qur'an, orang bahkan bisa melihat bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Al-Qur'an mengatakan, “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 79:27-28).
Allah menciptakan langit, mengangkatnya dan membentuknya dengan baik. Setelah itu ada indikasi waktu yang pasti, Tuhan membentuk bumi menjadi seperti Dia membuatnya menjadi bentuk seperti telur. Ini menunjukkan urutan seolah-olah bumi ada setelahnya. Tetapi itu tidak berarti bumi harus diciptakan setelah langit karena bisa jadi bumi diciptakan bersamaan dengan langit, tetapi kemudian Tuhan membentuknya setelahnya. Jadi, kita mungkin berpikir tentang evolusi planet bumi dari waktu ke waktu.
Dalam surah Fushshilat, kita membaca “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” (QS 41: 11). Di sini menjelaskan langit dan bumi yang muncul dari massa gas itu.
Menurut Dr. Bucaille, ini memberi kesan tentang penciptaan langit dan bumi secara bersamaan. Dan tentu saja, inilah yang kita pahami dari sains modern saat ini bahwa dalam satu dentuman besar (big bang), kita memiliki galaksi yang terbentang. Di dalam galaksi termasuk bintang-bintang dan planet-planet, termasuk planet kita, bumi. Jadi, ini adalah penciptaan secara bersamaan, bukan penciptaan langit terlebih dahulu atau bumi terlebih dahulu, dan kemudian langit kemudian, seperti yang mungkin tercermin dalam terjemahan yang biasa Anda baca dan yang sekali lagi ditemukan dalam komentar klasik para mufassir.
Inilah contoh di mana kita menemukan sains modern menjelaskan interpretasi Al-Qur'an dan membantu kita memahami apa yang sebelumnya mungkin tidak jelas. Ini memenuhi tujuannya pada suatu waktu, meskipun kesalahpahaman klasik akan memenuhi tujuannya pada waktu tertentu karena Al-Qur`an memang tidak dimaksudkan sebagai buku teks sains.
Al-Qur`an tidak memberitahukan kita bagaimana langit pupus, tapi Al-Qur`an menginformasikan kita bagaimana caranya untuk masuk surga, mengutip Galileo tentang itu. Memang dia berbicara tentang Alkitab dengan nada yang sama. Kesalahpahaman itu tidak berpengaruh pada teologi Muslim, tetapi sekarang kita bisa mendapatkan apresiasi yang lebih dalam dan lebih baik terhadap Al-Qur`an, setidaknya dari sudut pandang ilmiah.