Menyingkap Hikmah Tersembunyi di Balik Surat Al-Waqi'ah Ayat 29

Publish

5 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
59
Foto Istimewa/Pixabay

Foto Istimewa/Pixabay

Oleh: Wakhidah Noor Agustina, SSi, Sekretaris MEK PDA Kudus dan Guru Biologi di SMA Negeri 2 Kudus

Alam semesta sebagai hamparan luas yang sarat akan tanda-tanda kebesaran Allah, sebuah galeri agung yang menampilkan keindahan dan kekayaan ciptaan-Nya. Dari gugusan bintang di angkasa hingga tetesan embun di pagi hari, setiap elemen mengandung hikmah yang mendalam bagi mereka yang mau merenung. Al-Qur'an, sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia, tak henti-hentinya mengajak kita untuk bertafakkur atas ciptaan-Nya, seringkali menyebutkan berbagai unsur alam, termasuk buah-buahan, sebagai gambaran kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat.

Salah satu surat Al-Qur'an yang secara gamblang melukiskan balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah Surat Al-Waqi'ah. Surat ini dengan indahnya memaparkan tentang hari kiamat, penggolongan manusia menjadi tiga kelompok, serta deskripsi terperinci mengenai balasan surga bagi golongan kanan dan balasan neraka bagi golongan kiri.

Di tengah lukisan keindahan surga yang menawan, Al-Qur'an secara spesifik menyebutkan berbagai kenikmatan yang akan dirasakan penghuninya. Mengungkap makna spiritual, keindahan bahasa, dan isyarat ilmiah dalam ayat Al-Qur'an memungkinkan kita memahami hikmah kenikmatan surgawi, serta memperkokoh keimanan terhadap kekuasaan dan kasih sayang Allah SWT.

Surat Al-Waqi'ah, salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki tema utama tentang Hari Kiamat, peristiwa dahsyat yang akan mengguncang semesta. Surat ini secara gamblang menguraikan penggolongan manusia menjadi tiga kelompok besar pada hari tersebut: golongan kanan (Ashab Al-Maimanah), golongan kiri (Ashab Al-Masya'amah), dan orang-orang yang paling dahulu beriman (As-Sabiqun As-Sabiqun).

Setiap golongan akan menerima balasan yang setimpal dengan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Surat ini tidak hanya menggambarkan kengerian kiamat dan penderitaan penghuni neraka, tetapi juga dengan indahnya melukiskan kebahagiaan dan kenikmatan tiada tara bagi penghuni surga.

Dalam rangkaian deskripsi surga yang memukau, Al-Qur'an secara bertahap memperkenalkan berbagai kenikmatan yang menanti para penghuninya. Ayat-ayat sebelumnya dalam Surat Al-Waqi'ah telah menggambarkan pemandangan umum surga yang meliputi pepohonan rindang, air yang mengalir tanpa henti, dan buah-buahan yang mudah dipetik.

Misalnya, ayat 28 menyebutkan "di antara pohon bidara yang tidak berduri," yang langsung dilanjutkan dengan ayat 29, yang berbunyi, "Dan pohon-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya." Posisi ayat ini sangat strategis; ia datang setelah gambaran umum dan mulai merinci jenis buah-buahan istimewa yang ada di surga, menyoroti salah satu kenikmatan spesifik yang akan dinikmati.

Penyebutan pisang dalam konteks ini, dengan frasa Arab "طَلْحٍ مَّنضُودٍ" (ṭalḥim manḍūd) yang diterjemahkan sebagai "pohon-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya," memiliki makna yang mendalam menurut para ulama tafsir. Makna "bersusun-susun" ini dapat diartikan sebagai buah pisang yang berderet rapi, tertata indah dalam tandan-tandannya, dan mudah dijangkau tanpa perlu bersusah payah memetiknya.

Ini menggambarkan keindahan, kemudahan, dan keberlimpahan nikmat di surga. Tidak seperti di dunia, di mana buah pisang mungkin ada musimnya atau harus diusahakan untuk didapatkan, di surga pisang-pisang ini senantiasa tersedia, siap dinikmati, dan selalu dalam kondisi terbaik, menunjukkan kekuasaan dan kemurahan Allah dalam memberikan kenikmatan yang sempurna bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Penyebutan pisang dalam Surat Al-Waqi'ah ayat 29 secara spesifik mengundang kita untuk merenungkan keistimewaan buah ini. Mengapa di antara sekian banyak buah-buahan, pisang yang dipilih untuk digambarkan sebagai bagian dari kenikmatan surga? Kemungkinan besar, hal ini karena pisang merupakan buah yang mudah dinikmati; tidak perlu dikupas dengan alat, cukup dengan tangan, dan langsung dapat disantap.

Selain itu, pisang dikenal kaya nutrisi dan dapat memberikan energi. Yang lebih penting lagi, pisang digambarkan sebagai buah yang tersedia sepanjang masa, sebuah kontras mencolok dengan buah-buahan duniawi yang seringkali memiliki musim tertentu. Ini menegaskan bahwa di surga, kenikmatan tidak terbatas oleh waktu atau ketersediaan, selalu ada dan siap untuk dinikmati kapan saja.

Keindahan bahasa Al-Qur'an juga tergambar jelas dalam frasa "طَلْحٍ مَّنضُودٍ" (ṭalḥim manḍūd), yang berarti "pohon-pohon pisang yang bersusun-susun atau berlapis-lapis." Frasa ini bukan sekadar deskripsi, melainkan menciptakan kesan visual dan audio yang kuat.

Secara visual, kita membayangkan pohon pisang dengan tandan-tandannya yang berat, buah-buahnya tersusun rapi, padat, dan melimpah. Ini adalah gambaran tentang kerapian, keindahan, dan kelimpahan yang tak terhingga. Secara audio, pengucapan frasa ini pun memiliki ritme dan keindahan tersendiri yang menguatkan gambaran tersebut, menambah dimensi keagungan dalam pemahaman kita tentang surga.

Lebih dari sekadar deskripsi fisik, pisang dalam ayat ini mengandung simbolisme dan pesan moral yang mendalam. Pisang menjadi simbol kemudahan dan kesiapan nikmat di surga, di mana segala sesuatu disajikan tanpa kesulitan. Ini seharusnya menjadi motivasi besar bagi setiap mukmin untuk senantiasa beramal saleh, berlomba-lomba dalam kebaikan agar dapat meraih kenikmatan surgawi yang dijanjikan.

Pada akhirnya, penyebutan buah pisang ini juga berfungsi untuk menyadarkan manusia akan kekuasaan Allah yang tiada terbatas dalam menciptakan berbagai macam buah-buahan dengan segala karakteristiknya, menegaskan bahwa keagungan-Nya terhampar di setiap detail ciptaan-Nya.

Selain makna spiritual dan keindahan bahasanya, penyebutan pisang dalam Al-Qur'an juga bisa kita renungkan dari perspektif ilmiah. Pisang merupakan buah yang kaya nutrisi, mengandung berbagai vitamin (vitamin C dan B6), mineral (terutama kalium), dan serat yang baik untuk pencernaan. Manfaat kesehatannya pun beragam, mulai dari menjaga tekanan darah, sumber energi instan, hingga membantu suasana hati. Sifat-sifat ini menjadikan pisang sebagai makanan yang sangat fungsional dan bermanfaat bagi tubuh.

Jika kita bahas tentang sifat pertumbuhan pisang, sangat menarik untuk melihat buah ini tumbuh secara berkelompok atau bersusun dalam satu tandan besar. Setiap sisir pisang terdiri dari beberapa buah yang tersusun rapi, dan beberapa sisir tersebut kemudian membentuk satu tandan besar.

Gambaran ini secara literal sangat berkaitan erat dengan frasa "طَلْحٍ مَّنضُودٍ" (ṭalḥim manḍūd) yang berarti "pohon-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya." Frasa tersebut secara akurat menggambarkan karakteristik unik buah pisang yang tumbuh secara berderet dan rapi dalam satu kesatuan.

Pisang memiliki beberapa keunggulan jika kita bandingkan dengan buah-buahan lain, yang membuatnya ideal untuk digambarkan sebagai bagian dari kenikmatan surga. Bentuknya yang mudah digenggam, kulitnya yang mudah dikupas, dan teksturnya yang lembut menjadikannya buah yang sangat praktis dan nyaman untuk disantap. Ini berbeda dengan buah lain yang mungkin membutuhkan alat khusus atau usaha lebih untuk dikonsumsi.

Meskipun demikian, penting untuk selalu mengingat bahwa Al-Qur'an adalah kitab petunjuk spiritual dan moral, bukan buku sains. Namun, terkadang di dalamnya terdapat isyarat-isyarat ilmiah yang menarik untuk direnungkan, yang semakin mengukuhkan keagungan dan kemukjizatan wahyu Ilahi, serta mengajak kita untuk semakin mengagumi ciptaan-Nya.

Dengan menyelami lebih dalam makna spiritual dan keindahan penyebutan buah pisang dalam Al-Qur'an. Ayat ini bukan sekadar deskripsi hambar, melainkan sebuah lukisan surgawi yang sarat makna. Frasa "pohon-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya" (ṭalḥim manḍūd) secara indah menggambarkan kemudahan, keberlimpahan, dan kerapian nikmat di surga, di mana buah-buahan senantiasa siap sedia dan mudah dinikmati.

Penyebutan pisang, yang secara ilmiah pun menunjukkan sifatnya yang praktis dan bergizi, semakin mengukuhkan gambaran kenikmatan yang sempurna dan tanpa cela. Ini adalah bukti kekuasaan Allah yang Maha Besar dalam menciptakan segalanya dengan detail yang sempurna.

Kita renungkan kebesaran Allah SWT melalui setiap ciptaan-Nya, sekecil apa pun itu, termasuk buah pisang yang sering kita jumpai. Keindahan dan kesempurnaan ciptaan-Nya sebagai tanda kasih sayang-Nya kepada kita.

Dengan merenungi ayat ini, semoga tumbuh motivasi yang kuat dalam diri kita untuk senantiasa beramal saleh, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Pada akhirnya, kenikmatan surga yang digambarkan dalam Al-Qur'an, termasuk pohon-pohon pisang yang bersusun-susun itu, adalah ganjaran bagi mereka yang beriman dan berusaha menggapai ridho-Nya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Jihad Ekonomi Muhamadiyah Kalbar Oleh: Amalia Irfani Selalu banyak kebaikan yang akan di dapat saa....

Suara Muhammadiyah

1 October 2023

Wawasan

Pengajian Selapanan Wanayasa Oleh: Khafid Sirotudin, Ketua LP-UMKM PWM Jateng Seribuan lebih jamaa....

Suara Muhammadiyah

28 April 2025

Wawasan

Antara Tawakal dan Ikhtiar Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta Tawakal merupakan ibadah hat....

Suara Muhammadiyah

6 February 2025

Wawasan

Matras Pencak Silat Terlalu Sempit untuk Tapak Suci Yudha Kurniawan, Kader Tapak Suci Bantul Pende....

Suara Muhammadiyah

28 December 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan/Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Pernahkah Anda mendengar klaim b....

Suara Muhammadiyah

7 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah